- Home »
Windows 8 UI > Desgined By. Renadel Dapize
pendidikansejarahofferingdum
On Rabu, 18 Desember 2013
PERJALANAN BAPAK SOEWATO SEBAGAI
SUBYEK PERBEDAAN BUDAYA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang di bina oleh Drs. Hariyono, M.
Pd., dan Indah W.P. Utami, M.Pd.
Oleh :
Ardi Neo Sandi
130731615698
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember 2013
BAB
1
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Pada hakikatnya sejarah merupakan sesuatu yang
benar-benar terjadi pada masa lampau dan keluarga yang menjadi tempat kita
bernaung merupakan suatu bagian kecil dalam masyarakat yang dipimpin oleh
kepala keluarga yang menjadi suatu wadah awal manusia menghadapi dunia.Bagi
penulis sendiri arti keluarga lebih daripada itu,karena arti keluarga bagi
penulis merupakan suatu tempat untuk mengadu kesulitan sehari-hari,dan melalui
semua kesulitan dan kesenangan dalam hidup secara bersama-sama.Dari arti-arti
berikut dapat disimpulkan bahwa sejarah dari keluarga sendiri merupakan suatu
hal penting dalam perjalanan hidup,dimana dalam kehidupan berkeluarga dapat
dihadapi suatu kisah dan tahap penting dalam kehidupan.
Fungsi dari keluarga sendiri adalah untuk membentuk
peranan,sifat , dan kegiatan yang dilakukan manusia dalam lingkupan masyarakat
yang kecil sebelum menghadapai lingkupan masyarakat yang lebih besar. Kehidupan
manusia sendiri menurut penulis dapat di bagi menjadi 3 bagian,yaitu kehidupan
di masa lalu , kehidupan di masa kini, dan kehidupan di masa lalu yang akhirnya
dapat ditarik kesimpulan kehidupan masa lalu menjadi pengalaman untuk masa
kini,dan masa kini merupakan suatu bekal untuk menuju masa depan.Bagaimana masa
lalu itu bisa menjadi suatu pengalaman yang berharga jika bahkan tidak
mengetahuinya,dengan mengetahuinya sebuah individu dapat membentuk landasan
emosional dalam pemikiran kehidupan ke masa kini dan masa depannya..Selain itu
pengaruh dalam individu seseorang yang berjalan layaknya roda dalam
kehidupan,terdapat pengalaman yang menjadi pengalaman terpuruk dan ada yang
menjadi titik puncak kejayaannya.Penulis di sini membandingkan antara kehidupan
masa lalu dari keturunan tertua yang sempat mengalami kehidupan di masa lalu
dan membandingkannya dengan kehidupan keturunan termuda agar bisa menjadi suatu
titik perbandingan keturunan masa kini untuk bisa maju kedepan,entah ketika
masa keterpurukannya maupun masa kedepannya.Karena itu penulis mengambil bagian
dari gambaran bapak Soewantu sampai dengan cucunya di kehidupan saat ini.
Pengaruh kebudayaan pun termasuk menjadi salah satu
item yang diangkat dari penulis,yaitu bagaimana unsur kebudayaan berpengaruh
pada kehidupan seseorang dan akhirnya berlanjut pula dengan merefleksi
bagaimana budaya itu berpengaruh pada kehidupan sehari-hari serta bagaimana
juga unsur-unsur kebudayaan itu melekat pada kehidupan seseorang.Di sini
penulis ingin mengungkapkan bagaimana kebudayaan dari masa lalu masih melekat
di kehidupan individu-individu di jaman sekarang.Yang antara lain tatacara
kehidupan maupun saat kematian,dan bagaimana kebudayaan itu sendiri membentuk sifat
serta peranan individu pada kehidupan masyarakat.Penulis juga mencoba
membandingkan antara pengalaman subyek dengan beberapa artikel yang ditemukan di
internet.
B.
Rumusan
Masalah
1.) Bagaimana
jalan kehidupan bapak Soewanto dari muda sampai akhir hayatnya?
2.) Bagaimana
tatacara kebudayaan di keluarga pak Soewanto?
C.
Tujuan
1.) Untuk
mengetahui perjalanan bapak Soewanto selama masa hidup dan apa saja yang dapat
menjadi pelajaran dari kehidupan bapak Soewanto
2.) Untuk
mengetahui kebudayaan yang di anut oleh keluarga bapak Soewanto
D.
