Blogger Widgets
pendidikansejarahofferingdum On Jumat, 06 Desember 2013




KEHIDUPAN SULIT ‘SATIR’
AKIBAT SIFAT SERAKAH KELUARGA




MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd.,S.Hum.M.Pd.








oleh:
Hafidh Ikhsan Fauzi
130731607297











UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
November 2013

KATA PENGANTAR


            Puji dan Syukur penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini ditujukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah yang berjudul “KEHIDUPAN SULIT ‘SATIR’ AKIBAT SIFAT SERAKAH KELUARGA”.
            Dalam penyusunan makalah, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak hingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd.,S.Hum.M.Pd. selaku pembibing yang selalu memberikan pengarahan untuk penyelesaian makalah ini. Dan tak lupa ucapan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
            Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Karena kesempurnaan sejatinya hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran sebanyak-banyaknya agar dapat membantu penulis untuk bisa lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat serta dapat dijadikan suru tauladan bagi semuanya.












                                                Malang, 22 November 2013


           
  Penulis                    




DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
2.      Rumusan Masalah
3.      Tujuan
4.      Metode Sejarah
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah keluarga mbah Satir.
2.2. Sejarah awal terjadinya persselisihan dalam keluarga mbah Satir.
2.3. Kehidupan mbah satir setelah meninggalkan kampung halamanya.
2.4. Bagaimana penyelesaian konflik tersebut.

BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR RUJUKAN

LAMPIRAN





BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam keluarga sangatlah wajar jika terjadi sebuah perselisihan, dan juga setiap perselisihan pasti ada jalan keluar untuk menyelesaikanya. Tetapi terkadang perselisihan terjadi karena suatu hal yang sepele sehingga menjadi suatu permusuhan yang terjadi diantar keluarga. Semisal saja permusuhan keluarga yang didasari oleh perebutan hak waris atau warisan harta keluarga. seperti halnya yang terjadi pada keluarga Mbah Satir.
Perselisihan yang terjadi antara Mbah Satir dengan saudaranya menyebabkan beliau meninggalkan kampung halamanya sebagai orang yaang terbuang. Akan tetapi di dalam masa-masa sulit tersebut, beliau bertemu dengan belahan jiwanya yang menjadi pendamping hidup beliau seumur hidup beliau. Dari sinilah perjalanan beliau ketika masih dalam masa kesulitan dan ditengah-tengah masa-masa tersebut beliau menemukan seorang pendamping hidup, sangat menarik untuk dipelajari karena selain mengandung sejarah seseorang, hal tersebut juga mengandung nilai-nilai moral dalam setiap peristiwanya, sehingga dapat diambil Hikmah serta pelajaran didalamnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kehidupan awal keluarga Mbah Satir??
2.      Bagaimanakah awal mula terjadinya perselisihan dalam keluarga Mbah Satir??
3.      Bagaimana kehidupan Mbah Satir setelah meninggalkan kampung halamannya??
4.      Apa usaha yang dilakukan??


C.    Tujuan
1.      Mengatahui bagaimana kehidupan awal keluarga Mbah Satir dan keluarga.
2.      Untuk mengetahui awal mula terjadinya perselisihan dalam keluarga Mbah Satir.
3.      Untuk mengetahui kehidupan Mbah Satir setelah meninggalkan kampung halamannya.
4.      Mengetahui apa yang dilakukan mbah Satir dalam perselisihan tersebut.








D.    Metode Sejarah
1.      Pemilihan Topik
·         Kedekatan Emosional
Mbah Satir merupakan putera dari seorang Haji yang merantau untuk menyebarkan Agama Islam. Beliau memiliki seorang saudara tua yang selalu memusuhinya. Selama hidupnya mbah Satir menjalani masa-masa yang susah karena beliau sempat terusir/tersingkir dari keluarga tersebut. Pengalaman hidup mbah Satir inilah yang sangat menarik untuk di bahas karena bagaimanapun juga beliaulah yang nantinya menjadi kakek saya.
2.      Heuristik
Pengumpulan data dan sumber-sumber yang sesuai dengan topik bahasan yaitu sumber primier didapati penulis dari mewawancarai Kasiyem yang merupakan istri dari Mbah Satir dan merupakan sumber utama yang menyaksikan serta mendengarkan langsung tuturan sejarah dari Mbah Satir. Sedangkan sumber sekunder yakni Sunardi dan juga Siti yang merupakan anak dari Mbah Satir, sumber sekunder yang dikumpulkan ini adalah sebagai pembanding sekaligur pendukung dari sumber primer itu sendiri.

