Blogger Widgets

Archive for Desember 2013


                               
PERJALANAN BAPAK SOEWATO SEBAGAI SUBYEK               PERBEDAAN BUDAYA


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang di bina oleh Drs. Hariyono, M. Pd., dan Indah W.P. Utami, M.Pd.

Oleh :
Ardi Neo Sandi
130731615698


                                                             



                                  UNIVERSITAS NEGERI MALANG
                                       FAKULTAS ILMU SOSIAL
                                           JURUSAN SEJARAH
                                                     Desember 2013

                BAB 1

                                                   Pendahuluan

A.   Latar Belakang
Pada hakikatnya sejarah merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi pada masa lampau dan keluarga yang menjadi tempat kita bernaung merupakan suatu bagian kecil dalam masyarakat yang dipimpin oleh kepala keluarga yang menjadi suatu wadah awal manusia menghadapi dunia.Bagi penulis sendiri arti keluarga lebih daripada itu,karena arti keluarga bagi penulis merupakan suatu tempat untuk mengadu kesulitan sehari-hari,dan melalui semua kesulitan dan kesenangan dalam hidup secara bersama-sama.Dari arti-arti berikut dapat disimpulkan bahwa sejarah dari keluarga sendiri merupakan suatu hal penting dalam perjalanan hidup,dimana dalam kehidupan berkeluarga dapat dihadapi suatu kisah dan tahap penting dalam kehidupan.
Fungsi dari keluarga sendiri adalah untuk membentuk peranan,sifat , dan kegiatan yang dilakukan manusia dalam lingkupan masyarakat yang kecil sebelum menghadapai lingkupan masyarakat yang lebih besar. Kehidupan manusia sendiri menurut penulis dapat di bagi menjadi 3 bagian,yaitu kehidupan di masa lalu , kehidupan di masa kini, dan kehidupan di masa lalu yang akhirnya dapat ditarik kesimpulan kehidupan masa lalu menjadi pengalaman untuk masa kini,dan masa kini merupakan suatu bekal untuk menuju masa depan.Bagaimana masa lalu itu bisa menjadi suatu pengalaman yang berharga jika bahkan tidak mengetahuinya,dengan mengetahuinya sebuah individu dapat membentuk landasan emosional dalam pemikiran kehidupan ke masa kini dan masa depannya..Selain itu pengaruh dalam individu seseorang yang berjalan layaknya roda dalam kehidupan,terdapat pengalaman yang menjadi pengalaman terpuruk dan ada yang menjadi titik puncak kejayaannya.Penulis di sini membandingkan antara kehidupan masa lalu dari keturunan tertua yang sempat mengalami kehidupan di masa lalu dan membandingkannya dengan kehidupan keturunan termuda agar bisa menjadi suatu titik perbandingan keturunan masa kini untuk bisa maju kedepan,entah ketika masa keterpurukannya maupun masa kedepannya.Karena itu penulis mengambil bagian dari gambaran bapak Soewantu sampai dengan cucunya di kehidupan saat ini.
Pengaruh kebudayaan pun termasuk menjadi salah satu item yang diangkat dari penulis,yaitu bagaimana unsur kebudayaan berpengaruh pada kehidupan seseorang dan akhirnya berlanjut pula dengan merefleksi bagaimana budaya itu berpengaruh pada kehidupan sehari-hari serta bagaimana juga unsur-unsur kebudayaan itu melekat pada kehidupan seseorang.Di sini penulis ingin mengungkapkan bagaimana kebudayaan dari masa lalu masih melekat di kehidupan individu-individu di jaman sekarang.Yang antara lain tatacara kehidupan maupun saat kematian,dan bagaimana kebudayaan itu sendiri membentuk sifat serta peranan individu pada kehidupan masyarakat.Penulis juga mencoba membandingkan antara pengalaman subyek dengan beberapa artikel yang ditemukan di internet.