Metode
Secara sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam
beberapa langkah, yaitu heuristic,
kritik, interpretasi, dan historiografi
(1.) Pemilihan Topik
Penulis memilih topik
yang diajukan berupa kehidupan dari bapak Soewanto dan keluarga,demi
mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan kejadian sejarah
keluarga yang terdapat dalam lingkungan tersebut.Dan mencoba mengungkapkan
bagaimana kebudayaan yang di anut bapak Soewanto sendiri berpengaruh pada
kehidupan keluarganya.Juga bagaimana tatacara kebudayaan yang telah ada pada
masa lalu masih bisa di temukan pada masa sekarang,dengan apakah kebudayaan itu
tumbuh dan bagaimana kebudayaan itu dapat merasuk dalam kehidupan Bapak
Soewanto bersama keluarga.
(2.) Heuristik
Penulis melakukan
wawancara dengan beberapa anggota keluarga dan mencoba membandingkan dengan
fakta-fakta yang ada di masa itu dengan menggunakan makalah-makalah di internet
dengan itu penulis mencoba mengambil fakta akurat dari hasil wawancara
tersebut.
(3.) Kritik/ Verifikasi
Penulis mencoba mendapatkan fakta-fakta di
lapangan dengan wawancara juga mencoba mendapatkan beberapa bukti-bukti yang
mungkin masih samar dan masih dipertanyakan.Di sini penulis juga memberikan
beberapa pendapat makalah di internet dengan pendapat saksi sejarah sehingga
terjadi suatu perbedaan pendapat yang mungkin menjadi suatu titik temu dari
ragam permasalahan yang telah di berikan.
(4.) Interpretasi
Menurut penulis beberapa kesaksian dai
saksi sejarah tersebut dapat menjadi suatu bukti lain tentang yang terjadi di
masa lampau yang kadang tak sama seperti yang kita baca.
(5.) Historiografi
Pada
bab 1 penulis mencoba menjelaskan tentang bagaimana mendapat beberapa cara
mendapatkan sumber informasi tentang masalah yang sedang ingin di
pecahkan.Sedangkan di bab 2 penulis mencoba menjelaskan masalah menggunakan
fakta-fakta di lapangan dan perbandingan dengan beberapa sumber dari internet
BAB II
Pembahasan
2.1
Sejarah kehidupan Bapak Soewanto
Bapak
Soewanto lahir di Nguling,Pasuruan,Jawa Timur di tahun 1930 dengan tanggal yang
tidak dibubuhkan karena data yang kurang lengkap,beliau memiliki ayah bernama
Liem Tjon Teng dengan ibu bernama Karminten.Memiliki 7 saudara kandung,ayah
beliau bekerja sebagai bagian penimbangan beberapa palawija di pasar.Beliau
beragama Konghucu.Pada masa anak-anak,beliau sudah berada di penjajahan Belanda
dan berlanjut ketika beliau bersekolah di suatu sekolah Tionghoa di
Pasuruan.Menurut cerita beliau kepada anak-anaknya bahwa ketika akan datang
penjajahan Jepang menggantikan penjajahan Belanda di Indonesia ada suatu
keanehan di daerah Pasuruan,khususnya di daerah Nguling yaitu bahwa ada ratusan
kupu-kupu yang melewati daerah sebelum sehari kedatangan Jepang ke tanah Pasuruan
yang sebelumnya belum pernah terjadi seperti itu.Pada masa muda beliau untuk
transportasi menggunakan bendi yang setelahnya di gantikan oleh kereta api yang
dibangun oleh pemerintahan Jepang.Ada beberapa cerita dari pengalaman kehidupan
beliau yang menjadi pengalaman berdarah,salah satunya yaitu pengalaman beliau
ketika menaiki salah satu kereta untuk pergi ke sekolah,beliau melihat seorang
pedagang asongan yang tidak sengaja menginjak kaki dari salah seorang kaki
tentara Jepang di depan stasiun yang akhirnya nasib pedagang asongan tersebut
adalah mati terinjak oleh beberapa tentara Jepang di dalam kereta.Menurut
beberapa sumber bahwa hal semacam berikut di jaman kependudukan Jepang di
Indonesia sudah menjadi umum bahkan sudah biasa,ada 1 fakta yang janggal di
satu informasi dari keluarga beliau bahwa ketika Jepang kalah dan akhirnya
keluar dari Indonesia di Nguling terdapat 1 komando tentara Jepang yang hilang
entah kemana 1 hari setelah pengkauan kekalahan Jepang tersebut.Setelahnya
beliau menikah dengan Suciwati dan memiliki 6 anak yaitu An , Waras , Seger ,Cu