3.      Kritik
·         Kritik Eksternal
Dari sumber primer yaitu Kasiyem yang merupakan istri dari Mbah Satir menjelaskan bahwa benar, jika Mbah Satir pergi dari rumah karena saudara tua beliau ingin menguasai harta kekayaan keluarga sehingga beliau terpaksa meningalkan rumah serta kampung halaman dengan ikut bibinya. Hal ini hampir sama dengan penuturan sumber sekunder yang menyatakan bahwa Mbah Satir pergi dari rumah karena tidak kerasan/betah dalam rumah karena selalu dijadikan kambing hitam oleh saudaranya sehingga Mbah Satir pergi meninggalkan rumah sekaligus kampung halamannya.

·         Kritik Internal
Dari wawancara penulis didapatkan sumber primer dan sumber sekunder. Antara sumber primer dn sekunder ini didapati berbagai macam perbedaan keterangan, antara lain seperti mengapa Mbah Satir pergi meninggalkan rumah. Dari sumber primer menyebutkan bahwa beliau diangkat anak oleh paman dan bibinya, sedangkan dari sumber sekunder didapati berbagai versi, ada yang karena beliau tidak nyaman dirumah karena sering di jadikan kambing hitam dan ada juga yang menyebutkan bahwa beliau meninggalkan rumah karena ingin dibunuh oleh saudaranya sendiri. Di sinilah penulis ingin mengungkapkan kebenaran dari sebuah peristiwa sejarah tersebut.

4.      Interpretasi
Dari data-data atau fakta-fakta yang saya dapat melalui wawancara, baik dengan sumber primer maupun sumber sekunder dapat saya interpretasikan bahwa, semenjak orangtua Mbah Satir meninggal dan karena keserakahan sang kakak yang ingin memiliki seluruh tanah yang akan diwariskan menyebabkan beliau memusuhi adik kandungnya sendiri yaitu Mbah Satir sehingga paman dan bibi beliau yang tidak tega melihatnya menjadikan beliau sebagai anak angkat dan membawa beliau merantau hingga ke daerah Klakah dan menetap disana. Namun entah mengapa setelah beberapa tahun menetap beliau di panggil untuk kembali pulang oleh kakaknya, akan tetapi karena perlakuan kakaknya masih sama beliau memutuskan untuk kembali meninggalkan rumahnya untuk keduakalinya. dan pada akhirnya ketika saudara Mbah Satir sedang dalam keadaan sakit beliau memanggil adiknya untuk pulang kesekian kalinya, dan karena rasa sayangnya terhadap sang kakak Mbah Satir pulang dan merawat ssaudaranya hingga akhir hayatnya. Dari sumber primer juga disebutkan bahwa Mbah Satir diberikan setengah dari tanah yang seharusnya menjadi miliknya oleh saudaranya.


