Blogger Widgets

Archive for Februari 2014

PERAN DESIDERIUS ERASMUS DALAM REFORMASI GEREJA DI EROPA


PERAN DESIDERIUS ERASMUS DALAM REFORMASI GEREJA DI EROPA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Eropa
Yang dibina oleh Aditya N. Widiadi, M.Pd






Oleh
Imam Machbub                       (130731615692)






UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH


Februari 2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Reformasi Gereja.............................................................................. 3
2.2 Desiderius Erasmus dan Peranannya dalam Reformasi Gereja......... 5
2.3 Dampak Reformasi Gereja................................................................ 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 10
Daftar Rujukan....................................................................................... 11




BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Reformasi gereja tercetus pertama kali pada abad ke-16 yang terjadi di Eropa Barat. Reformasi Gereja 1483-1546 terjadi karena banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada agama khususnya umat kristiani. Antara lain yaitu adanya penjualan surat pengampunan dosa yang disebut surat aflat. Surat pengampunan itu dijual kepada mereka yang tidak dapat ikut dalam perang salib antara abad 11-13, Kebiasaan penjualan Surat pengampunan dosa kemudian dilakukan untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan gereja. Penjualan surat-surat pengampunan dosa paling banyak dijual di Jerman melebihi negara-negara lainnya di Eropa. rakyat Jerman pada saat itu sebagian besar adalah masyarakat petani yang merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat adanya kekuasaan gereja katolisisme. Pajak-pajak yang memberatkan, urusan kepemilikan tanah yang dipersulit oleh pihak gereja, harta kekayaan yang sering diambil oleh pihak geraja tanpa alasan yang jelas.  Terjadinya penyogokkan oleh pemuka agama kepada petinggi gereja agar mereka memperoleh kedudukan sosial keagamaan yang tinggi.
 Reformasi ini terjadi akibat banyaknya ketidakpuasan terhadap Gereja Katolik Roma pada saat itu. Ketidakpuasan ini terjadi di Bohemia, Inggris dan di tempat-tempat yang lain. Para pemimpin gereja pada masa itu hidup secara munafik dan bertentangan dengan Kitab Suci. Rakyat menyaksikan kerusakan moral gereja yang bahkan melebihi kerusakan moral dalam kalangan orang biasa. Tetapi rakyat tidak berhak mengkritik karena adanya anggapan bahwa para pemimpin adalah wakil Tuhan dan rakyat harus mentaati mereka. Keadaan ini membuat orang-orang mulai meninggalkan gereja, namun mereka tetap terikat oleh gereja sebab adanya pandangan yang mengatakan bahwa keselamatan hanya terdapat di dalam gereja dan di luar gereja pasti binasa.
Reformasi gereja tersebut tidak terlepas dari peranan para tokoh filsafat, di antaranya adalah Erasmus Desidarius. Dalam makalah ini akan membahas tentang peranan Erasmus dalam reformasi gereja.
1.2 Rumusan Masalah
1.                  Bagaimana proses dan penyebab terjadinya reformasi gereja?
2.                  Bagaimana peranan Desiderius Erasmus dalam reformasi gereja?
3.                  Bagaimana dampak reformasi gereja bagi Eropa ?

1.3              Tujuan
2.                  Mendiskripsikan proses dan penyebab terjadinya refornasi gereja.
3.                  Mendiskripsikan peran Desiderius Erasmus dalam reformasi gereja.
4.                  Mendiskripsikan dampak dari reformasi gereja.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Reformasi Gereja
Abad pertengahan dimulai sekitar abad ke-5 sampai abad ke-17 M. Abad pertengahan berati zaman tengah atau zaman yang menengahi dua zaman penting, yaitu zaman kuno (Yunani-Romawi) dan zaman modern. Semangat berpikir para filsuf di abad pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara filsafat dan agama, yang sebelumnya tidak terjadi seperti ini. Karena para filsuf yang hidup di abad pertengahan hampir semuanya adalah penganut agama kristen, dan bahkan banyak yang tergolong sebagai orang-orang penting dalam agama kristen lantaran mereka tergolong dalam golongan rohaniawan atau biarawan, seperti uskup, rahib, imam, dan pimpinan biara.
Abad pertengahan disebut juga sebagai abad kegelapan. Karena pada tahun 529 M, kaisar Justinianus mengeluarkan undang-undang ajaran filsafat apapun di Athena. Hal ini menyebabkan ditutupnya sekolah-sekolah filsafat, termasuk Academy Plato. Tujuan dari dikeluarkanya undang-undang ini adalah untuk melindungi ajaran kristen dari serangan orang-orang yang percaya bahwa filsafat Yunani lebih bagus dari ajaran kristen. Namun, dibalik doktrin dari gereja, kebebasan berpikir walaupun masih dalam konstek kristen juga sangat nampak. Hal ini terlihat dari perbedaan pemikiran para filsuf kristen yang menyebabkan munculnya berbagai aliran dalam ajaran kristen. Bahkan ada beberapa filsuf dimasa itu yang berani mengkonfrontasi dengan mereka yang memiliki otoritas menjaga kemurnian agama kristen.
 Oleh karena itu, telah terjadi perbedaan proyek berpikir dan karakter berpikir. Pada abad pertengahan ( 13M – 16M ) merupakan abad yang khas, karena di abad ini perkembangan gereja (seiring dengan bangkitnya budaya Yunani dan Romawi) semakin nyata, Karel Agung sebagai Raja Eropa mengadopsi gereja sebagai agama negara, kemudian ia mempersatukan Eropa Barat, sehingga menjadi suatu badan yang sangat kuat, yang berjiwa Katolik. Namun dimasa ini juga terjadi perpecahan gereja, hal ini terjadi berkaitan dengan gejala kebobrokan yang sedang menggerogoti Gereja Katolik akibat ulah pejabat tinggi Gereja (abas, prelat uskup, kardinal dan paus) yang bertanggungjawab atas keluhuran dan keagungan Gereja Kristus. Catatan sejarah mengingatkan kita bahwa mereka hanya mengejar kepentingan duniawi, memajukan kesenian serta sastra dan memikirkan sanak-saudara (nepotisme). Peristiwa seperti Skisma Barat (1378-1417) waktu tiga paus menyalahgunakan wewenang rohani mereka, pemilihan paus yang tidak pantas seperi Alexander VI (1492-1503) dan Leo IX (1513-1521), lalu korupsi serta komersialisasi jabatan gerejani yang begitu hebat sehingga membuat orang baik dan saleh pun hampir putus asa. Banyak pejabat Gereja menjadi pangeran duniawi namun melalaikan tugas rohani mereka, imam-imam paroki tidak terdidik, hidup dengan isteri gelap, seringkali bodoh dan tidak mampu berkotbah dan mengajar umat. Teologi skolastik menjadi mandul dan malah dogmatis dianggap sebagai perdebatan tentang hal sepele antara aneka aliran teologis. Humanisme antiklerikal dan konsiliarisme mengaburkan wewenang Roma, karena sering disalahgunakan demi kepentingan dan kekuasaan duniawi.
Gerakan reformasi tidak berhasil memperbaharui keadaan yang begitu bobrok di dalam Gereja. Akibatnya timbul konflik di antara banyak Gereja, yang saling menuduh meninggalkan iman yang benar. Faktor pemicu yang lain adalah banyak masalah teologis pada permulaan abad ke- 16 belum terputuskan, banyak kebiasaan dalam umat yang tidak seragam. Penghayatan iman dicampuradukan dengan takhayul, urusan agama berbaur dengan kepentingan duniawi. Praktek agama sering hanya sekedar rutinitas sehari-hari.
Dalam situasi Gereja seperti itu tampil Martin Luther seorang biarawan dari Ordo St. Agustinus (OSA) mengeritik ajaran dan kebiasaan yang tidak sejalan dengan Kitab Suci. Luther didukung oleh para pengikutnya, dan para humanism dimasa itu. Salah satunya adalah Desiderus Erasmus. Seorang humanism dari Belanda. Sampai tahun 1530 Luther dan para pengikutnya belum menganggap dirinya sudah berada di luar Gereja Katolik, karena semua kritik dianggap tidak diarahkan kepada Gereja Katolik, tetapi kepada kelompok tertentu di dalam Gereja. Pada saat itu terdapat beberapa pokok ajaran Gereja yang belum dirumuskan secara pasti. Dalam keadaan yang kurang pasti itu, Luther mencanangkan semboyan yang sudah dikemukakan orang lain sebelumnya: “Dalam kebingunan teologi, hanya Kitab Sucilah sumber dan norma ajaran Gereja!” Pandangan itu tersebar luas, juga di antara Reformator Katolik di Italia yang merasa putus asa terhadap pimpinan Gereja. Maka, mau tak mau orang memandang Kitab Suci sebagai sarana pembaharuan Gereja, karena para gembala sudah menjadi “orang upahan” yang tidak peduli (Yoh 10:12).