,Chen , dan Bagong.Ada cerita beliau juga saat masa penumpasan PKI di
Indonesia, rumah yang di coret merah di pintunya akan di culik dengan beberapa
alasan yang tak masuk akal,diantaranya alasan tersebut adalah diminta untuk
datang rapat kelurahan.Beliau menjadi salah satu korban penculikan
tersebut,menurut penuturan saksi bahwa hal itu terjadi di malam hari beliau
diminta untuk datang ke rapat kelurahan.Tapi keanehan terjadi yaitu beliau
tidak diperbolehkan ganti baju dahulu dan di bawa secara paksa.Ternyata selama
ini penculikan-penculikan tersebut berbuntut dari penumpasan PKI,tapi yang
menjadi korban adalah warga non-WNI di daerah tersebut, mereka di kumpulkan di
salah satu gedung di dekat balai desa.Jempol tangan mereka diikat kawat dan
tidak diberi makan maupun minum selama 2 hari bahkan lebih sebelum mereka di
bunuh secara kejam.Beliau beruntung karena 1 hari sebelum beliau giliran di
eksekusi ada berita dari Presiden Soekarno melalui radio bahwa perintah untuk
Soeharto menghentikan pembunuhan masal PKI yang dilakukannya.Akhirnya para
tawanan di lepaskan,meskipun dengan terhuyung beliau masih bisa pulang ke rumah
dengan keadaan yang sangat buruk.Selanjutnya pemerintahan di gantikan oleh Soeharto
yang anehnya mengharuskan warga membeli dan memajang foto presiden Soeharto dan
bu Tien,dan yang tidak memajang foto tersebut dianggap PKI dan akan di
bunuh.Setelah menghadapi masa-masa sulit itu beliau juga harus menghadapi tahap
di mana terjadi inflasi mata tukar uang rupiah sehingga kegilaan
dimana-mana,menurut saksi banyak orang yang gila setelah mengetahui hal
tersebut,karena barang-barang mereka telah di beli sehari sebelumnya dengan
harga yang mahal sekali,tetapi uang yang mereka dapatkan sama sekali tak
berharga setelah terjadi inflasi di hari itu.Setelah beberapa tahun berlalu
akhirnya bapak Soewanto miniti dari awal tokonya yang menjual pakan burung dan
alat-alat listrik,dan toko itu buka hingga sekarang yang terdapat di jalan raya
Nguling Pasuruan.Meskipun dalam tahap pembangunannya semapt terjadi bencana
alam di Nguling yaitu banjir lumpur yang mengakibatkan beberapa barang usahanya
menjadi rusak,tetpai bapak Soewanto tetap saja gigih dan mempertahankan tokonya
hingga sekarang.Pada tahun 2009 tepatnya di bulan Januari di tanggal 22
akhirnya bapak Soewanto menutup mata untuk terakhir kalinya dengan meninggalkan
seorang istri, 5 orang anak (dikarenakan anak pertama telah meninggal terlebih
dahulu di tahun 2004) 14 orang cucu dan 2 orang cicit.
2.2 Tatacara dan Kebudayaan yang hidup di antara
keluarga bapak Soewanto
Pada
keluarga bapak Soewanto terdapat beberapa kunikan yaitu antara lain bahwa di
dalam keluarganya sendiri memiliki beberapa keyakinan yaitu antara lain
Buddha,Islam,Katolik,Kristen,dan Konghucu.Tapi yang paling mempengaruhi dan
sebagian besar menganutnya adalah agama Buddha.Karena terbukti dalam
sehari-hari hampir seluruh keluarga dari bapak Soewanto melakukan sembahyang
menggunakan 3 batang dupa dan menaruhnya di depan rumah sebagai penolak bala
pada hari itu,juga ada dalam bebrapa tradisi tentang perayaan Imlek yaitu
perayaan hari besar Tahun Baru dalam penanggalan tahun Cina,terdapat suatu
tradisi untuk makan bersama lagu pergi ke klenteng sebagai tindak syukur atas
keberkahan di tahun lalu dan berharap keberkahan di tahun baru itu,esoknya
seperti yang diketahui beberapa anggota keluarga yang lebih tua memberikan uang
kepada keluarga yang lebih muda.Lalu,ada acara lain setelah itu yaitu sekitar
seminggu ataupun 2 minggu dari hari raya imlek terdapat suatu kebiasaan bagi
anggota keluarga untuk mendatangai kuburan nenek moyangnya.Salah satu upacara
yang dilakukan penulis adalah saat Bapak Soewanto meninggal yaitu acar
penguburan yang antar alain adalah Upacara kematian
terdiri atas empat tahap yaitu sebelum masuk peti , upacara masuk peti dan
penutupan peti , upacara pemakaman dan upacara pemakaman.