B.   Rumusan Masalah
1.)    Bagaimana jalan kehidupan bapak Soewanto dari muda sampai akhir hayatnya?
2.)    Bagaimana tatacara kebudayaan di keluarga pak Soewanto?
C.   Tujuan
1.)    Untuk mengetahui perjalanan bapak Soewanto selama masa hidup dan apa saja yang dapat menjadi pelajaran dari kehidupan bapak Soewanto
2.)    Untuk mengetahui kebudayaan yang di anut oleh keluarga bapak Soewanto
D.   Metode
Secara sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi
(1.)  Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang diajukan berupa kehidupan dari bapak Soewanto dan keluarga,demi mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan kejadian sejarah keluarga yang terdapat dalam lingkungan tersebut.Dan mencoba mengungkapkan bagaimana kebudayaan yang di anut bapak Soewanto sendiri berpengaruh pada kehidupan keluarganya.Juga bagaimana tatacara kebudayaan yang telah ada pada masa lalu masih bisa di temukan pada masa sekarang,dengan apakah kebudayaan itu tumbuh dan bagaimana kebudayaan itu dapat merasuk dalam kehidupan Bapak Soewanto bersama keluarga.
(2.)  Heuristik
Penulis melakukan wawancara dengan beberapa anggota keluarga dan mencoba membandingkan dengan fakta-fakta yang ada di masa itu dengan menggunakan makalah-makalah di internet dengan itu penulis mencoba mengambil fakta akurat dari hasil wawancara tersebut.
(3.)  Kritik/ Verifikasi
Penulis mencoba mendapatkan fakta-fakta di lapangan dengan wawancara juga mencoba mendapatkan beberapa bukti-bukti yang mungkin masih samar dan masih dipertanyakan.Di sini penulis juga memberikan beberapa pendapat makalah di internet dengan pendapat saksi sejarah sehingga terjadi suatu perbedaan pendapat yang mungkin menjadi suatu titik temu dari ragam permasalahan yang telah di berikan.
(4.)  Interpretasi
Menurut penulis beberapa kesaksian dai saksi sejarah tersebut dapat menjadi suatu bukti lain tentang yang terjadi di masa lampau yang kadang tak sama seperti yang kita baca.
(5.)  Historiografi
Pada bab 1 penulis mencoba menjelaskan tentang bagaimana mendapat beberapa cara mendapatkan sumber informasi tentang masalah yang sedang ingin di pecahkan.Sedangkan di bab 2 penulis mencoba menjelaskan masalah menggunakan fakta-fakta di lapangan dan perbandingan dengan beberapa sumber dari internet