2.2 Desiderus Erasmus Dan Perananya Dalam Reformasi Gereja.
Erasmus adalah seorang sarjana kenamaan pada permulaan abad keenam belas. Ia seorang jenius, ahli dalam bahasa-bahasa klasik dan Kitab Suci. Erasmus berperawakan kecil, bermata biru, berambut pirang, dan dahinya berkerut. Suaranya lembut dan enak didengar. Ia menulis dan berbicara dalam bahasa Latin, yaitu bahasa kesarjanaan pada masa itu. Nasihat-nasihatnya selalu diminta oleh pemimpin-pemimpin Eropa dan ia selalu berkunjung ke mana-mana.
Erasmus adalah seorang sarjana humanis yang terkemuka dan dapat dikatakan bahwa ialah perintis reformasi. Setidaknya, edisi Perjanjian Barunya yang diterbitkan pada tahun 1516 dalam bahasa Yunani mendorong gerakan reformasi Luther.
Erasmus dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1466. Ia adalah anak di luar ikatan pernikahan antara Gerard dengan Margaret. Ayahnya ditahbiskan menjadi imam setelah Erasmus dilahirkan. Pendidikan rendahnya dimulai pada sebuah sekolah latin di Utrecht dan kemudian di Deventer yang diasuh oleh "The Brethrehn Common of Life" (Saudara-Saudara Hidup Rukun). Di sini, Erasmus memperlihatkan kecakapannya yang luar biasa.
Pada tahun 1486, Erasmus dimasukkan ke dalam biara Augustinus oleh walinya tanpa kehendak Erasmus sendiri, berhubung ibunya telah meninggal. Ia tinggal dalam biara ini selama 5 tahun (1486 -- 1491). Selama masa itu, ia menulis sejumlah puisi dan karangan prosa lainnya. Dalam tulisan-tulisannya ini, sudah nampak kritik-kritiknya terhadap keburukan-keburukan gereja dan keburukan hidup para biarawan. Mungkin keburukan-keburukan tersebut dilihatnya sendiri dalam kehidupan biaranya.
Kemudian Erasmus keluar dari biara, dan tahun 1492 ditahbiskan menjadi imam -- jabatan yang kurang disukainya -- oleh Uskup Cambray. Memang seumur hidupnya Erasmus tetap dalam jabatan imam tersebut, namun ia tidak pernah menjadi imam jemaat dan ia juga tidak pernah menikah. Ia memberi diri sepenuhnya kepada model kehidupan humanisme. Atas bantuan Uskup Cambray, Erasmus meneruskan studinya di Universitas Paris pada tahun 1495. Seterusnya, ia hidup sebagai seorang humanis sejati.
Erasmus banyak mengadakan perjalanan ke mana-mana. Tahun 1499, ia berkunjung ke Inggris untuk pertama kalinya dan di sana ia disambut dengan hangat terutama oleh Johanis Colet. Kemudian ia kembali ke Eropa dan mengunjungi Inggris pada tahun 1505. Kunjungannya yang terakhir ke Inggris adalah pada tahun 1509 dan ia tinggal di rumah Moore selama 7 tahun. Dalam perjalanannya menuju Inggris yang terakhir ini, ia menulis sebuah buku yang berjudul "The Praise of Folly" (Pujian bagi Folly), yang diselesaikannya di rumah sahabatnya, Thomas Moore. Setelah kembali dari Inggris, ia mengembara dari satu kota ke kota lain dan kemudian menetap di Basel pada tahun 1521 -- 1529. Di Basel, ia berhubungan dengan Zwingli. Zwingli sering mengunjunginya dan keduanya sering surat-menyurat. Di sinilah juga Erasmus menemukan tulisan-tulisan Luther yang barangkali lewat perantaraan Zwingli.
Tahun 1529, Erasmus meninggalkan Basel dan berpindah ke Freiburg di mana ia tinggal 6 tahun lamanya. Ia ingin kembali ke negerinya sendiri, dan dalam perjalanan kembali ke Belanda, ia masih singgah di Basel untuk mengawasi pencetakan bukunya mengenai Origenes pada sebuah percetakan milik Johanis Froben. Di sini, Erasmus jatuh sakit dan meninggal dunia di rumah Froben. Kata-katanya yang terakhir adalah: "O Jesu, misericordia; Domine, liberame; Domine fac mie; Domine miserere mei" (O Yesus, kasihanilah aku; Tuhan selamatkanlah aku; Tuhan, semuanya telah berakhir; Tuhan kasihanilah aku).
Erasmus adalah seorang tokoh yang berjasa bagi gerakan reformasi gereja yang dipimpin oleh Marthin Luther. Marthin Luther mempergunakan edisi Perjanjian Baru berbahasa Yunani yang keluar dari tangan Erasmus. Erasmus juga mengkritik keburukan-keburukan yang ada dalam gereja dan menasihatkan Paus untuk mengambil tindakan-tindakan pembaharuan gereja. Erasmus mau mengadakan pembaharuan gereja dengan cara yang lemah lembut dan bukan dengan jalan kekerasan. Ia mau memperbaharui gereja dengan tetap tinggal dalam gereja itu.
Hingga tahun 1524, Erasmus bersimpati kepada gerakan reformasi Luther, namun sejak tahun itu hingga meninggalnya, ia menjadi konservatif-reaksioner. Dalam surat pada tahun 1519 kepada Uskup Agung Mainz, Albrecht, ia menulis antara lain sebagai berikut: "Luther adalah sama sekali asing bagi saya dan saya tidak memunyai waktu untuk membaca buku-bukunya kecuali membaca sepintas lalu beberapa halaman. Luther telah menulis surat kepada saya dengan nada kekristenan yang sejati dan sebagaimana saya pikir. Saya telah membalasnya sambil menasihatkan agar jangan menulis sesuatu melawan kepausan atau menghidupkan sikap intoleran, tetapi mengajarkan Injil yang keluar dari hati nurani yang murni."
Demikianlah juga Erasmus menulis kepada Paus Leo kesepuluh, antara lain sebagai berikut: "Saya tidak memunyai ikatan persahabatan dengan Marthin Luther, saya juga tidak pernah membaca buku-bukunya kecuali 10 atau 12 halaman, tetapi itu pun dengan sepintas lalu saja. Dari apa yang saya lihat, dia adalah seorang yang cakap menguraikan Kitab Suci seperti bapa-bapa gereja, suatu karya yang sangat dibutuhkan zaman ini. Menurut hemat saya, saya senang dengan kebaikannya dan bukan dengan keburukannya. Saya telah menulis banyak surat kepada sahabat-sahabatku sambil memohon supaya mereka menasihatkan orang itu (Luther) untuk melaksanakan kelemahlembutan kekristenan dalam surat-suratnya dan tidak merusak perdamaian gereja."
Pada tahun 1524, Erasmus menyatakan perlawanan terbuka terhadap Marthin Luther dengan menerbitkan tulisannya, "Diatribe-de Libero Arbitrio" (Uraian tentang Kehendak Bebas). Erasmus berpendapat bahwa sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia tetap memiliki kehendak yang bebas. Kehendak bebas ini tidak berhasil mencapai keselamatan jikalau tidak ditolong dengan rahmat Allah. Luther membalas tulisan Erasmus dengan tulisannya yang berjudul "De Servo Arbitrio" (Kehendak yang Terikat). Marthin Luther berpendapat bahwa manusia, ketika jatuh ke dalam dosa, tidak lagi memiliki kehendak yang bebas. Manusia diumpamakan sebagai seekor kuda atau keledai. Jalannya kuda atau keledai itu ditentukan oleh penunggangnya. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, penunggangnya adalah Iblis dan Iblis menguasai manusia sehingga tidak ada lagi kehendak yang bebas. Marthin Luther memang adalah murid yang sejati dari Augustinus.