A. Belum masuk peti
- Semenjak
terjadinya kematian, anak-cucu sudah harus membakar kertas perak (uang di
akhirat ) merupakan lambang biaya perjalanan ke akhirat yang dilakukan
sambil mendoakan yang meninggal.
- Mayat
dimandikan dan dibersihkan, lalu diberi pakaian tujuh lapis. Lapisan
pertama adalah pakaian putih sewaktu almarhum/almarhumah menikah.
Selanjutnya pakaian yang lain sebanyak enam lapis.
- Sesudah
dibaringkan; kedua mata, lubang hidung, mulut, telinga, diberi mutiara
sebagai lambang penerangan untuk berjalan ke alam lain.
- Di sisi
kiri dan kanan diisi dengan pakaian yang meninggal. Sepatu yang dipakai
harus dari kain. Apabila yang meninggal pakai kacamata maka kedua kaca
harus dipecah yang melambangkan bahwa dia telah berada di alam lain.
B. Upacara masuk peti dan penutupan peti
- Seluruh
keluarga harus menggunakan pakaian tertentu. Anak laki-laki harus memakai
pakaian dari blacu yang dibalik dan diberi karung goni. Kepala diikat
dengan sehelai kain blacu yang diberi potongan goni. Demikian pula pakaian
yang dipakai oleh anak perempuan namun ditambah dengan kekojong yang
berbentuk kerucut untuk menutupi kepala. Cucu hanya memakai blacu,
sedangkan keturunan ke empat memakai pakaian berwarna biru. Keturunan ke
lima dan seterusnya memakai pakaian merah sebagai tanda sudah boleh lepas
dari berkabung.
- Mayat
harus diangkat oleh anak-anak lelaki almarhum. Sementara itu
anakperempuan, cucu dan seterusnya harus terus menangis dan membakar
kertas perak, di bawah peti mati. Mereka harus memperlihatkan rasa duka
cita yang amat dalam sebagai tanda bakti (uhaouw). Bila kurang banyak
(tidak ada) yang meratap, maka dapat menggaji seseorang untuk meratapi
dengan bersuara, khususnya pada saat tiba waktunya untuk memanggil makan
siang dan makan malam.>
- Sesudah
masuk peti, ada upacara penutupan peti yang dipimpin oleh hweeshio atau
cayma. Bagi yang beragama Budha dipimpin oleh Biksu atauBiksuni, sedangkan
penganut Konfusius melakukan upacara Liam keng.Upacara ini cukup lama,
dilaksanakan di sekeliling peti mati dengan satusyarat bahwa air mata
peserta pada upacara penutupan peti tidak boleh mengenai mayat. Dalam
upacara ini juga dilakukan pemecahan sebuah kaca/cermin yang kemudian
dimasukkan ke dalam peti mati. Menurut kepercayaan mereka, pada hari ke
tujuh almarhum bangun dan akan melihat kaca sehingga menyadarkan dia bahwa
dirinya sudah meninggal.
- Bagi
anak cucu yang “berada” (kaya), mulai menyiapkan rumah-rumahan yang diisi
dengan segala perabotan rumah tangga yang dipakai semasa hidup almarhum.
Semuanya harus dibuat dari kertas. Bahkan diperbolehkan diisi secara
berlebih-lebihan, termasuk adanya para pembantu rumahtangga. Semua
perlengkapan ini dapat dibeli pada toko tertentu.
- Setiap
tamu-tamu yang datang harus di sungkem (di soja) oleh
- anak-anaknya,
khusus anak laki-laki.
