- Home »
- revisi makalah kelompok 8
Windows 8 UI > Desgined By. Renadel Dapize
pendidikansejarahofferingdum
On Sabtu, 07 Desember 2013
METODE
PENULISAN SEJARAH
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh IbuIndah Wahyu Puji
Utami, S.Pd, S.Hum, M.Pd
Oleh
Alifah Nur Muslimah (130731607245)
Galih Yoga Wahyu Kuncoro (130731615690)
Intan Febri Layyinah (130731615706)
Muhammad Tarmizi (130731607232)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
SEPTEMBER
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Sudah banyak sekali
buku-buku tentang sejarah yang pernah kita baca, mulai dari zaman prasejarah
sampai sejarah pada zaman milenium ini, buku-buku tersebut memberikan bacaan
dan ilmu yang sangat kita butuhkan sebagai seorang agen sejarah, segala
informasi yang tersusun secara sistematis dan memberikan kita banyak sekali
pengetahuan yang lebih jauh tentang sejarah, semuanya tersusun rapi, memiliki
sistematika yang jelas sehingga mudah untuk difahami.
Namun tak banyak kita
ketahui, bagaimanakah sebenarnya metode penulisan buku sejarah tersebut
sehingga pengetahuan tentang sejarah dapat disajikan dengan begitu bagus dengan
bahasa yang baik dan efisien sehingga memudahkan kami dalam memahami sejarah.
Inilah yang mendorong kami
untuk mencari informasi lebih tentang metode penulisan sejarah, dengan metode
yang seperti apa sehingga paparan sejarah yang disajikan bisa begitu
sistematis? Tidak asal tulis? Bagaimana cara menuliskan sejarah dengan metode
yang baik dan tidak membingungkan pembaca? Semoga makalah ini bisa menjawab
ketidak tahuan kami tentang metode penulisan sejarah.
2.
Topik
Pembahasan
Bertitik tolak darilatar belakang masalah diatas, kami
mengidentifikasi pokok-pokok masalah yang akan dibahas yaitu :
1.
Bagaimana cara menulis sejarah dengan baik dan benar?
2.
Apa sajakah metode yang digunakan dalam penulisan sejarah?
3.
Bagaimana metode penyusunan sejarah?
3.
Tujuan
Penulisan Makalah
Berdasarkan topik
pembahasandiatas,
maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah mendorong mahasiswa agar mampu :
1.
Untuk mengidentifikasi
metode apa saja yang digunakan dalam penulisan sejarah
2.
Untuk memudahkan
mahasiswa dalam menyusun historiografi dengan baik dan benar
3.
Untuk menginformasikan
kepada mahasiswa bagaimana cara menyusun penulisan sejarah.
4.
Membuat suatu tulisan
tentang sejarah setelah mengetahui metode penulisannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Intisari
metode sejarah
Jika
metode sejarah mengalami perubahan yang lebih besar pada masa yang akan datang
dibandingkan dengan masa yang lampau, maka sejarawan dimasa yang akan datang
akan menempuh cara-cara yang sama seperti diuraikan didalam buku ini dalam
menghadapi dokumen sejarah yang langsung hidup. Setelah menemukan
dokumen-dokumen itu, ia harus menetapkan dua hal: Pertama, apakah dokumen-dokumen
itu otentik, atau bagian-bagian yang
mana yang otentik jika hanya sebagian diantaranya atau hanya beberapa bagian
dari yang otentik? Kedua, seberapa banyak dari bagian-bagian otentik tersebut
yang dapat dipercaya, dan sejauh mana? Hanya itulah yang dapat diperoleh
dokumen-dokumen itu sendiri. Akan tetapi hanya menemukan dan menetapkan
otentik-tidaknya dokumen atau bahkan mengeditnya secara kritis dengan
menunjukkan kredibilitasnya. Jika ingin menjadi sejarawan, satu hal yang berat
akan dihadapinya. Masalah itu adalah bagaimana caranya harus menyusun detail
yang telah disimpulkan dari dokumen-dokumen otentik menjadi suatu kisah atau
penyajian yang saling berhubungan. Hanya apabila telah melakukan ketiga hal
tersebut maka dapat disebut sebagai seorang sejarawan.