Dengan demikian, berakhirlah hubungan kerjasama antara Marthin Luther dengan Erasmus. Sekalipun demikian, Luther tetap menghormati Erasmus dengan kata-katanya dalam suatu surat yang dikirimkannya kepada Erasmus pada tahun 1524, antara lain sebagai berikut, "Seluruh dunia menjadi saksi atas kesuksesan Anda dalam kesusastraan klasik yang luar biasa itu yang olehnya kami dibawa kepada pengertian yang benar tentang Kitab Suci. Inilah rahmat Allah yang terbesar yang dilimpahkan kepada Anda yang menyebabkan kami harus mengucapkan syukur." Erasmus hanya mengantarkan gerakan reformasi di pertengahan jalan, seperti Musa mati di Gunung Nebo tanpa masuk ke tanah Kanaan.

 

2.3 Dampak Reformasi Gereja di Eropa.

Dengan adanya gerakan reformasi yang semankin menggeliat dalam Gereja. Hal ini menimbulkan berbagai dampak positive maupun dampak negative di eropa. Diantanya adalah :

1.                    Terpecah – belahnya umat gereja katholik di Eropa.

2.                   Konflik yang terjadi antara filsuf humanism dan para otoritas yang menjaga kemurnian agama kristen.

3.                    Adanya abad kegelapan karena doktrin dari gereja.

4.                   Terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh para pendukung tokoh reformator, yang didominasi oleh para kaum petani miskin yang ingin mendapatkan kebebasan.

5.                    Lahirnya Gereja Reformasi atau Gereja Protestan.

6.                    Lahirnya ratusan sekte baru dalam Gereja.

7.             Reformasi gereja diilhami dari terjadinya renaisan pada abad pertengahan, menghasilkan pemikiran Barat kearah modern dan mempunyai rujukan jelas menuju liberalisme dan kebebasan. Renaisans adalah masa kelahiran atau kebangkitan kembali manusia Barat setelah tertidur lama pada masa yang disebut “abad kegelapan” (dark ages).