- Di atas
meja kecil yang terletak di depan peti mati, selalu disediakan makanan
yang menjadi kesukaan semasa almarhum masih hidup.
- Upacara
ini berlangsung berhari-hari. Paling cepat 3 atau 4 hari. Makin lama
biasanya makin baik. Dilihat juga hari baik untuk pemakaman.
- Selama
peti mati masih di dalam rumah, harus ada sepasang lampion putih yang
selalu menyala di depan rumah. Hal ini menandakan bahwa ada orang yang
meninggal di rumah tersebut.
C. Upacara pemakaman
- Menjelang
peti akan diangkat, diadakan penghormatan terakhir. Dengan dipimpin oleh
hwee shio atau cayma, kembali mereka melakukan upacara penghormatan.
- Sesudah
menyembah (soja) dan berlutut (kui), mereka harus mengitari peti mati
beberapa kali dengan jalan jongkok sambil terus menangis; mengikuti hwee
shio yang mendoakan arwah almarhum..
- Untuk
orang kaya, diadakan meja persembahan yang memanjang ?2 sampai 5 meter. Di
atas meja disediakan macam-macam jenis makanan dan buah-buahan. Pada
bagian depan meja diletakkan kepala babi dan di depan meja berikutnya
kepala kambing. Makanan yang harus ada pada setiap upacara kematian adalah
“sam seng”, yang terdiri dari lapisan daging dan minyak babi (Samcan),
seekor ayam yang sudah dikuliti, darah babi, telur bebek. Semuanya direbus
dan diletakkan dalam sebuah piring lonjong besar.
- Putra
tertua memegang photo almarhum dan sebatang bambu yang diberi sepotong
kertas putih yang bertuliskan huruf Cina, biasa disebut “Hoe”. Ia harus
berjalan dekat peti mati, diikuti oleh saudara-saudaranya yang lain.
Begitu peti mati diangkat, sebuah semangka dibanting hingga pecah sebagai
tanda bahwa kehidupan almarhum di dunia ini sudah selesai.
- Dalam
perjalanan menuju tempat pemakaman, di setiap persimpangan, semua anak
harus berlutut menghadap orang-orang yang mengantar jenasah. Demikian pula
setelah selesai penguburan.
- Setibanya
di pemakaman, kembali diadakan upacara penguburan. Memohon kepada dewa
bumi (“toapekong” tanah) agar mau menerima jenasah dan arwah almarhum,
sambil membakar uang akhirat.
- Semua
anak – cucu tidak diperkenankan meninggalkan kuburan sebelum semuanya
selesai, berarti peti sudah ditutup dengan tanah dalam bentuk gundukan. Di
atas gundukan diberi uang kertas perak yang ditindih dengan batu kecil.
Masing-masing dari mereka harus mengambil sekepal /segenggam tanah kuburan
dan menyimpannya di ujung kekojong.
- Setibanya
di rumah, mereka harus membasuh muka dengan air kembang. Sekedar untuk
melupakan wajah almarhum.
D. Upacara sesudah pemakaman
- Semenjak
ada yang meninggal sampai saat tertentu, semua keluarga harus memakai
pakaian dan tanda berkabung terbuat dari sepotong blacu yang dilikatkan di
lengan atas kiri. Tidak boleh memakai pakaian berwarna ceria, seperti :
merah, kuning, coklat, oranye.
- Waktu
perkabungan berlainan lamanya, tergantung siapa yang meninggal,
- Untuk
kedua orangtua, terutama ayah dilakukan selama 2 tahun.
- Untuk
nenek dan kakek dilakukan selama 1 tahun.
- Untuk
saudara dilakukan selama 3 atau 6 bulan.
- Di
rumah disediakan meja pemujaan, rumah-rumahan dan tempat tidur almarhum.
Setiap hari harus dilayani makannya seperti semasa almarhum masih hidup.
Upacara sesudah pemakaman biasanya
terdiri dari :
• Meniga hari (3 hari sesudah meninggal)
Sesudah 3 hari meninggal seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (pergi ke kuburan almarhum). Mereka membawa makanan, buah-buahan, dupa, lilin, uang akhirat. Dengan memakai pakaian berkabung/blacu mereka melakukan upacara penghormatan (soja dan kui). Tak lupa mereka juga menangis dan meratap sambil membakar uang akhirat. Pulang ke rumah, kembali mencuci muka dengan air kembang.