Dengan
demikian cara menulis sejarah mengenai suatu tempat, peristiwa, lembaga, atau
orang. Yang bertumpu pada empat kegiatan pokok :
1)
Pengumpulan objek yang
berasal dari jaman itu dan pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, yang
boleh dijadikan relevan.
2)
Menyingkirkan
bahan-bahan yang tidak otentik.
3)
Menyimpulkan kesaksian
yang tidak dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang otentik.
4)
Penyusunan kesaksian
yang dapat dipercaya menjadi suatu kisah atau penyajian yang berarti. Suatu
pengertian yang mngenai empat langkah tersebut diperlukan untuk membaca secara
cerdas apa yang telah dituliskan oleh sejarawan. Buku ini berisi uraian
mengenai empat langkah tersebut.
2.
Imajinasi
didalam historiografi
Sejarawan
tidak diijinkan untuk menghayalkan hal-hal yang menurut akal tidak mungkin
terjadi. Untuk tujuan tertentu yang kemudian akan kita bahas, ia boleh boleh
menghayalkan hal-hal yang mungkin telah terjadi. Tetapi ia harus menghayalkan
hal-hal yang kiranya pasti telah terjadi. Tidak mungkin untuk merumuskan aturan-aturan
mengenai penggunaan imajinasi didalam sejarah kecuali ketentuan-ketentuan yang
bersifat umum. Merupakan pepatah yang yang telah usang bahwa sejarawan yang
paling mengetahui hidup sekarang, juga akan mengetahui hidup yang lampau. Karena watak manusia tidak banyak berubah
dalam masa historis, generasi-generasi sekarang dapat mengerti
generasi-generasi yang lampau dilihat dari sudut pengalamannya sendiri.
Sejarawan
yang dapat mengajukan analogi dan kontras yang terbaik adalah mereka yang
paling besar kesadarannya mengenai analogi dan kontras yang mungkin ada, yakni
mempunyai jangkauan pengalaman, imajinasi, kearifan, dan pengetahuan yang
seluas-luasnya. Sayang sekali tidak ada pepatah usang yang mengatakan bagaimana
caranya untuk memperoleh jangkauan daripada sifat-sifat dan pengetahuan yang
diinginkan itu, atau bagaimana cara mengalihkannya untuk mengerti masa lampau.
Karena segalanya itu tidak hanya dihimpun dengan peraturan atau tauladan,
kerajinan dan doa, meskipun semuanya itu dapat menolong. Dan karena itu, dalam
arti usaha mensistesakan data sejarah menjadi kisah atau penyajian dengan jalan
menulis buku-buku sejarah dan artikel atau mengungkapkan kuliah-kuliah sejarah,
tidak mudah memberi aturan-aturan. Harus diluangkan tempat bagi bakat asli dan
inspirasi. Dan agaknya hal itu merupakan sesuatu yang baik. Tetapi karena
peraturan dan teladan mungkin ada gunanya, disini akan diusahakan untuk
memberikan beberapa peraturan dan contoh.
3.
Masalah
Seleksi, Penyusunan Dan Tekanan
Metode
sejarah bersifat ilmiah jika dengan ilmiah dimaksudkan “mampu untuk menentukan
fakta yang dapat dibuktikan” dan jika dengan fakta dimaksudkan suatu unsur yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan yang kritis terhadap dokumen sejarah dan
bukannya suatu unsur dari aktualitas yang lampau. Apaka menguntungkan atau
merugikan, fakta-fakta yang tidak bersambungan pada dirinya sendiri tidak
merupakan hasil akhir sejarah. Sesuatu deskripsi mengenai
masyarakat-masyarakat, kondisi-kondisi, gagasan-gagasan, dan lembaga-lembaga
yang lampau atau suatu kisah mengenai karir dan peristiwa yang lampau biasanya
merupakan tujuan bagi penyelidikan sejarah secara individual. Suatu deskripsi
atau peristiwa seperti itu sering kali disebut secara terpisah sebagai sesuatu
sejarah dan, sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, dalam keseluruhannya
penulisan-penulisa sejarah kadang-kadang disebut historiografi.
4.