8.                    Injil yang tidak lagi hanya berbahasa latin.

 

 

 

BAB III
PENUTUP

3.1              KESIMPULAN
Reformasi gereja merupakan sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupan yang didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Reformasi gereja adalah sebuah upaya perbaikan dan kembali pada ajaran gereja yang lurus, gerakan reformasi berupa sikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katoliik pada waktu itu.
Erasmus adalah salah satu tokoh reformasi dari Belanda. Erasmus dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1466. Ia adalah anak di luar ikatan pernikahan antara Gerard dengan Margaret. Ayahnya ditahbiskan menjadi imam setelah Erasmus dilahirkan. Pendidikan rendahnya dimulai pada sebuah sekolah latin di Utrecht dan kemudian di Deventer yang diasuh oleh "The Brethrehn Common of Life" (Saudara-Saudara Hidup Rukun). Di sini, Erasmus memperlihatkan kecakapannya yang luar biasa.
Erasmus adalah seorang sarjana humanis yang terkemuka dan dapat dikatakan bahwa ialah perintis reformasi. Setidaknya, edisi Perjanjian Barunya yang diterbitkan pada tahun 1516 dalam bahasa Yunani mendorong gerakan reformasi Luther.



DAFTAR RUJUKAN
Rahman, Masykur A. 2013. Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat. Jojakarta: IRCiSoD
Wells, H.G. 2013. A Short History of The World. Jojgakarta: Indoliterasi
Lucas, Henry S. 1960. The Renaissance And The reformation. New York: United State of America
Coates, Willson H. 1966. The Emergence of Liberal Humanism. New York: United of America
Muhammad, Ali A.M. Filsafat Politik Antara Barat dan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia

Perry, Marvin. 2012. Peradaban Barat: Dari Zaman Kuno Sampai Zaman Pencerahan. Bantul: Kreasi Wacana

White, Hayden V. 1974. From The Italian Renaissance to The French Revolution. New York: MC. Graw-Hill Book Company


REVOLUSI RUSIA DAN DAMPAKNYA BAGI DUNIA

Achmad Dwi Susianto (130731607263)
Intan Febri Layyinah (130731615706)
Niki Dwi Ayuningtyas (130731615704)
Trias Ulul Himmah (130731616743)

REVOLUSI RUSIA DAN DAMPAKNYA BAGI DUNIA

ABSTRAK
            Revolusi yang terjadi di Rusia memiliki banyak sekali seluk beluk latar belakang dan akibat terjadinya. Dimulai dari kepemerintahan monarki absolut oleh Tsar Rusia hingga terpuruknya Uni Soviet kala itu pasca Perang Dunia. Namun alasan terkuat mulai terjadinya Revolusi adalah pemerintahan yang semena-mena oleh para penguasa yakni Raja dan kerabatnya juga pada kaum penguasa atau kapitalis. Banyak uang negara terbuang begitu saja hanya untuk kesejahteraan kaum-kaum penguasa dan raja saja, sedangkan para kaum buruh petani terpuruk dalam kemiskinan dan kelaparan. Dampak yang ditimbulkan dari terjadinya Revolusi Rusia ini pula tidak hanya pada Rusianya sendiri saja, melainkan pada dunia termasuk Indonesia. 

Kata Kunci : Revolusi Rusia, Nasionalisme, Kapitalisme, Marxisme, Komunisme, Monarki absolute, Tsar Rusia, Boshelviks, Lenin, Revolusi industry di Rusia, Revolusi Hijau, Revolusi Februari & November.

1.    PENDAHULUAN
            Rusia adalah Negara kerajaan, dimana pemerintahannya di beri gelar Tsar. Tsar sama halnya dengan raja atau pemimpin Negara. Pada dasarnya kita harus mengetahui juga bagaimana keadaan Revolusi Rusia, yang bisa berakibat pada tatanan dan kehidupan rakyat Rusia pada saat itu. Sehingga dapat diketahui dengan jelas dan terperinci gambaran tentang hal tersebut. Revolusi Rusia terjadi pada tahun 1917, karena tidak puasnya rakyat pada kebijakan-kebijakan pemerintahan. Apalagi pada saat itu pemerintahnya yang bernama Tsar Nicholas II menjalankan pemerintahan yang sangat reaksioner dan bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Para buruh menolak terhadap sistem dan kebijakannya yang di lakukan oleh pemerintahan Tsar, karena mereka beranggapan tindakan yang di lakukan oleh Tsar Nicholas II tersebut hanya membuat rakyat dan para pekerja menderita dengan adanya pemotongan gaji yang besar-besaran.
            Revolusi Rusia terjadi secara berkala dimulai dari Revolusi Rusia (1905) akibat dari kekalahan perang yang diderita Rusia ketika melawan Jepang (Vernadsky, 1951:184). Diawali dengan pemogokan umum di St.Petersburg (Petrograd/Leningrad). Diikuti oleh seluruh bangsa Rusia. Kaum buruh di St.Petersburg membentuk Dewan Buruh (Soviet), kemudian diikuti oleh buruh-buruh seluruh Rusia. Kaum buruh yang semakin bertambah besar, mendesak Tsar Nicholas II untuk membuat Undang-Undang Dasar (UUD) bagi Rusia. Dibentuk & diumumkan oleh Tsar pada bulan Oktober 1905 sehingga dikenal dengan sebutan Oktober Manifesto 1905.
            Dalam pemerintahannya Tsar Nicholas II lebih banyak memajukan sistem ekonomi yang progresif. Hal ini menyebabkan sektor perindustrian di Rusia pada saat itu berkembang dengan pesat. Kemunculan industri-industri tersebut memunculkan banyak gerakkan sosialisme (Vernadsky, 1951:198-199). Pemerintahan Nicholas II yang memperbolehkan despotism dari Negara-negara lain, sampai berabad-abad, membuat para pekerja atau buruh resah. Karena mereka menganggap Negara lain ikut campur dalam perindustrian di Rusia pada saat itu. Perkembangan industri yang cukup pesat menyebabkan munculnya golongan buruh (proletar), yang berakibat kemunculan gerakan sosialisme pada masa pemerintahan Tsar Nicholas II. George Plekhanov mendirikan Partai Sosial Demokrat (1898) programnya adalah persamaan dalam hukum, kemerdekaan pers, berbicara, berkumpul serta perbaikan nasib buruh dan tani. Pada tahun 1903 Partai Sosial Demokrat pecah menjadi Partai Sosialis (Mensjewiki/Menshevik) yang dipimpin oleh George Plikhanov kemudian dilanjutkan oleh Kerensky. Partai lainnya adalah Partai Komunis (Bolsjewiki/Bolshevik) yang dipimpin oleh Vladimir Ulyanov (nama samaran Lenin), kemudian beralih kepada Josef Dschugaschvili (terkenal dengan nama Salatin).
            Akhirnya para pekerja dan buruh membentuk suatu partai politik yaitu Bolshevik. Bolshevik adalah sebuah wadah untuk para pekerja, buruh dan kaum-kaum yang tertindas untuk menggulingkan pemerintah Tsar Nicholas II. Bolshevik yang diketuai oleh Lenin membuat siasat untuk secepatnya menggulingkan pemerintahan Tsar Nicholas II, mereka terus berjuang untuk revolusi para buruh dan pekerja. Mereka bekerja keras dan bekerjasama satu sama lain untuk menggulingkan Tsar Nicholas II.
... the Bolsheviks solution was direct and simple; they urged an immediate peace and thus promised an end to the crisis : Solusi Bolsheviks sangat jelas dan sederhana; mereka menginginkan perdamaian dengan segera dan janjinya adalah mengakiri krisi yang terjadi (Vernadsky, A History Of Russia 253).
            Pada akhirnya Bolshevik berhasil mengkudeta dan menggulingkan pemerintahan Tsar Nicholas II.  Tsar Nicholas II akhirnya di tangkap dan di buang ke Serbia. Pada tahun 1918 Tsar dan keluarganya di bunuh.
... Nicholas II and his wife and children were brutally muredered by the Bolsheviks in Ekaterinburg (now called Sverdlovsk) on July 16, 1918, and other members of the Imperial family were either killed or escapes to exile : ... Nicholas II dan istrinya dan anaknya dibunuh secara brutal oleh Bolsheviks di Ekaterinburg (sekarang Sverdlovsk) pada 16 Juli 1918, dan anggota keluarga kerajaan lainnya juga dibunuh atau melarikan diri kepengasingan ( Vernadsky, A History Of Russia 269).