• Meniga hari (3 hari sesudah meninggal)
Sesudah 3 hari meninggal seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (pergi ke kuburan almarhum). Mereka membawa makanan, buah-buahan, dupa, lilin, uang akhirat. Dengan memakai pakaian berkabung/blacu mereka melakukan upacara penghormatan (soja dan kui). Tak lupa mereka juga menangis dan meratap sambil membakar uang akhirat. Pulang ke rumah, kembali mencuci muka dengan air kembang.
• Menujuh hari (7 hari sesudah
meninggal)
Seperti halnya upacara meniga hari, seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (kembali ke kuburan ). Mereka membawa rumah-rumahan, makanan dan buah-buahan serta uang akhirat. Lilin dan dupa ( hio ) dinyalakan. Seluruh rumah-rumahan dan sisa harta yang perlu dibakar; dibakar sambil melakukan upacara mengelilingi api pembakaran. Sesudah selesai, tanah sekepal / segenggam diambil, diserakkan ke atasnya.
Seperti halnya upacara meniga hari, seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (kembali ke kuburan ). Mereka membawa rumah-rumahan, makanan dan buah-buahan serta uang akhirat. Lilin dan dupa ( hio ) dinyalakan. Seluruh rumah-rumahan dan sisa harta yang perlu dibakar; dibakar sambil melakukan upacara mengelilingi api pembakaran. Sesudah selesai, tanah sekepal / segenggam diambil, diserakkan ke atasnya.
• 40 hari sesudah meninggal
Pada hari ke 40 ini kembali anak – cucu dan keluarga melakukan upacara penghormatan di tempat jenasah berada ( kuburan). Semua baju duka dari blacu dan karung goni dibuka dan diganti baju biasa. Mereka masih dalam keadaan berkabung, namun telah rela melepaskan arwah si almarhum ke alam akhirat. Sebagai tanda tetap berkabung, semua anak cucu memakai tanda di lengan kiri atas; berupa sepotong kain blacu dan goni.
Pada hari ke 40 ini kembali anak – cucu dan keluarga melakukan upacara penghormatan di tempat jenasah berada ( kuburan). Semua baju duka dari blacu dan karung goni dibuka dan diganti baju biasa. Mereka masih dalam keadaan berkabung, namun telah rela melepaskan arwah si almarhum ke alam akhirat. Sebagai tanda tetap berkabung, semua anak cucu memakai tanda di lengan kiri atas; berupa sepotong kain blacu dan goni.
• Tiap-tiap tahun memperingati hari
kematian
Satu tahun dan tahun-tahun berikutnya, akan selalu diperingati oleh anak cucunya dengan melakukan ” soja dan kui” sebagai tanda berbakti dan menghormati. Peringatan tahunan ini berupa upacara persembahan. Bagi keluarga yang berada, di atas meja persembahan diletakkan berbagai macam makanan, buah-buahan, minuman, antara lain teh dan kopi, manisan minimum 3 macam, rokok, sirih sekapur, sedangkan makanan yang paling utama adalah “samseng” 2 pasang, lilin merah sepasang dan hio. Senja hari sebelum upacara, harus dinyalakan lilin merah
berpasang-pasang tergantung pada jumlah orang / leluhur yang akan diundang. Maksud dari upacara ini adalah meminta kepada dewa bumi (toapekong tanah) untuk membukakan jalan bagi para arwah yaitu dengan cara membakar uang akhirat (kertas perak dan kertas emas ).
Satu tahun dan tahun-tahun berikutnya, akan selalu diperingati oleh anak cucunya dengan melakukan ” soja dan kui” sebagai tanda berbakti dan menghormati. Peringatan tahunan ini berupa upacara persembahan. Bagi keluarga yang berada, di atas meja persembahan diletakkan berbagai macam makanan, buah-buahan, minuman, antara lain teh dan kopi, manisan minimum 3 macam, rokok, sirih sekapur, sedangkan makanan yang paling utama adalah “samseng” 2 pasang, lilin merah sepasang dan hio. Senja hari sebelum upacara, harus dinyalakan lilin merah
berpasang-pasang tergantung pada jumlah orang / leluhur yang akan diundang. Maksud dari upacara ini adalah meminta kepada dewa bumi (toapekong tanah) untuk membukakan jalan bagi para arwah yaitu dengan cara membakar uang akhirat (kertas perak dan kertas emas ).
