- Home »
- KEHIDUPAN SULIT ‘SATIR’ AKIBAT SIFAT SERAKAH KELUARGA
Windows 8 UI > Desgined By. Renadel Dapize
pendidikansejarahofferingdum
On Jumat, 06 Desember 2013
KEHIDUPAN SULIT ‘SATIR’
AKIBAT SIFAT SERAKAH KELUARGA
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh
Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd.,S.Hum.M.Pd.
oleh:
Hafidh Ikhsan Fauzi
130731607297
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
November 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan
Syukur penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini ditujukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pengantar
Ilmu Sejarah yang berjudul “KEHIDUPAN SULIT ‘SATIR’ AKIBAT SIFAT SERAKAH
KELUARGA”.
Dalam
penyusunan makalah, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak
hingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu
Indah W.P. Utami, S.Pd.,S.Hum.M.Pd. selaku
pembibing yang selalu memberikan pengarahan untuk penyelesaian makalah ini. Dan
tak lupa ucapan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Karena kesempurnaan
sejatinya hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran sebanyak-banyaknya agar dapat membantu penulis untuk bisa
lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat serta dapat dijadikan suru tauladan bagi semuanya.
Malang, 22
November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Metode Sejarah
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah keluarga mbah Satir.
2.2. Sejarah awal terjadinya persselisihan
dalam keluarga mbah Satir.
2.3. Kehidupan mbah satir setelah
meninggalkan kampung halamanya.
2.4. Bagaimana penyelesaian konflik
tersebut.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
keluarga sangatlah wajar jika terjadi sebuah perselisihan, dan juga setiap
perselisihan pasti ada jalan keluar untuk menyelesaikanya. Tetapi terkadang
perselisihan terjadi karena suatu hal yang sepele sehingga menjadi suatu
permusuhan yang terjadi diantar keluarga. Semisal saja permusuhan keluarga yang
didasari oleh perebutan hak waris atau warisan harta keluarga. seperti halnya
yang terjadi pada keluarga Mbah Satir.
Perselisihan
yang terjadi antara Mbah Satir dengan saudaranya menyebabkan beliau
meninggalkan kampung halamanya sebagai orang yaang terbuang. Akan tetapi di
dalam masa-masa sulit tersebut, beliau bertemu dengan belahan jiwanya yang
menjadi pendamping hidup beliau seumur hidup beliau. Dari sinilah perjalanan
beliau ketika masih dalam masa kesulitan dan ditengah-tengah masa-masa tersebut
beliau menemukan seorang pendamping hidup, sangat menarik untuk dipelajari
karena selain mengandung sejarah seseorang, hal tersebut juga mengandung
nilai-nilai moral dalam setiap peristiwanya, sehingga dapat diambil Hikmah
serta pelajaran didalamnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
kehidupan awal keluarga Mbah Satir??
2.
Bagaimanakah
awal mula terjadinya perselisihan dalam keluarga Mbah Satir??
3.
Bagaimana
kehidupan Mbah Satir setelah meninggalkan kampung halamannya??
4.
Apa
usaha yang dilakukan??
C.
Tujuan
1.
Mengatahui
bagaimana kehidupan awal keluarga Mbah Satir dan keluarga.
2.
Untuk
mengetahui awal mula terjadinya perselisihan dalam keluarga Mbah Satir.
3.
Untuk
mengetahui kehidupan Mbah Satir setelah meninggalkan kampung halamannya.
4.
Mengetahui
apa yang dilakukan mbah Satir dalam perselisihan tersebut.
D.
Metode Sejarah
1.
Pemilihan Topik
·
Kedekatan
Emosional
Mbah Satir
merupakan putera dari seorang Haji yang merantau untuk menyebarkan Agama Islam.
Beliau memiliki seorang saudara tua yang selalu memusuhinya. Selama hidupnya
mbah Satir menjalani masa-masa yang susah karena beliau sempat
terusir/tersingkir dari keluarga tersebut. Pengalaman hidup mbah Satir inilah
yang sangat menarik untuk di bahas karena bagaimanapun juga beliaulah yang
nantinya menjadi kakek saya.