2.    PEMBAHASAN
2.1.  Latar Belakang terjadinya Revolusi Rusia
            Lahirnya Revolusi Rusia di mulai dari kekalahan tentara Rusia (Soviet) pada Perang Dunia II. Hal tersebut membawa Rusia ke dalam masa yang suram. Masa dimana Rusia banyak melakukan pembenahan di sektor apapun. Sedangkan Tsar (Raja) memilih untuk bersenang-senang tanpa menghiraukan rakyat. Setelah tahun 1918, masyarakat Rusia mengalami kekurangan makanan dan konflik tanah yang di sengketakan merupakan hal yang sulit untuk diatasi. Serta kesenjangan yang mencolok antara pemerintah dan rakyat bawah. Pemerintahan bisa hidup enak-enakan, sedangkan rakyat banyak yang sakit, kelaparan dan kemiskinan. Pada saat itu Tsar Nicholas II lebih mementingkan keluarga-keluarganya dari pada mementingkan rakyat. Keluarganyalah yang banyak menghambur-hamburkan harta atau pajak yang di tarik dari rakyat. Di sinilah rakyat menganggap ada sebuah kesenjangan sosial.
            Pemerintahan juga dinilai terlalu lemah oleh kaum Bolsheviks. Rakyat Rusia juga menilai bahwasannya Tsar terlalu pilih kasih terhadap suatu kebijakan dan mementigkan kepentingan keluarganya dan kerabat-kerabat dekat.  Karena pada saat pemerintahan Tsar Nicholas II, banyak pekerja yang jam kerjanya di tambah dari ketentuan dan gajinya di potong, bahkan ada juga yang gajinya tidak terbayarkan, Memang perbuatan yang dilakukan oleh Tsar tersebut sangat tidak pantas, karena pada saat itu Rusia mengalami kekalahan dalam Perang Dunia ke II, yang mengakibatkan kas Negara berkurang dan buruknya ekonomi Rusia pada masa itu. Tetapi hal tersebut di tanggapi oleh para buruh dan pekerja dengan sebaliknya, karena mereka tidak ingin pemerintahan Tsar Nicholas II tersebut yang reaksioner dan sewenang-wenang semakin memperkeruh derita rakyat Rusia pada masa itu. Para pekerja dan buruh menginginkan haknya dapat terpenuhi, karena mereka mengalami kemiskinan dan kelaparan. Akhirnya para buruh bereaksi melawan pemerintah.
            Dalam kaitannya dengan Revolusi Rusia, pada saat itu Rusia terbagi menjadi dua golongan. Yaitu golongan merah dan golongan putih. Golongan merah adalah golongan yang menginginkan kebebasan hak-haknya secara mutlak seperti halnya gaji mereka yang tidak lagi di potong secara besar-besaran, mereka juga tidak menginginkan penambahan jam kerja yang bukan semestinya, walaupun penambahan jam kerja itu baik buat perindustrian di Rusia. Golongan merah tersebut di antaranya rakyat, pekerja dan rakyat yang tertertindas. Sedangkan golongan putih adalah golongan yang menginginkan atau mendukung Tsar Nicholas II agar tetap menjadi Tsar (Raja). Kedua golongan tersebut saling bertentangan, bahkan ada diantara mereka terjadi pertentangan. Hal tersebut membuat pertengkaran antar saudara. Maka dari itu para rakyat dan pekerja yang menginginkan Tsar Nicholas II turun tahta juga mendapat tentangan dari golongan putih, yang tidak menginginkan perubahan.
            Dalam gerakan sosialis Rusia yang di bentuk oleh para pekerja dan kaum buruh (golongan merah), mereka mengalami kesulitan dalam melakukan kudeta terhadap pemerintah ataupun penggulingan Tsar Nicholas II secara langsung. Karena para pekerja tidak memikirkan statrategi apa yang harus di lakukan. Mereka hanya menggunakan fisik dalam melakukan penggulingan Tsar Nicholas II (Vernadsky, 1951:252). Lagi-lagi para pekerja dan buruh gagal dalam menggulingkan pemerintahan Tsar. Banyak para pekerja yang meninggal akibat dari tuntutan terhadap pemerintah tersebut.
            Setelah para rakyat dan buruh bertindak dengan pikiran, terbentuklah sebuah partai. Partai yang di bentuk oleh para buruh adalah Partai Demokratik Sosialis Rusia yang di dirikan oleh George Plekhanov (1898). Program rencananya adalah persamaan dalam hukum, kemerdekaan pers, berbicara, berkumpul, dan perbaikan nasib buruh dan tani. Dari partai itulah rakyat dan parah buruh yang tertindas meluapkan aspirainya dalam wadah partai tersebut. Pada tahun 1903 Partai Sosial Demokrat pecah menjadi Partai Sosialis (Menshevik) yang dipimpin oleh George Plikhanov kemudian dilanjutkan oleh Kerensky. Partai lainnya adalah Partai Komunis (Bolshevik) yang dipimpin oleh Vladimir Ulyanov (Lenin), kemudian beralih kepada Josef Dschugaschvili. Dalam perkembangannya Lenin lah yang berhasil menggulingkan pemerintahan Tsar Nicholas II. Lenin menggunakan strategi kudeta terhadap Tsar. Mereka terus berjuang untuk revolusi para buruh dan pekerja. Mereka bekerja keras dan bekerjasama satu sama lain untuk menggulingkan Tsar Nicholas II. Pada akhirnya Bolshevik (Golongan Merah) berhasil mengkudeta dan menggulingkan pemerintahan Tsar Nicholas II dengan kebanggaan dan kerja keras (Heyman, 1993:269).
2.2.   Dampak Revolusi Rusia bagi Rusia dan Dunia
2.2.1.      Dampak Revolusi Rusia bagi Rusia
            Revolusi Rusia 1917 adalah sebuah gerakan politik di Rusia yang memuncak pada 1917 dengan penggulingan pemerintahan provinsi yang telah mengganti sistem Tsar Rusia, dan menuju ke pendirian Uni Soviet, yang berakhir sampai keruntuhannya pada 1991. Revolusi Februari tahun 1917 di Rusia adalah tahap pertama Revolusi Rusia tahun 1917. Akibat dari revolusi ini adalah abdikasi Tsar Nicholas II, runtuhnya kekaisaran Rusia, dan berakhirnya dinasti Romanov. Pemerintahan provisional, non-Komunis dibawah Pangeran Georgy Lvov menggantikan Tsar, Pangeran Lvov lalu diteruskan oleh Alexander Kerensky setelah huru-hara saat hari Juli.
            Pemerintahan provisional merupakan aliansi antara kaum liberal dan kaum sosialis yang ingin melaksanakan reformasi politik, membuat eksekutif yang dipilih secara demokratis, dan dewan konstituante.