                                  BAB II
                              Pembahasan

2.1 Sejarah kehidupan Bapak Soewanto
      Bapak Soewanto lahir di Nguling,Pasuruan,Jawa Timur di tahun 1930 dengan tanggal yang tidak dibubuhkan karena data yang kurang lengkap,beliau memiliki ayah bernama Liem Tjon Teng dengan ibu bernama Karminten.Memiliki 7 saudara kandung,ayah beliau bekerja sebagai bagian penimbangan beberapa palawija di pasar.Beliau beragama Konghucu.Pada masa anak-anak,beliau sudah berada di penjajahan Belanda dan berlanjut ketika beliau bersekolah di suatu sekolah Tionghoa di Pasuruan.Menurut cerita beliau kepada anak-anaknya bahwa ketika akan datang penjajahan Jepang menggantikan penjajahan Belanda di Indonesia ada suatu keanehan di daerah Pasuruan,khususnya di daerah Nguling yaitu bahwa ada ratusan kupu-kupu yang melewati daerah sebelum sehari kedatangan Jepang ke tanah Pasuruan yang sebelumnya belum pernah terjadi seperti itu.Pada masa muda beliau untuk transportasi menggunakan bendi yang setelahnya di gantikan oleh kereta api yang dibangun oleh pemerintahan Jepang.Ada beberapa cerita dari pengalaman kehidupan beliau yang menjadi pengalaman berdarah,salah satunya yaitu pengalaman beliau ketika menaiki salah satu kereta untuk pergi ke sekolah,beliau melihat seorang pedagang asongan yang tidak sengaja menginjak kaki dari salah seorang kaki tentara Jepang di depan stasiun yang akhirnya nasib pedagang asongan tersebut adalah mati terinjak oleh beberapa tentara Jepang di dalam kereta.Menurut beberapa sumber bahwa hal semacam berikut di jaman kependudukan Jepang di Indonesia sudah menjadi umum bahkan sudah biasa,ada 1 fakta yang janggal di satu informasi dari keluarga beliau bahwa ketika Jepang kalah dan akhirnya keluar dari Indonesia di Nguling terdapat 1 komando tentara Jepang yang hilang entah kemana 1 hari setelah pengkauan kekalahan Jepang tersebut.Setelahnya beliau menikah dengan Suciwati dan memiliki 6 anak yaitu An , Waras , Seger ,Cu ,Chen , dan Bagong.Ada cerita beliau juga saat masa penumpasan PKI di Indonesia, rumah yang di coret merah di pintunya akan di culik dengan beberapa alasan yang tak masuk akal,diantaranya alasan tersebut adalah diminta untuk datang rapat kelurahan.Beliau menjadi salah satu korban penculikan tersebut,menurut penuturan saksi bahwa hal itu terjadi di malam hari beliau diminta untuk datang ke rapat kelurahan.Tapi keanehan terjadi yaitu beliau tidak diperbolehkan ganti baju dahulu dan di bawa secara paksa.Ternyata selama ini penculikan-penculikan tersebut berbuntut dari penumpasan PKI,tapi yang menjadi korban adalah warga non-WNI di daerah tersebut, mereka di kumpulkan di salah satu gedung di dekat balai desa.Jempol tangan mereka diikat kawat dan tidak diberi makan maupun minum selama 2 hari bahkan lebih sebelum mereka di bunuh secara kejam.Beliau beruntung karena 1 hari sebelum beliau giliran di eksekusi ada berita dari Presiden Soekarno melalui radio bahwa perintah untuk Soeharto menghentikan pembunuhan masal PKI yang dilakukannya.Akhirnya para tawanan di lepaskan,meskipun dengan terhuyung beliau masih bisa pulang ke rumah dengan keadaan yang sangat buruk.Selanjutnya pemerintahan di gantikan oleh Soeharto yang anehnya mengharuskan warga membeli dan memajang foto presiden Soeharto dan bu Tien,dan yang tidak memajang foto tersebut dianggap PKI dan akan di bunuh.Setelah menghadapi masa-masa sulit itu beliau juga harus menghadapi tahap di mana terjadi inflasi mata tukar uang rupiah sehingga kegilaan dimana-mana,menurut saksi banyak orang yang gila setelah mengetahui hal tersebut,karena barang-barang mereka telah di beli sehari sebelumnya dengan harga yang mahal sekali,tetapi uang yang mereka dapatkan sama sekali tak berharga setelah terjadi inflasi di hari itu.Setelah beberapa tahun berlalu akhirnya bapak Soewanto miniti dari awal tokonya yang menjual pakan burung dan alat-alat listrik,dan toko itu buka hingga sekarang yang terdapat di jalan raya Nguling Pasuruan.Meskipun dalam tahap pembangunannya semapt terjadi bencana alam di Nguling yaitu banjir lumpur yang mengakibatkan beberapa barang usahanya menjadi rusak,tetpai bapak Soewanto tetap saja gigih dan mempertahankan tokonya hingga sekarang.Pada tahun 2009 tepatnya di bulan Januari di tanggal 22 akhirnya bapak Soewanto menutup mata untuk terakhir kalinya dengan meninggalkan seorang istri, 5 orang anak (dikarenakan anak pertama telah meninggal terlebih dahulu di tahun 2004) 14 orang cucu dan 2 orang cicit.