2.
Heuristik
Pengumpulan data
dan sumber-sumber yang sesuai dengan topik bahasan yaitu sumber primier didapati
penulis dari mewawancarai Kasiyem yang merupakan istri dari Mbah Satir dan
merupakan sumber utama yang menyaksikan serta mendengarkan langsung tuturan
sejarah dari Mbah Satir. Sedangkan sumber sekunder yakni Sunardi dan juga Siti
yang merupakan anak dari Mbah Satir, sumber sekunder yang dikumpulkan ini
adalah sebagai pembanding sekaligur pendukung dari sumber primer itu sendiri.
3.
Kritik
·
Kritik
Eksternal
Dari sumber primer
yaitu Kasiyem yang merupakan istri dari Mbah Satir menjelaskan bahwa benar,
jika Mbah Satir pergi dari rumah karena saudara tua beliau ingin menguasai
harta kekayaan keluarga sehingga beliau terpaksa meningalkan rumah serta
kampung halaman dengan ikut bibinya. Hal ini hampir sama dengan penuturan
sumber sekunder yang menyatakan bahwa Mbah Satir pergi dari rumah karena tidak
kerasan/betah dalam rumah karena selalu dijadikan kambing hitam oleh saudaranya
sehingga Mbah Satir pergi meninggalkan rumah sekaligus kampung halamannya.
·
Kritik
Internal
Dari wawancara
penulis didapatkan sumber primer dan sumber sekunder. Antara sumber primer dn
sekunder ini didapati berbagai macam perbedaan keterangan, antara lain seperti
mengapa Mbah Satir pergi meninggalkan rumah. Dari sumber primer menyebutkan
bahwa beliau diangkat anak oleh paman dan bibinya, sedangkan dari sumber
sekunder didapati berbagai versi, ada yang karena beliau tidak nyaman dirumah
karena sering di jadikan kambing hitam dan ada juga yang menyebutkan bahwa
beliau meninggalkan rumah karena ingin dibunuh oleh saudaranya sendiri. Di
sinilah penulis ingin mengungkapkan kebenaran dari sebuah peristiwa sejarah
tersebut.
4.
Interpretasi
Dari data-data
atau fakta-fakta yang saya dapat melalui wawancara, baik dengan sumber primer
maupun sumber sekunder dapat saya interpretasikan bahwa, semenjak orangtua Mbah
Satir meninggal dan karena keserakahan sang kakak yang ingin memiliki seluruh
tanah yang akan diwariskan menyebabkan beliau memusuhi adik kandungnya sendiri
yaitu Mbah Satir sehingga paman dan bibi beliau yang tidak tega melihatnya
menjadikan beliau sebagai anak angkat dan membawa beliau merantau hingga ke
daerah Klakah dan menetap disana. Namun entah mengapa setelah beberapa tahun
menetap beliau di panggil untuk kembali pulang oleh kakaknya, akan tetapi
karena perlakuan kakaknya masih sama beliau memutuskan untuk kembali meninggalkan
rumahnya untuk keduakalinya. dan pada akhirnya ketika saudara Mbah Satir sedang
dalam keadaan sakit beliau memanggil adiknya untuk pulang kesekian kalinya, dan
karena rasa sayangnya terhadap sang kakak Mbah Satir pulang dan merawat
ssaudaranya hingga akhir hayatnya. Dari sumber primer juga disebutkan bahwa Mbah
Satir diberikan setengah dari tanah yang seharusnya menjadi miliknya oleh
saudaranya.
5.
Historiografi
Dalam historiografi penulis memulai
dengan Bab I yaitu pendahuluan, pendahuluan ini berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan serta metode-metode sejarah. Kemudian dilanjutkan pada Bab II
yaitu pembahasan, pembahasan ini merupakan inti makalah, tepatnya jawaban dari
rumusna masalah yang akan dibahas lebih detail mengenai historiografi ini. Dan
yang terakhir Bab III penutup yaitu berisi kesimpulan dan saran dari
pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah keluarga Mbah Satir.