5.      Historiografi
Dalam historiografi penulis memulai dengan Bab I yaitu pendahuluan, pendahuluan ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode-metode sejarah. Kemudian dilanjutkan pada Bab II yaitu pembahasan, pembahasan ini merupakan inti makalah, tepatnya jawaban dari rumusna masalah yang akan dibahas lebih detail mengenai historiografi ini. Dan yang terakhir Bab III penutup yaitu berisi kesimpulan dan saran dari pembahasan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sejarah keluarga Mbah Satir.
Dalam sebuah keluarga pastilah terdapat seseorang yang di sebut dengan pendiri keluarga atau dalam istilah sejarah adalah Wangsakerta. Dalam hal ini keluarga saya (penulis) memiliki keluarga yang bisa dibilang tidaklah rumit, karena dalam perjalanan keluarga saya masih dalam kurun waktu dua generasi.
Dalam keluarga saya yang berdiri sebagai wangsakerta atau istilah kerennya adalah pendiri keluarga adalah Mbah Haji Kasan Rejo. Haji Kasan rejo ini sebenarnya berasal dari Malang namun beliau memutuskan untuk berpindah ke Banyuwangi, karena keadaan malang saat tidaklah kondusif. Selain itu Haji Kasan Rejo ini berpindah dengan membawa misi sebagai pendakwah yang menyebarkan agama islam di wilayah Banyuwangi. Dan konon katanya beliau adalah orang yang sakti mandraguna, dengan bukti bahwa beliaulah yang mengusir roh-roh mahluk halus yang bertempat di tanah miliknya karena dahulunya tanah tersebut adalah bekas dari sebuah hutan belantara yang kini menjadi salah satu tanah yang keluarga kami tempati sekarang ini. Dalam tradisi di Jawa kegiatan itu disebut “Babat Alas” yaitu menebang hutan yang tidak berpenghuni untuk dijadikan lahan tempat tinggal.
Beliau menjadi pendiri keluarga setelah menikah dengan seorang yang bernama Mbok Nom dan memiliki dua orang putra yaitu Mbah Abu dan Mbah Satir yaitu kakek saya yang lahir di Blambngan (Sekarang Banyuwangi). Sebenarnya putra dari Haji Kasan Rejo yaitu Mbah Satir (kakek saya) memiliki saudara kembar yaitu Mbah Sadat, akan tetapi karena sakit keras dan karena pada masa itu masih minim pengobatan menyebabkan beliau meninggal dunia pada usia dini.
Kakek saya yaitu Mbah Satir sendiri menikah dengan seseorang kembang desa pada masa itu yaitu Mbah Kasiyem yang menjadi nenek saya sekarang ini. Mbah Kasiyem sendiri sebenarnya berasal dari kota Blitar. Karena pada saat itu terjadi huru-hara di kota Blitar, sehingga memaksa nenek saya untuk bermigrasi ke tempat baru yaitu Blambangan/Banyuwangi. Keduanya bertemu saat keduanya melakukan perjalan menuju Banyuwangi bersama-sama. Dalam pernikahan tersebut Mbah Satir mempunyai 5 orang anak yang salah satunya adalah ayah saya.

2.2  Sejarah awal terjadinya perselisihan dalam keluarga Mbah Satir.
Sebenarnya awal mula terjadinya perselisihan di keluarga kakek saya yaitu Mbah Satir sudah dimulai sejak beliau masih berusia muda atau bisa dibilang masa kanak-kanak. Karena jarak antara kakek saya dengan saudaranya yang cukup jauh yaitu 13 tahun, kakek saya sering diberlakukan sewenang-wenang oleh saudaranya yaitu Mbah Abu, contonya saja sering di marahin dan disuruh-suruh.
Setelah beranjak remaja perselisihan antara Mbah Satir dan Mbah Abu pecah setelah keduanya ditinggal oleh orang tua mereka yaitu Haji Kasan Rejo dan Mbok Nom (Kakek saya ditinggalkan kedua orangtuanya ketika beliau masih berusia 12 tahun). Sepeninggalan orangtuanya membuat Mbah Abu ingin menguasai atau memiliki semua tanah yang di berikan oleh orang tuanya. Sebenarnya tanah yang dimiliki Haji kasan rejo sudah diwariskan dan dibagi dengan rata untuk kedua orang puteranya. Akan tetapi karena sifat keserakahannya membuat Mbah Abu menginginkan semua tanah yang diwariskan tersebut dan karena usia kakek saya yang bisa dibilang masih muda pada waktu itu menyebabkan beliau tidak dapat berbuat banyak atas apa yang dilakukan saudaranya.
Dari sinilah penderitaan kakek saya yaitu Mbah Satir dimulai, beliau mulai diperlakukan dengan seenaknya sendiri, sering dipukul, sering di fitnah oleh saudaranya (Mbah Abu) dan bahkan dari pengakuan salah satu narasumber yang saya wawancari beliau ingin dibunuh oleh Mbah Abu sehingga hal waris tanah akan menjadi miliknya.
Atas kejadian tersebut dan karena merasa kasihan keponakanya diperlakukan seperti itu saudara dari Haji Kasan Rejo yaitu Bude Yatinem mengangkatnya menjadi anak. Dan dibawalah kakek saya merantau jauh dari kampung halamanya, tepatnya di daerah perbatasan antara kota Malang dan kota Blitar. Karena Mbah Satir sudah merasa tidak nyaman atau istilah jawanya “kerasan” beliau memutuskan untuk mengikuti ibu angkatnya untuk merantau karena hal tersebut untuk belajar sekaligus untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.