2.2  Tatacara dan Kebudayaan yang hidup di antara keluarga bapak Soewanto
                             Pada keluarga bapak Soewanto terdapat beberapa kunikan yaitu antara lain bahwa di dalam keluarganya sendiri memiliki beberapa keyakinan yaitu antara lain Buddha,Islam,Katolik,Kristen,dan Konghucu.Tapi yang paling mempengaruhi dan sebagian besar menganutnya adalah agama Buddha.Karena terbukti dalam sehari-hari hampir seluruh keluarga dari bapak Soewanto melakukan sembahyang menggunakan 3 batang dupa dan menaruhnya di depan rumah sebagai penolak bala pada hari itu,juga ada dalam bebrapa tradisi tentang perayaan Imlek yaitu perayaan hari besar Tahun Baru dalam penanggalan tahun Cina,terdapat suatu tradisi untuk makan bersama lagu pergi ke klenteng sebagai tindak syukur atas keberkahan di tahun lalu dan berharap keberkahan di tahun baru itu,esoknya seperti yang diketahui beberapa anggota keluarga yang lebih tua memberikan uang kepada keluarga yang lebih muda.Lalu,ada acara lain setelah itu yaitu sekitar seminggu ataupun 2 minggu dari hari raya imlek terdapat suatu kebiasaan bagi anggota keluarga untuk mendatangai kuburan nenek moyangnya.Salah satu upacara yang dilakukan penulis adalah saat Bapak Soewanto meninggal yaitu acar penguburan yang antar alain adalah Upacara kematian terdiri atas empat tahap yaitu sebelum masuk peti , upacara masuk peti dan penutupan peti ,  upacara pemakaman dan upacara pemakaman.
A. Belum masuk peti
  1. Semenjak terjadinya kematian, anak-cucu sudah harus membakar kertas perak (uang di akhirat ) merupakan lambang biaya perjalanan ke akhirat yang dilakukan sambil mendoakan yang meninggal.
  2. Mayat dimandikan dan dibersihkan, lalu diberi pakaian tujuh lapis. Lapisan pertama adalah pakaian putih sewaktu almarhum/almarhumah menikah. Selanjutnya pakaian yang lain sebanyak enam lapis.
  3. Sesudah dibaringkan; kedua mata, lubang hidung, mulut, telinga, diberi mutiara sebagai lambang penerangan untuk berjalan ke alam lain.
  4. Di sisi kiri dan kanan diisi dengan pakaian yang meninggal. Sepatu yang dipakai harus dari kain. Apabila yang meninggal pakai kacamata maka kedua kaca harus dipecah yang melambangkan bahwa dia telah berada di alam lain.
B. Upacara masuk peti dan penutupan peti
  1. Seluruh keluarga harus menggunakan pakaian tertentu. Anak laki-laki harus memakai pakaian dari blacu yang dibalik dan diberi karung goni. Kepala diikat dengan sehelai kain blacu yang diberi potongan goni. Demikian pula pakaian yang dipakai oleh anak perempuan namun ditambah dengan kekojong yang berbentuk kerucut untuk menutupi kepala. Cucu hanya memakai blacu, sedangkan keturunan ke empat memakai pakaian berwarna biru. Keturunan ke lima dan seterusnya memakai pakaian merah sebagai tanda sudah boleh lepas dari berkabung.
  2. Mayat harus diangkat oleh anak-anak lelaki almarhum. Sementara itu anakperempuan, cucu dan seterusnya harus terus menangis dan membakar kertas perak, di bawah peti mati. Mereka harus memperlihatkan rasa duka cita yang amat dalam sebagai tanda bakti (uhaouw). Bila kurang banyak (tidak ada) yang meratap, maka dapat menggaji seseorang untuk meratapi dengan bersuara, khususnya pada saat tiba waktunya untuk memanggil makan siang dan makan malam.>