Dalam
sebuah keluarga pastilah terdapat seseorang yang di sebut dengan pendiri
keluarga atau dalam istilah sejarah adalah Wangsakerta. Dalam hal ini keluarga
saya (penulis) memiliki keluarga yang bisa dibilang tidaklah rumit, karena
dalam perjalanan keluarga saya masih dalam kurun waktu dua generasi.
Dalam
keluarga saya yang berdiri sebagai wangsakerta atau istilah kerennya adalah
pendiri keluarga adalah Mbah Haji Kasan Rejo. Haji Kasan rejo ini sebenarnya
berasal dari Malang namun beliau memutuskan untuk berpindah ke Banyuwangi,
karena keadaan malang saat tidaklah kondusif. Selain itu Haji Kasan Rejo ini
berpindah dengan membawa misi sebagai pendakwah yang menyebarkan agama islam di
wilayah Banyuwangi. Dan konon katanya beliau adalah orang yang sakti mandraguna,
dengan bukti bahwa beliaulah yang mengusir roh-roh mahluk halus yang bertempat
di tanah miliknya karena dahulunya tanah tersebut adalah bekas dari sebuah
hutan belantara yang kini menjadi salah satu tanah yang keluarga kami tempati
sekarang ini. Dalam tradisi di Jawa kegiatan itu disebut “Babat Alas” yaitu
menebang hutan yang tidak berpenghuni untuk dijadikan lahan tempat tinggal.
Beliau
menjadi pendiri keluarga setelah menikah dengan seorang yang bernama Mbok Nom
dan memiliki dua orang putra yaitu Mbah Abu dan Mbah Satir yaitu kakek saya
yang lahir di Blambngan (Sekarang Banyuwangi). Sebenarnya putra dari Haji Kasan
Rejo yaitu Mbah Satir (kakek saya) memiliki saudara kembar yaitu Mbah Sadat,
akan tetapi karena sakit keras dan karena pada masa itu masih minim pengobatan
menyebabkan beliau meninggal dunia pada usia dini.
Kakek
saya yaitu Mbah Satir sendiri menikah dengan seseorang kembang desa pada masa
itu yaitu Mbah Kasiyem yang menjadi nenek saya sekarang ini. Mbah Kasiyem
sendiri sebenarnya berasal dari kota Blitar. Karena pada saat itu terjadi
huru-hara di kota Blitar, sehingga memaksa nenek saya untuk bermigrasi ke
tempat baru yaitu Blambangan/Banyuwangi. Keduanya bertemu saat keduanya
melakukan perjalan menuju Banyuwangi bersama-sama. Dalam pernikahan tersebut
Mbah Satir mempunyai 5 orang anak yang salah satunya adalah ayah saya.
2.2 Sejarah awal terjadinya perselisihan dalam keluarga Mbah
Satir.
Sebenarnya
awal mula terjadinya perselisihan di keluarga kakek saya yaitu Mbah Satir sudah
dimulai sejak beliau masih berusia muda atau bisa dibilang masa kanak-kanak.
Karena jarak antara kakek saya dengan saudaranya yang cukup jauh yaitu 13
tahun, kakek saya sering diberlakukan sewenang-wenang oleh saudaranya yaitu
Mbah Abu, contonya saja sering di marahin dan disuruh-suruh.
Setelah
beranjak remaja perselisihan antara Mbah Satir dan Mbah Abu pecah setelah
keduanya ditinggal oleh orang tua mereka yaitu Haji Kasan Rejo dan Mbok Nom
(Kakek saya ditinggalkan kedua orangtuanya ketika beliau masih berusia 12 tahun).
Sepeninggalan orangtuanya membuat Mbah Abu ingin menguasai atau memiliki semua
tanah yang di berikan oleh orang tuanya. Sebenarnya tanah yang dimiliki Haji
kasan rejo sudah diwariskan dan dibagi dengan rata untuk kedua orang puteranya.