Mendefinisikan
Kembali Historiografi
Kenyataan
bahwa ada arti-arti baru yang diberikan kepada kata-kata yang telah
dipergunakan dengan arti yang lain, menyebabkan timbulnya sebagian kekacauan
dalam diskusi-diskusi mengenai hakekat sejarah. Kiranya ada baiknya untuk
mengulangi disini bahwa suatu sejarah merupakan suatu usaha yang sengaja untuk
memberikan pertelaan untuk mengenai sesuatu peristiwa lampau atau kombinasi
peristiwa-peristiwa; yakni apa yang disebut sejarah tertulis, untuk
memperbedakannya dari sejarah-sebagai-aktualitas (atau totalitas masa lampau manusia baik yang diketahui atau
tidak) dan dari sejarah yang direkam (atau bagian itu dari
sejarah-sebagai-aktualitas yang bagaimanapun caranya telah dimasukkan kedalam
rekaman yang dapat ditemukan, entah sudah ditemukan atau belum).
Dalam
suatu jaman dimana kuliah-kuliah pada umumnya tidak dibaca dari naskah tulisan
tangan, sebagaimana yang terjadi dalam masa belum adanya cetakan, historiografi harus pula ditafsirkan meliputi
sejarah lisan, karena kuliah, meskipun sarana penerbitan yang lebih murah,
lebih terbatas dan tidak terlalu awet dibandingkan dengan pencetakan, mau tidak
mau merupakan publikasi juga.
Dan
historiografi yang menunjuk pada tulisan atau bacaan yang dapat disebut
Historis harus diperbedakan dari kata yang sama apabila berarti proses
penulisan sejarah (yakni, mempersatukan didalam sebuah sejarah, unsur-unsur
yang diperoleh dari rekaman-rekaman melalui pengetrapan yang seksama daripada
metode sejarah). Dalam halaman-halaman yang akan datang akan dibahas
historiografi dalam arti kata yang kedua.
5.
Masalah
Penyusunan: Periodesasi
Penyusunan
data sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara kronologis, yakni
dalam periode-periode waktu. Sebabnya ialah karena kronologi merupakan
satu-satunya norma objektif dan konstan yang harus diperhitungkan oleh para
sejarawan. Bahkan kronologi hanya secara relatif bersifat objektif, karena
periodesasi dapat dan seringkali bersifat sewenang-wenang. Terlalu mudah
sebutan-sebutan memberikan kesan bahwa perkembangan atau cita-cita yang
menonjol itu tidak terdapat pada zaman lain dalam proporsi yang mencolok atau
bahwa zaman-zaman yang ditonjolkan semacam itu tidak dapat disebut dengan nama
lain dengan sama akuratnya.
Tindakan
memberikan suatu nama deskriptif kepada sesuatu periode sejarah mungkin
merupakan cara yang baik untuk memberikan kepada periode itu suatu “kerangka
referensi” yang dapat dipergunakan untuk mengerti nilai-nilainya. Akan tetapi
keuntungan itu menjadi hilang jika meniadakan usaha meniadakan usaha mencari
kerangka referensi yang lain. Tak ada satupun zaman yang dapat disebutkan
dengan tepat dengan memberikan satu sifat tunggal yang eksklusif. Usaha-usaha
seperti itu seringkali mengakibatkan penggunaan secara kabur dan berkiasan
terhadap istilah yang memberikan karakteristik.
Dalam
knyataannya, studi sejarah sudah sangat dirugikan oleh kecenderungan untuk
memberikan kepada periode-periode tertentu yang hanya relatif tepat, terutama
sekali didalam tindakan membagi sejarah didalam periode-periode kuno,
pertengahan dan modern. Pertama, jikapun sebutan-sebutan itu sudah terasa kabur
dari sejarah Barat. Untuk budaya-budaya lain seperti budaya Cina atau Jepang
telah melalui tahap-tahap perkembangan yang seolah-olah merupakan transisi yang
analogis mulai suatu zaman klasik melalui suatu periode peralihan menuju kepada
sesuatu jaman modern, maka pembatasan-pembatasan kronologis terhadap
tahap-tahap itu tidak serasi dengan analogi baratnya. Kedua, kata-kata seperti
kuno dan abad pertengahan cenderung kepada prasangka mengenai jarak waktu,
kematian, dan keusangan yang seringkali akan tersangkat andaikata hasrat untuk
memeriksa lebih lanjut tidak dipadamkan. Bagian terbesar dari sejarah yang
biasa kita sebut kuno.