... the Provisional Goverment without protest after the Tsar’s abdication. The commanding generals of the Russian army were royal to the revolution and the Provosional Government following the tsar’s abdication : Pemerintahan Provisional tanpa protes setelah adanya abdikasi Tsar Rusia. Perintah utama dari tentara Rusia sangat mewah terhadap revolusi dan Pemerintah Provisional mengikuti segala abdikasi Tsar Rusia (Vernadsky, A History Of Russia 242). Sedangkan revolusi tahap kedua, yaitu Revolusi Oktober terjadi pada tanggal 7 November 1917 menurut penanggalan Gregorian di Rusia.
            Sedangkan menurut penanggalan Julian, peristiwa ini terjadi pada tanggal 25 Oktober 1917, oleh sebab itu revolusi ini disebut Revolusi Oktober karena Rusia menggunakan kalender Julian.
... in 1917 Russia was still using the Julian Calender adopted reign of Peter the Great... thus the first revolution of 1917 is referred to as February Revolution (under the Julian Calender) or the March Revolution (under the Gregorian). Two names are also used..: The October Revolution and The November Revolution : pada 1917 Rusia masih menggunakan penanggalan Kalender Julian yang mengadopsi dari Peter the Great.. revolusi 1917 pertama yaitu revolusi Februari (menurut Kalender Julian) atau Revolusi Maret (berdasar Gregorian). Dua nama yang sering dipakai..Revolusi Oktober dan revolusi November (Heyman, Russian History 1993 : 266).
Pada saat itu kaum komunis Rusia, di bawah pimpinan Lenin, merebut kekuasaan dengan sukses di Petrograd, ibukota Rusia kala itu. Mereka menggulingkan pemerintahan nasionalis di bawah pimpinan Alexander Kerensky yang mulai memerintah sejak bulan Februari. Pemerintahan ini diangkat setelah Tsar Nicholas II dari Rusia turun takhta karena dianggap tidak kompeten.
            Bila revolusi Februari merupakan “kemenangan” kaum borjuis, maka revolusi Oktober 1917 adalah kemenangan kaum Bolshevik, yang kemudian dikenal dengan nama “Revolusi Proletar”. Lenin menyebutnya sebagai ‘kemenangan kekuasaan Soviet”. Setelah meraih kemenangan di Petrograd, dengan merebutnya dari pemerintahan sementara yang diisi oleh kelompok Menshevik, kaum Bolshevik memperluas revolusi ke seluruh pelosok negeri. Proses revolusi di daerah-daerah berlansung dengan 2 cara, yakni cara damai dan dengan kekerasan. Tercatat dari 97 kota besar, 79 direbut dengan damai, sementaranya sisanya diraih dengan kekerasan dan pertumpahan darah. Salah satu kota yang melakukan perlawanan sengit terhadap kekuatan Bolshevik adalah Moskow.
            Dalam sidang III Dewan Pekerja, Militer, dan Petani di Petrograd pertengahan Januari 1918, Kaum Bolshevik meresmikan berdirinya Republik Soviet Rusia yang telah diproklamirkan pada siding sebelumnya ( Sidang II ) pada tanggal 7 November 1917 dan mengubah namanya menjadi RSFSR ( Republik Soviet Sosialis Federasi Rusia ). Bolshevik kemudian menyusun berbagai kebijakan baik politik maupun ekonomi untuk memperbaiki keadaan akibat revolusi dan perang. Adapun program-program Pembangunan Ekonomi Bolshevik adalah sebagai berikut:
1.    Nasionalisasi perbankan, penggabungan ke dalam bank tunggal pemerintah.
2.    Nasionalisme trust, sindikat yang menguasai industi-industri besar.
3.    Pembentukan kontrol pekerja atas produksi dan pembagian kerja sebagai langkah persiapan nasionalisasi industry dan perdagangan.
4.    Pembantukan monopoli pemerintah atas perdagangan luar negeri/
5.    Penyitaan tanah-tanah milik tuan tanah, nasionalisasi seluruh tanah, serta pembentukan Sovkhos ( perekonomian soviet dari perkebunan-perkebunan sitaan milik tuan-tuan tanah yang berskala besar.
6.    Mengejar ketertinggalan ekonomi negara dengan cara memacu perkembangan kekuatan produksi.
Sebagai sebuah negara yang telah mengalami perubahan revolutif, perangkat hukum otokratis tidak lagi sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlangsung. Karenanya dalam sidangnya yang ke-5 Soviet seluruh-rusia mensahkan konstitusi RSFSR 1918 pada tanggal 10 Juli 1918. Konstitusi ini senafas dengan kaum proletar,, menempatkan “ deklarasi kaum pekerja dan kaum tertindas” pada bagian awal konstitusi tersebut. Ditegaskan pula dalam UUD bahwa bentuk negara adalah diktatur Proletariat dalam bentuk “Kekuasaan Soviet Seluruh-Rusia yang kuat”.
            Tujuan utama pemerintahan diktator proletariat adalah penghancuran Borjuasi dan penghentian peninidasan manusia oleh manusia dan perwujudan sosialisme, dimana tidak ada lagi perbedaan kelas dan tidak ada lagi kekuasaan negara. Selain perubahan dalam struktur pemerintahan, Uni Soviet juga telah berubah menjadi negara komunis, yang diilhami dari ajaran Marx dan Engels (Rauch, 1957:___).
            Kriteria paling dalam, paling objektif, dan paling tak dapat dibantah mengungkapkan: kemajuan dapat diukur dengan pertumbuhan produktivitas buruh sosial. Dari sudut ini, estimasi mengenai Revolusi Oktober telah dibuktikan dengan pengalaman. Prinsip organisasi sosialistik untuk pertama kalinya dalam sejarah telah menunjukkan kemampuannya untuk mencatatkan rekor baru dalam bidang produksi, yang belum pernah terdengar bisa dicapai dalam rentang waktu yang singkat.