Akan tetapi karena sifat keserakahannya membuat Mbah Abu menginginkan semua
tanah yang diwariskan tersebut dan karena usia kakek saya yang bisa dibilang
masih muda pada waktu itu menyebabkan beliau tidak dapat berbuat banyak atas
apa yang dilakukan saudaranya.
Dari
sinilah penderitaan kakek saya yaitu Mbah Satir dimulai, beliau mulai
diperlakukan dengan seenaknya sendiri, sering dipukul, sering di fitnah oleh saudaranya
(Mbah Abu) dan bahkan dari pengakuan salah satu narasumber yang saya wawancari
beliau ingin dibunuh oleh Mbah Abu sehingga hal waris tanah akan menjadi
miliknya.
Atas
kejadian tersebut dan karena merasa kasihan keponakanya diperlakukan seperti
itu saudara dari Haji Kasan Rejo yaitu Bude Yatinem mengangkatnya menjadi anak.
Dan dibawalah kakek saya merantau jauh dari kampung halamanya, tepatnya di
daerah perbatasan antara kota Malang dan kota Blitar. Karena Mbah Satir sudah
merasa tidak nyaman atau istilah jawanya “kerasan” beliau memutuskan untuk mengikuti
ibu angkatnya untuk merantau karena hal tersebut untuk belajar sekaligus untuk
mendapatkan hidup yang lebih baik.
Setelah beliau
diangkat anak oleh bibinya, beliau memutuskan untuk meninggalkan kampung
halamannya. Hal tersebut disebabkan beliau sudah merasa tidak nyaman untuk
tetap tinggal dengan saudaranya. Selama beliau jauh dari rumah beliau hidup
bersama keluarga angkatnya dan ikut bekerja di sebuah tempat pemberhentian
kereta atau stasiun, namun dari keterangan sumber tidak diketahui dengan jelas
beliau disana bekerja sebagai apa. Dari data yang saya dapatkan diketahui bahwa
kakek saya disana bekerja sebagai perawat tempat tersebut.
Setelah beberapa
tahun kakek saya bekerja di tempat tersebut, beliau mendapatkan sepucuk surat
dari saudaranya dari kampung halaman yaitu Mbah Abu. Yang memberitahukan bahwa
mbah Abu berkeinginan untuk melihat saudaranya yang sudah lama tak terdengar
kabarnya, dan memohon untuk bisa pulang secepatnya. Karena menerima permintaan
tersebut kakek saya (mbah Satir) memutuskan untuk kembali kekampung halamannya
dan kembali menetap di tempat asalnya tersebut.
Dalam perjalanan
pulang itulah kakek saya (mbah Satir) bertemu dengan nenek saya (mbah Kasiyem).
Keduanya bertemu ketika keduanya bepapasan dalam perjalanan untuk menuju ke
Banyuwangi. Keduanya bertemu lalu menikah setibanya di Banyuwangi. Setibanya di
Banyuwangi Seperti yang telah terjadi, selama kakek saya meninggalkan rumah
semua tanah yang dibagikan oleh orang tuanya saat itu telah menjadi milik mbah
Abu. Setelah beberapa bulan kakek saya kembali kerumah ternyata permintaan mbah
Abu untuk adiknya pulang kerumah hanyalah sebagai alasan supaya kakek saya mau
untuk menggarap tanah miliknya, dengan kata lain beliau ingin menjadikan kakek
saya sebagai pekerjanya.
Mengetahui hal
tersebut kakek saya memutuskan untuk pergi lagi dari rumah dan kembali lagi ke
Malang. Sebenarnya keputusan beliau meninggalkan rumah untuk kesekian kalinya
bukanlah karena alasan bahwa beliau tidak mau untuk disuruh bekerja di sawah
kakaknya. Melainkan karena saudara dari kakek saya yaitu mbah Abu, berkeinginan
untuk mempersunting istri dari kakek saya yaitu mbah Kasiyem (nenek saya).