Peristiwa-peristiwa
sekarang nampak besar dan memakan tempat yang banyak halaman didalam buku
sejarah. Sejarawan manakah yang masih menganggap sebab-sebab bagi Perang Dunia
I sebegitu penting sebagaimana yang dianggap oleh sebagian mereka yang termasuk
generasi antara 1919 dan 1929? Perspektif sejarah, yakni kemampuan untuk
meliahat peranan yang layak dari pada seperangkat peristiwa didalam karir
panjang umat manusia, hanya dapat diperoleh dalam waktu yang lama. Oleh karena
itu, akan lebih baik keadaanya jika lebih banyak sejarawan memusatkan diri
kepada masalah-masalah yang kekal dan lembaga-lembaga atau gagasan-gagasan yang
menentukan didalam sejarah sejak rekamannya yang paling awal sampai masa kini,
daripada mempelajari periode-periode tertentu didalam sejarah. Bahwa sesuatu
kecenderungan kearah itu telah ada,
dibuktikan oleh perhatian yang semakin bertambah dari pihak para
sejarawan terhadap tahap-tahap perkembangan sejarah seperti sejarah ekonomi,
sejarah budaya, sejarah perniagaan, sejarah pertanian, dsb.
6.
Penulisan
sejarah yang bersifat ilmiah
Kegiatan terakhir dari
penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya
secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai
kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu
merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai
ilmu.
Selain
kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat ilmiah,
juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.
1.
Bahasa yang digunakan
harus bahasa yang baik dan benar menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Kaya
ilmiah dituntut untuk menggunakan kalimat efektif.
2.
Merperhatikan
konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda baca, penggunaan istilah, dan
penujukan sumber.
3.
Istilah dan kata-kata
tertentu harus digunakan sesuai dengan konteks permasalahannya.
4.
Format penulisan harus
sesuai dengan kaidah atau pedoman yang berlaku, termasuk format penulisan
bibliografi/daftar pustaka/daftar sumber.
Kaidah-kaidah
tersebut harus benar-benar dipahami dan diterapkan, karena kualitas karya
ilmiah bukan hanya terletak pada masalah yang dibahas, tetapi ditunjukkan pula
oleh format penyajiannya.
7.
Metodologi Sejarah
Metodologi
sejarah antara lain:
1.
Penulisan sejarah di Indonesia
Historiografi Indonesia modern baru dimulai sekitar tahun 1957, waktu
diselenggarakannya Seminar Sejrah Nasional Indonesia pertama di Yogyakarta.
Adanya perubahan cara penulisan sejarah dari Neerlandocentrisme menjadi
Indonesiacentrisme. Kategori pertama dari kepustakaan sejarah ialah yang
ditulis oleh sejarawan akademis. Kegiatan penulisan sejarah yang lain
meliputi berbagai kegiatan yang disponsori pemerintah dalam bentuk
proyek-proyek penulisan, sejarah militer, sejarah popular, sejarah lisan dan
lain-lain. Sebagai usaha tambahan dari penulisan sejarah adalah usaha
penerbitan arsip yang dikerjakan oleh Arsip Nasional.
Dapat disimpulkan kategori tersebut adalah sejarah akademis, sejarah
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional (IDSN) dan sejarah
militer, dan sejarah popular.
BAB
III
PENUTUP
8.
Kesimpulan
Penelitian sejarah
harus dilandasi atau berpedoman pada kaidah-kaidah metode sejarah. Jika tidak,
penelitian itu hanya akan menghasilkan tulisan sejarah semi ilmiah atau bahkan
sejarah populer. Oleh karena itu calon peneliti sejarah harus memahami
kaidah-kaidah metode sejarah dan mampu mengimplementasikannya, agar penelitian
itu menghasilkan karya sejarah ilmiah.
Penulisan sejarah
ilmiah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi mengenai permasalahan yang
dibahas. Eksplanasi itu diperoleh melalui analisis. Untuk mempertajam analisis,
dalam proses penulisan sejarah, aplikasi metode dan teori sejarah perlu
ditunjang oleh teori dan/atau konsep ilmu-ilmu sosial yang relevan (sosiologi,
antropologi, ekonomi, politik, dll.). Dengan kata lain, penulisan sejarah yang
dituntut memberikan eksplanasi mengenai masalah yang dibahas, perlu dilakukan
secara interdisipliner dengan menggunakan pendekatan multidimensional (multidimensional
approach). Hal itu sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik sejarah
sebagai ilmu.