2.3  Kehidupan Mbah Satir setelah meninggalkan kampung halamannya.
Setelah beliau diangkat anak oleh bibinya, beliau memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya. Hal tersebut disebabkan beliau sudah merasa tidak nyaman untuk tetap tinggal dengan saudaranya. Selama beliau jauh dari rumah beliau hidup bersama keluarga angkatnya dan ikut bekerja di sebuah tempat pemberhentian kereta atau stasiun, namun dari keterangan sumber tidak diketahui dengan jelas beliau disana bekerja sebagai apa. Dari data yang saya dapatkan diketahui bahwa kakek saya disana bekerja sebagai perawat tempat tersebut.
Setelah beberapa tahun kakek saya bekerja di tempat tersebut, beliau mendapatkan sepucuk surat dari saudaranya dari kampung halaman yaitu Mbah Abu. Yang memberitahukan bahwa mbah Abu berkeinginan untuk melihat saudaranya yang sudah lama tak terdengar kabarnya, dan memohon untuk bisa pulang secepatnya. Karena menerima permintaan tersebut kakek saya (mbah Satir) memutuskan untuk kembali kekampung halamannya dan kembali menetap di tempat asalnya tersebut.
Dalam perjalanan pulang itulah kakek saya (mbah Satir) bertemu dengan nenek saya (mbah Kasiyem). Keduanya bertemu ketika keduanya bepapasan dalam perjalanan untuk menuju ke Banyuwangi. Keduanya bertemu lalu menikah setibanya di Banyuwangi. Setibanya di Banyuwangi Seperti yang telah terjadi, selama kakek saya meninggalkan rumah semua tanah yang dibagikan oleh orang tuanya saat itu telah menjadi milik mbah Abu. Setelah beberapa bulan kakek saya kembali kerumah ternyata permintaan mbah Abu untuk adiknya pulang kerumah hanyalah sebagai alasan supaya kakek saya mau untuk menggarap tanah miliknya, dengan kata lain beliau ingin menjadikan kakek saya sebagai pekerjanya.
Mengetahui hal tersebut kakek saya memutuskan untuk pergi lagi dari rumah dan kembali lagi ke Malang. Sebenarnya keputusan beliau meninggalkan rumah untuk kesekian kalinya bukanlah karena alasan bahwa beliau tidak mau untuk disuruh bekerja di sawah kakaknya. Melainkan karena saudara dari kakek saya yaitu mbah Abu, berkeinginan untuk mempersunting istri dari kakek saya yaitu mbah Kasiyem (nenek saya). Karena itulah kakek saya memutuskan untuk meninggalkan kampung halamanya untuk kesekian kalinya.
Setelah meninggalkan rumahnya (tepatnya beliau kembali ke malang) beliau kembali bekerja di tempat dia bekerja dahulu. Beliau sebenarnya ingin memutuskan untuk tetap tinggal di tempat itu dikarenakan karena rahmat Allah SWT beliau mendapatkan seorang putera yang nantinya menjadi ayah saya.