Karena itulah kakek saya memutuskan untuk meninggalkan kampung halamanya untuk
kesekian kalinya.
Setelah
meninggalkan rumahnya (tepatnya beliau kembali ke malang) beliau kembali
bekerja di tempat dia bekerja dahulu. Beliau sebenarnya ingin memutuskan untuk
tetap tinggal di tempat itu dikarenakan karena rahmat Allah SWT beliau
mendapatkan seorang putera yang nantinya menjadi ayah saya.
2.4 Bagaimana penyelesaian konflik keluarga.
Konflik keluarga
yang dialami kakek saya (mbah Satir) berahir ketika setelah beberapa bulan
kakek saya meninggalkan rumahnya beliau kembali dipanggil untuk kembali pulang
oleh saudaranya. Sebelumnya kakek saya sempat menolaknya akan tetapi setelah
mendapatkan info bahwa saudara kakek saya itu sedang mengalami sakit keras
beliau memutuskan untuk pulang lagi ke rumahnya.
Setelah kakek
saya sampai dirumah beliau sempat merawat saudaranya untuk beberapa hari, namun
Allah SWT berkehendak lain mbah Abu saudara kakek saya menutup usia pada saat
itu. Sebelum meninggal dunia mbah Abu ini sempat berpesan kepada kekek saya
bahwa beliau memberikan beberapa petak tanah untuk kakek saya yang nantinya
menjadi tanah milik keluarga kami ( keluarga keturunan mbah Satir). Sampai
sekarang pun hubungan antara keluarga keturunan dari mbah Abu dan mbah Satir
(kakek saya) bisa dibilang masih renggang.
Setelah
peristiwa meninggalnya mbah Abu (saudara kakek saya), kakek saya memutuskan
untuk menetap dan tinggal di Banyuwangi besama anak cucunya nanti. Namun pada
tahun 1994 Allah SWT berkehendak lain, kakek saya meninggal dunia di usia yang
ke 78 karena menderita Kanker ganas sehingga beliau tidak bisa di selamatkan
lagi.
BAB III
PENUTUP
2.5
Kesimpulan
Konflik keluarga
yang dialami mbah Satir bermula semenjak kedua orang tuanya telah tiada, dan
membuat dirinya mengalami masa-masa sulit selama hidup dengan saudaranya yang
selalu ingin memiliki semua harta milik keluarga. Dalam masa-masa sulit
tersebut beliau memcoba untuk bertahan dengan ikut berpergian dengan bibinya.
Selama itu pula seiring dengan bertambahnya usia kebijaksanaan dan tanggung
jawab pun akan semakin bertambah.
Mbah Satir
sempat memutuskan untuk kembali kekampung halamanya untuk memenuhi permintaan
saudaranya. Selama masa-masa sulit itu pula beliau bertemu dengan pasangan
hidupnya yang kelak menemaninya sampai akhir hayatnya. Namun karena sifat
serakah yang dikaruniakan Allah STW kepada saudara kakek saya membuat beliau
ingin memiliki semua yang dimiliki kakek saya, salah satunya istri dari kakek
saya. Sehingga memaksa mbah Satir untuk meninggalkan rumah yang kesekian
kalinya.
Sampai pada
akhirnya ketika menjelang akhir hayatnya saudara mbah Satir sadar dan mengembalikan
sebagian tanahnya untuk kakek saya. Tidak beberapa lama mbah Satir pun
mengikuti sang kakak yang telah dalulu bertemu dengan yang Maha Mencipta.
Hingga pada akhirnya kedua saudara tersebut wafat dan meninggalkankan
jejek-jejak sejarah yang masih di ikuti oleh anak cucu mereka.
2.6
Saran
Dalam sebuah
keluarga kita harusnya kita saling menghormati dan menghargai apa yang
seharusnya menjadi miliknya karena sejatinya kekayaan yang paling berharga itu
adalah keluarga. Selain itu kita harus tahu bahwa dalam setiap cobaan pasti ada
hikmah yang berada dibaliknya. Contohnya saja kakek saya, pada masa-masa sulit
yang dialaminya beliau malah bertemu dengan pasangan hidupnya yang menemaninya
hingga akhir hayatnya.