Oleh karena itu,
penelitian sejarah dan hasilnya dapat membantu penelitian dan pengembangan
kebudayaan. Sejarah mengkaji aspek-aspek kehidupan manusia di masa lampau,
termasuk kebudayaan.
9.
Saran
Tiada hal yang sempurna
di dunia ini, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Termasuk makalah ini,
pastilah ada kesalahan atau kekurangan. Demi terwujudnya makalah yang mendekati
kesempurnaan, penulis memerlukan kritik dan saran yang membangun yang bersifat
dan bertujuan untuk memperbaiki makalah penulis kedepannya. Apabila penulis
ingin membuat makalah lagi, maka dapat menggunakan kritik dan saran yang dibuat
oleh pembaca untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan dalam membuat makalah.
DAFTAR
RUJUKAN
Gottschalk,
L. 1975. Mengerti Sejarah (Understanding
History: A Primer of Historical Method) (Nugroho Notosusanto, Trans.).
Malang : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.
Materi penyuluhan dalam "Workshop Penelitian
dan Pengembangan Kebudayaan; Penulisan Karya Ilmiah dan Perekaman
Data" tanggal 12-14 Februari 2008 yang diselenggarakan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Badan Pengembangan Sumber Daya
Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
kerjasama dengan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.
Koentowijoyo. 2009. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta : Tiara Kencana
About Me
- pendidikansejarahofferingdum
Diberdayakan oleh Blogger.
free music at divine-music.info
Blog Archive
-
▼
2013
(46)
-
▼
Desember
(38)
- PERJALANAN BA...
- ILMU-ILMU BANTU SEJARAH MAKALAH REVISI U...
- <!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}...
- PERJUANGAN MUALIFAH MENCAPAI CITA MENJADI GURU AKI...
- Sejarah keluarga
- PERJALANAN BA...
- SEJARAH BP. HADI SUJONO DAN IBU RIWANTI SEBA...
- SEJARAH KELAM DAN PROSES MELAWAN KETERBATASAN DI ...
- SEPAK TERJANG BUYUT SEDO BULANGAN DALAM MEMBELA P...
- SEJARAH MEMOTIVASI KEHIDUPAN TANPA MEMANDANG KEKU...
- SEJARAH KELUARGA H.HASAN RAMLI, S.E DAN HJ.SRI MU...
- pengantar ilmu sejarah oleh nunik lailatul masruroh
- pengantar ilmu sejarah oleh nunik lailatul masruroh
- SEJARAH MULYADI DALAM KEIKUTSERTAANNYA DALAM MENUM...
- kisah cinta dan perjalanan hidup ibu riada
- sejarah dan proses kesetiaan ayah dan ibu
- makalah ilmu sejarah Muhamad Tarmizi
- makalah ilmu sejarah Muhamad Tarmizi
- makalah pengantar ilmu sejarah muhamad tarmizi
- Revisi Kelompok 6 (Otentisitas Kredibilitas)
- Sejarah Kehidupan Ayahku
- SEJARAH HIDUP IBU MUDJARROH UNTUK MENDAPAT GANTI R...
- SEJARAH KELUARGA DAN KEHIDUPAN EKONOMI BAPAK MASKUN
- SEJARAH SURONO SISWOPRAWIRO (1938-2011)
- SEJARAH KEHIDUPAN SOSIAL DAN PERMASALAHAN KELUA...
- SEJARAH KISAH CINTA”NGATU” DIMASA LALU MAKAL...
- revisi makalah kelompok 8
- SEJARAH IBU SUPINI SEBAGAI GURU TK DAN ORGANISATOR...
- KEHIDUPAN SULIT ‘SATIR’ AKIBAT SIFAT SERAKAH KELU...
- SEJARAH PERJALANAN HIDUP DAN TRADISI YANG ADA DI ...
- sejarah keluarga by achmad al fattah noer off D
- sejaarah usaha pak Djari
- SEJARAH KELUARGA PERANTAUAN
- SEJARAH KELUARGA DAN KEHIDUPAN EKONOMI BAPAK MASKUN
- SILSILAH DAN SEJARAH PERJALANAN KEHIDUPAN SOSIAL ...
- Sejarah Guwe
- PENGARUH PAKSAAN ORANG TUA TERHADAP KEHIDUPAN DAN ...
- Historiografi Keluarga : Sejarah Keluarga Ponidi W...
-
▼
Desember
(38)