2.4  Bagaimana penyelesaian konflik keluarga.
Konflik keluarga yang dialami kakek saya (mbah Satir) berahir ketika setelah beberapa bulan kakek saya meninggalkan rumahnya beliau kembali dipanggil untuk kembali pulang oleh saudaranya. Sebelumnya kakek saya sempat menolaknya akan tetapi setelah mendapatkan info bahwa saudara kakek saya itu sedang mengalami sakit keras beliau memutuskan untuk pulang lagi ke rumahnya.
Setelah kakek saya sampai dirumah beliau sempat merawat saudaranya untuk beberapa hari, namun Allah SWT berkehendak lain mbah Abu saudara kakek saya menutup usia pada saat itu. Sebelum meninggal dunia mbah Abu ini sempat berpesan kepada kekek saya bahwa beliau memberikan beberapa petak tanah untuk kakek saya yang nantinya menjadi tanah milik keluarga kami ( keluarga keturunan mbah Satir). Sampai sekarang pun hubungan antara keluarga keturunan dari mbah Abu dan mbah Satir (kakek saya) bisa dibilang masih renggang.
Setelah peristiwa meninggalnya mbah Abu (saudara kakek saya), kakek saya memutuskan untuk menetap dan tinggal di Banyuwangi besama anak cucunya nanti. Namun pada tahun 1994 Allah SWT berkehendak lain, kakek saya meninggal dunia di usia yang ke 78 karena menderita Kanker ganas sehingga beliau tidak bisa di selamatkan lagi.






BAB III
PENUTUP

2.5  Kesimpulan
Konflik keluarga yang dialami mbah Satir bermula semenjak kedua orang tuanya telah tiada, dan membuat dirinya mengalami masa-masa sulit selama hidup dengan saudaranya yang selalu ingin memiliki semua harta milik keluarga. Dalam masa-masa sulit tersebut beliau memcoba untuk bertahan dengan ikut berpergian dengan bibinya. Selama itu pula seiring dengan bertambahnya usia kebijaksanaan dan tanggung jawab pun akan semakin bertambah.
Mbah Satir sempat memutuskan untuk kembali kekampung halamanya untuk memenuhi permintaan saudaranya. Selama masa-masa sulit itu pula beliau bertemu dengan pasangan hidupnya yang kelak menemaninya sampai akhir hayatnya. Namun karena sifat serakah yang dikaruniakan Allah STW kepada saudara kakek saya membuat beliau ingin memiliki semua yang dimiliki kakek saya, salah satunya istri dari kakek saya. Sehingga memaksa mbah Satir untuk meninggalkan rumah yang kesekian kalinya.
Sampai pada akhirnya ketika menjelang akhir hayatnya saudara mbah Satir sadar dan mengembalikan sebagian tanahnya untuk kakek saya. Tidak beberapa lama mbah Satir pun mengikuti sang kakak yang telah dalulu bertemu dengan yang Maha Mencipta. Hingga pada akhirnya kedua saudara tersebut wafat dan meninggalkankan jejek-jejak sejarah yang masih di ikuti oleh anak cucu mereka.


2.6  Saran
Dalam sebuah keluarga kita harusnya kita saling menghormati dan menghargai apa yang seharusnya menjadi miliknya karena sejatinya kekayaan yang paling berharga itu adalah keluarga. Selain itu kita harus tahu bahwa dalam setiap cobaan pasti ada hikmah yang berada dibaliknya. Contohnya saja kakek saya, pada masa-masa sulit yang dialaminya beliau malah bertemu dengan pasangan hidupnya yang menemaninya hingga akhir hayatnya.




DAFTAR RUJUKAN
Nara Sumber
·      Nama               : Kasiyem
TTL                : Blitar, 01 Juli 1935
Pekerjaan       : Tidak Bekerja
Status             : Janda
Alamat           : Dusun Curahketangi Barat, Desa Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi

·      Nama               : Sunardi
TTL                : Malang, 12 Juli 1960
Pekerjaan       : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Status             : Kawin
Alamat           : Dusun Curahketangi Barat, Desa Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi

·      Nama               : Siti Khasanah
TTL                : Banyuwangi, 29 Januari 1968
Pekerjaan       : Petani
Status             : Kawin
Alamat           : Dusun Curahketangi Barat, Desa Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi







Lampiran

Foto bersama narasumber mbah Kasiyem :



Beberapa lampiran bukti sejarah :









Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

About Me

pendidikansejarahofferingdum
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Blog Archive