            Namun kebijakan Glasnost dan perestroika yang dikeluarkan oleh presiden Mikhael Gorbachev pada era 80-an telah membawa dampak negatif bagi eksistensi Uni Soviet. Uni Soviet mulai kehilangan berbagai daerahnya yang memerdekakan diri, hingga akhirnya Uni Soviet runtuh sebagai kekuatan komunis terbesar di dunia. Namun setidak-tidaknya revolusi 1917 bisa menimbulkan efek bahwa kekuasaan sebenarnya adalah di tangan rakyat. Saat ini bisa dibilang sistem politik dan pemerintahan Rusia berbeda jauh dengan masa Tsar. Tidak ada absolutisme, kediktatoran, atau otokrasi. Melainkan sudah menuju ke arah demokrasi, meskipun ideologi komunisme masih tetap dipertahankan. Selain itu dampak yang ditimbulkan adalah munculnya pemerintahan satu Partai (Partai Komunis), timbulnya Soviet-Demokrasi sebagai lawan dari Liberal-Demokrasi, meluasnya Komunisme ke seluruh penjuru dunia, hingga saat ini Komunisme merupakan faktor yang tidak dapat dilupakan dalam dunia politik dunia (Rauch, 1957:___).
            Selain dampak politik akibat terjadinya Revolusi Rusia, dampak fisik pun juga ada. Dampak fisik ini antara lain seperti terjadinya Revolusi industri dan Revolusi Hijau atau yang biasa kita sebut Revolusi Agraria. Awal mula terjadinya kedua revolusi ini tentu akibat dari luas dan banyaknya keadaan Rusia pada saat itu pasca perang dunia pertama dan kedua. Revolusi industri yang terjadi di Rusia tidak jauh bebeda pada daerah Eropa, karena kala itu Rusia memang dilanda banyak krisis. Sehingga ini mendorong adanya Revolusi industri.
...working hours were substantially increased and many recently established health and safety measures were discarded. Factory wages did not keep up with prices. The price of meat tripled between 1914 and 1916 : bekerja berjam-jam pada hakekatnya meningkat dan mendirikan pusat kesehatan dan keamanan namun kemudian dibuang. Pabrik tidak menggaji dengan sesuai harga. Harga daging ditiga kali lipatkan antara tahun 1914-1916 (Heyman, Russian History : 260)
            Sedangkan revolusi selanjutnya adalah revolusi hijau, latar belakang terjadinya dalah juga karena perang dunia satu dan dua. Karena banyak lahan di Russia yang hancur dan mati. Ditambah jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah terjadi penambahan yang terus-menerus. Maka dibuatlah beberapa rancangan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu Revolusi Hijau atau Revolusi Agraria.
2.2.2. Dampak Revolusi Rusia bagi Dunia
            Dampak Revolusi Rusia bagi dunia yang paling besar adalah terhadap berkembangnya ideologi komunisme dan sosialisme yang berkembang hampir di seluruh dunia. Tidak hanya itu pokok pemikiran yang diungkap oleh tokoh berpengaruh di Rusia yaitu Lenin dan Stalin adalah mengenai Marxisme yang tentunya berujung pada paham yang diterapkan pada negara yaitu komunisme. Akar pokok pemikiran Lenin dan Stalin ini adalah tokoh bernama Karl Marx yang menulis beberapa buku, diantaranya buku pertama yang diulis adalah berjudul “Economic and Philosophical Manuscript”. Latar belakang ditulisnya buku ini antara lain yaitu pemikiran Lenin yang mengungkap mengenai pekerjaan. Ditulisnya buku oleh Marx itu memang telah sebelumnya pernah ditulis oleh tokoh bernama Hegels dengan bukunya berjudul “Phenomology Of Mind”, yang pada buku ini membahas mengenai keterasingan.
            Dalam buku Sejarah Pemikiran Klasik, Dari yang Klasik Sampai yang Modern karangan Sutarjo Adisusilo menjelaskan isi dari buku Marx yang mengenai keterasingan. Bahwa dalam buku tersebut dijelaskan jika ada empat lapis keterasingan pada manusia, yaitu : keterasingan dari hasil kerjanya, dari tindakan prosduksi, dari sesama manusianya dan dari spesiesnya.
            Dari keempat hal itu dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap point saling berkaitan dan menjadikan penjelasan pada kondisi masyarakat yang tidak beres dan ujung masalah adalah adanya kapialisme pada masyarakat.
            Dari penjabaran mengenai keterasingan manusia, Marx juga menjelaskan tentang masyarakat berkelas dan pembagian kerja sehingga muncul pemikiran Marx berupa Materialistis Dialektis dan Historis. Dari hal tersebut itulah yang menjadikan cermin pemikiran Lenin dan Stalin. Meski dari keduanya mengalami pengurangan maupun pengurangan, itu karena pemikiran dari Marx tidak serta mentahan diserap.
            Awal terjadinya paham komunispun erat hubungannya dari latar belakang Revolusi Rusia yang dominan dilakukan kaum Bolsheviks. Awal perkaranya adalah adanya ketidakadilan dalam hal pembagian hasil kerja sehingga menjadikan suatu ketegangan dalam masyarakat industri dan terjadilah sebuah permusuhan. Marx menerangkan bahwa Komunisme dalam negara yang tinggi akan menjadi peningkatan ekonomi.
            Singkat kata marxisme yang awal perkembangan dari Karl Marx memiliki dampak tentunya pada masyarakat Eropa. Menurut buku karangan Michael Kart “Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah (1995)” meski dalam pengklasian mengalami kendali dalm tolok ukur, namun diatasi dari penghitungan banyak dan luasnya pengarut Marxisme. Di Eropa memang tidak secara langsung mendapat dampak karena kala itu Eropa masih bergejolak masalah mengenai Nasionalisme dan Sosialismeyaitu pada pertengahan abad 18 atau 19 hingga awal abad 20. Sehingga Marxisme maupun komunisme tidak menjadikan ancaman bagi Eropa. Barulah pada awal abad 20 yakni setelah adanya perang Dunia pertama, dunia digemparkan tentang keberhasilan Lenin memimpin Revolusi Oktober Rusia 1917 dan mendirikan negara komunis di Uni Soviet.
            Itulah awal mula dampak karena Marxisme, karena akibat hal tersebut Gerakan Buruh di Eropa menjadi terpecah menjadi dua : bersikap moderat(Partai Sosialis) dan revolusioner (Partai Komunis). Tidak hanya berdampak pada perpecahan dasar pastai, tapi juga terjadi pertentangan paham yang disebut Perang dinging (cold war) dan Perang Dingin (hot war).  Terjadinya kejadian ini yaitu seusai perang dunia kedua dimana semua negara memperdebatkan paham yang ada, pihak pendukung Marxisme dan anti-Marxisme.