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Perbedaan merupakan
sesuatu yang indah jika kita mampu mengerti bagaimana cara menyatukan perbedaan
tersebut,seperti halnya keluarga Bapak Soewanto yang sejak dulu menjalani
masa-masa sulit dari yang jatuh karena inflasi maupun bencana alam hingga bisa
di bilang sukses.Karena pada dasarnya Usaha berbanding lurus dengan hasil.Dan
itulah yang coba dicontohkan oleh Bapak Soewanto dan keluarga.Kebudayaan memang
bermacam-macam tapi alangkah baiknya orang mampu menyatukan keberagaman ataupun
menyadari bahwa masih banyak kebudayaan di dunia ini.
3.2 Saran
Sebaiknya perbedaan
yang biasa di temukan dalam masyarakat dapat dihindari karen perbedaan
sebenarnya adalah hal yang indah bila kita mamupu mengerti,dan pula jangan
pernah meremehkan Sejarah dari beberapa anggota keluarga karena mungkin tak ada
yang tahu bahwa beliau adalah pahlawan yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Bapak Sege Santoso,54 tahun,Perumahan Chandra Kartika blok o-1
Suwayuwo,Sukorejo,Pasuruan,Jawa Timur
·
http://iccsg.wordpress.com/2006/02/01/tradisi-adat-kematian/
About Me
- pendidikansejarahofferingdum
Diberdayakan oleh Blogger.
free music at divine-music.info
Blog Archive
-
▼
2013
(46)
-
▼
Desember
(38)
- PERJALANAN BA...
- ILMU-ILMU BANTU SEJARAH MAKALAH REVISI U...
- <!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}...
- PERJUANGAN MUALIFAH MENCAPAI CITA MENJADI GURU AKI...
- Sejarah keluarga
- PERJALANAN BA...
- SEJARAH BP. HADI SUJONO DAN IBU RIWANTI SEBA...
- SEJARAH KELAM DAN PROSES MELAWAN KETERBATASAN DI ...
- SEPAK TERJANG BUYUT SEDO BULANGAN DALAM MEMBELA P...
- SEJARAH MEMOTIVASI KEHIDUPAN TANPA MEMANDANG KEKU...
- SEJARAH KELUARGA H.HASAN RAMLI, S.E DAN HJ.SRI MU...
- pengantar ilmu sejarah oleh nunik lailatul masruroh
- pengantar ilmu sejarah oleh nunik lailatul masruroh
- SEJARAH MULYADI DALAM KEIKUTSERTAANNYA DALAM MENUM...
- kisah cinta dan perjalanan hidup ibu riada
- sejarah dan proses kesetiaan ayah dan ibu
- makalah ilmu sejarah Muhamad Tarmizi
- makalah ilmu sejarah Muhamad Tarmizi
- makalah pengantar ilmu sejarah muhamad tarmizi
- Revisi Kelompok 6 (Otentisitas Kredibilitas)
- Sejarah Kehidupan Ayahku
- SEJARAH HIDUP IBU MUDJARROH UNTUK MENDAPAT GANTI R...
- SEJARAH KELUARGA DAN KEHIDUPAN EKONOMI BAPAK MASKUN
- SEJARAH SURONO SISWOPRAWIRO (1938-2011)
- SEJARAH KEHIDUPAN SOSIAL DAN PERMASALAHAN KELUA...
- SEJARAH KISAH CINTA”NGATU” DIMASA LALU MAKAL...
- revisi makalah kelompok 8
- SEJARAH IBU SUPINI SEBAGAI GURU TK DAN ORGANISATOR...
- KEHIDUPAN SULIT ‘SATIR’ AKIBAT SIFAT SERAKAH KELU...
- SEJARAH PERJALANAN HIDUP DAN TRADISI YANG ADA DI ...
- sejarah keluarga by achmad al fattah noer off D
- sejaarah usaha pak Djari
- SEJARAH KELUARGA PERANTAUAN
- SEJARAH KELUARGA DAN KEHIDUPAN EKONOMI BAPAK MASKUN
- SILSILAH DAN SEJARAH PERJALANAN KEHIDUPAN SOSIAL ...
- Sejarah Guwe
- PENGARUH PAKSAAN ORANG TUA TERHADAP KEHIDUPAN DAN ...
- Historiografi Keluarga : Sejarah Keluarga Ponidi W...
-
▼
Desember
(38)