DAFTAR RUJUKAN
Nara Sumber
·
Nama : Kasiyem
TTL : Blitar, 01 Juli 1935
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status : Janda
Alamat : Dusun Curahketangi Barat, Desa
Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi
·
Nama : Sunardi
TTL : Malang, 12 Juli 1960
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Status : Kawin
Alamat : Dusun Curahketangi Barat, Desa
Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi
·
Nama : Siti Khasanah
TTL : Banyuwangi, 29 Januari 1968
Pekerjaan : Petani
Status : Kawin
Alamat : Dusun Curahketangi Barat, Desa
Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi
Lampiran
Foto bersama narasumber mbah Kasiyem
:
Beberapa
lampiran bukti sejarah :
About Me
- pendidikansejarahofferingdum
Diberdayakan oleh Blogger.
free music at divine-music.info
Blog Archive
-
▼
2013
(46)
-
▼
Desember
(38)
- PERJALANAN BA...
- ILMU-ILMU BANTU SEJARAH MAKALAH REVISI U...
- <!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}...
- PERJUANGAN MUALIFAH MENCAPAI CITA MENJADI GURU AKI...
- Sejarah keluarga
- PERJALANAN BA...
- SEJARAH BP. HADI SUJONO DAN IBU RIWANTI SEBA...
- SEJARAH KELAM DAN PROSES MELAWAN KETERBATASAN DI ...
- SEPAK TERJANG BUYUT SEDO BULANGAN DALAM MEMBELA P...
- SEJARAH MEMOTIVASI KEHIDUPAN TANPA MEMANDANG KEKU...
- SEJARAH KELUARGA H.HASAN RAMLI, S.E DAN HJ.SRI MU...
- pengantar ilmu sejarah oleh nunik lailatul masruroh
- pengantar ilmu sejarah oleh nunik lailatul masruroh
- SEJARAH MULYADI DALAM KEIKUTSERTAANNYA DALAM MENUM...
- kisah cinta dan perjalanan hidup ibu riada
- sejarah dan proses kesetiaan ayah dan ibu
- makalah ilmu sejarah Muhamad Tarmizi
- makalah ilmu sejarah Muhamad Tarmizi
- makalah pengantar ilmu sejarah muhamad tarmizi
- Revisi Kelompok 6 (Otentisitas Kredibilitas)
- Sejarah Kehidupan Ayahku
- SEJARAH HIDUP IBU MUDJARROH UNTUK MENDAPAT GANTI R...
- SEJARAH KELUARGA DAN KEHIDUPAN EKONOMI BAPAK MASKUN
- SEJARAH SURONO SISWOPRAWIRO (1938-2011)
- SEJARAH KEHIDUPAN SOSIAL DAN PERMASALAHAN KELUA...
- SEJARAH KISAH CINTA”NGATU” DIMASA LALU MAKAL...
- revisi makalah kelompok 8
- SEJARAH IBU SUPINI SEBAGAI GURU TK DAN ORGANISATOR...
- KEHIDUPAN SULIT ‘SATIR’ AKIBAT SIFAT SERAKAH KELU...
- SEJARAH PERJALANAN HIDUP DAN TRADISI YANG ADA DI ...
- sejarah keluarga by achmad al fattah noer off D
- sejaarah usaha pak Djari
- SEJARAH KELUARGA PERANTAUAN
- SEJARAH KELUARGA DAN KEHIDUPAN EKONOMI BAPAK MASKUN
- SILSILAH DAN SEJARAH PERJALANAN KEHIDUPAN SOSIAL ...
- Sejarah Guwe
- PENGARUH PAKSAAN ORANG TUA TERHADAP KEHIDUPAN DAN ...
- Historiografi Keluarga : Sejarah Keluarga Ponidi W...
-
▼
Desember
(38)