2.3.   Dampak Revolusi Rusia bagi Indonesia
            Di Indonesia sendiri, Pengaruh Revolusi Rusia juga berdampak terhadap perkembangan pergerakan nasional di Indonesia yang tampak jelas dengan berkembangan paham Marxis yang kemudian melahirkan Partai Komunis Indonesia. Kronologi terbentuknya Partai Komunis Indonesia dimulai dengan atas dasar Marxisme inilah pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet bersama-sama dengan J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bersgma berhasil mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Sneevliet kemudian melakukan infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam tubuh SI dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai anggota SI, dan sebaliknya anggota-anggota SI menjadi anggota ISDV. Akibatnya, SI Cabang Semarang yang sudah berada dibawah pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxismenya sehingga menyebabkan perpecahan dalam tubuh SI. Pada tahun 1919 ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia.
            Revolusi Rusia mengilhami para pemimpin dan kader Partai Komunis Indonesia untuk melawan terhadap pemerintahan resmi: melakukan kudeta ala Lenin dan Bolsheviks-nya. Partai revolusioner ini sejak tahun 1926 telah mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda meski gagal. Dalam hal berpartai politik, PKI merupakan salah satu partai yang enggan bekerja sama dengan pemerintah; mereka bukanlah organisasi yang mudah diajak kooperasi. Sebaliknya, mereka bersikap keras dan tak segan-segan berdemonstrasi dan melalukan teror terhadap rakyat yang dinilai tak sejalan ideologinya.
            Kudeta ala Bolsheviks terus berlanjut di Indonesia pasca kemerdekaan, yakni pada 18 September 1948 yang dilancarkan PKI dan Front Demokrasi Rakyat di Madiun. Kudeta pun terjadi kembali pada 30 September-1 Oktober 1965 (namun masih dinilai pro-kontra karena cukup banyak versi yang berbeda tentang siapa pelaku sebenarnya kudeta yang melibatkan Angkatan Darat ABRI ini).
KESIMPULAN
            Bentuk negara yang berupa kemonarkian absolut yang terjadi pada Rusia yang berlangsungnya secara semena-mena menjadikan faktor utama terjadinya Revolusi Rusia mencuat. Para kaum buruh, petani atau rakyat biasa lainnya hanya bisa bekerja keras saja tanpa pernah merasakan kesejahteraan. Sedangkan para kaum penguasa dan raja hanya bisa berfoya-foya dan menghamburkan kas negara. Akibat hal itu mulai munculnya persatuan kaum buruh, petani yang non-kapitalis untuk membela hak mereka yang disebut Bolsheviks. Dalam praktiknya Bolsheviks menginginkan keadilan pada kaum buruh dan petani dan mendapat kesejateraan yang sama.
Proses perevolusian ini juga banyak penunjangnya seperti tokoh Rusia yang memproklamirkan paham komunisnya yang paham ersebut diadopsinya dari pemikiran seorang tokoh bernama Karl Marx. Hingga akhirnya tokoh bernama Lenin ini mampu menggemparkan dunia dengan bentuk revolusi dengan paham komunisnya yang mempengaruhi masyarakat Eropa kala itu.
Tidak hanya dampak bagi Eropa, Revolusi Rusia yang menjadikan beberapa partai maupun pihak yang bersilih mengenai paham Komunisme, di Indonesia pula mendapat pengaruhnya. Ini ditandai dari banyak munculnya Partai atau aliran-aliran yang menyerap akal pikiran dari ajaran Komunisme itu sendiri.


DAFTAR RUJUKAN

Adisusilo, Sutarjo. 2013. Sejarah Pemikiran Barat (Dari Yang Kalsik Sampai         Yang Modern). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Heyman, Neil. 1993. Russian History. New York: A Schaum Production

Perry, Marvin. 2013. Peradaban Barat Dari Revolusi Prancis Hingga Zaman Global. Bantul: Kreasi Wacana.

Rauch, George Von. 1957. A History Of Soviet Russia. United State Of America: Frederick A. Praeger.


Vernadsky, George.1951. A History Of Russia. United State Of America: Yale      University Press Printed in the United State America.

About Me

pendidikansejarahofferingdum
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info