  3. Sesudah masuk peti, ada upacara penutupan peti yang dipimpin oleh hweeshio atau cayma. Bagi yang beragama Budha dipimpin oleh Biksu atauBiksuni, sedangkan penganut Konfusius melakukan upacara Liam keng.Upacara ini cukup lama, dilaksanakan di sekeliling peti mati dengan satusyarat bahwa air mata peserta pada upacara penutupan peti tidak boleh mengenai mayat. Dalam upacara ini juga dilakukan pemecahan sebuah kaca/cermin yang kemudian dimasukkan ke dalam peti mati. Menurut kepercayaan mereka, pada hari ke tujuh almarhum bangun dan akan melihat kaca sehingga menyadarkan dia bahwa dirinya sudah meninggal.
  4. Bagi anak cucu yang “berada” (kaya), mulai menyiapkan rumah-rumahan yang diisi dengan segala perabotan rumah tangga yang dipakai semasa hidup almarhum. Semuanya harus dibuat dari kertas. Bahkan diperbolehkan diisi secara berlebih-lebihan, termasuk adanya para pembantu rumahtangga. Semua perlengkapan ini dapat dibeli pada toko tertentu.
  5. Setiap tamu-tamu yang datang harus di sungkem (di soja) oleh
  6. anak-anaknya, khusus anak laki-laki.
  7. Di atas meja kecil yang terletak di depan peti mati, selalu disediakan makanan yang menjadi kesukaan semasa almarhum masih hidup.
  8. Upacara ini berlangsung berhari-hari. Paling cepat 3 atau 4 hari. Makin lama biasanya makin baik. Dilihat juga hari baik untuk pemakaman.
  9. Selama peti mati masih di dalam rumah, harus ada sepasang lampion putih yang selalu menyala di depan rumah. Hal ini menandakan bahwa ada orang yang meninggal di rumah tersebut.
C. Upacara pemakaman
  1. Menjelang peti akan diangkat, diadakan penghormatan terakhir. Dengan dipimpin oleh hwee shio atau cayma, kembali mereka melakukan upacara penghormatan.
  2. Sesudah menyembah (soja) dan berlutut (kui), mereka harus mengitari peti mati beberapa kali dengan jalan jongkok sambil terus menangis; mengikuti hwee shio yang mendoakan arwah almarhum..
  3. Untuk orang kaya, diadakan meja persembahan yang memanjang ?2 sampai 5 meter. Di atas meja disediakan macam-macam jenis makanan dan buah-buahan. Pada bagian depan meja diletakkan kepala babi dan di depan meja berikutnya kepala kambing. Makanan yang harus ada pada setiap upacara kematian adalah “sam seng”, yang terdiri dari lapisan daging dan minyak babi (Samcan), seekor ayam yang sudah dikuliti, darah babi, telur bebek. Semuanya direbus dan diletakkan dalam sebuah piring lonjong besar.
  4. Putra tertua memegang photo almarhum dan sebatang bambu yang diberi sepotong kertas putih yang bertuliskan huruf Cina, biasa disebut “Hoe”. Ia harus berjalan dekat peti mati, diikuti oleh saudara-saudaranya yang lain. Begitu peti mati diangkat, sebuah semangka dibanting hingga pecah sebagai tanda bahwa kehidupan almarhum di dunia ini sudah selesai.
  5. Dalam perjalanan menuju tempat pemakaman, di setiap persimpangan, semua anak harus berlutut menghadap orang-orang yang mengantar jenasah. Demikian pula setelah selesai penguburan.
  6. Setibanya di pemakaman, kembali diadakan upacara penguburan. Memohon kepada dewa bumi (“toapekong” tanah) agar mau menerima jenasah dan arwah almarhum, sambil membakar uang akhirat.
  7. Semua anak – cucu tidak diperkenankan meninggalkan kuburan sebelum semuanya selesai, berarti peti sudah ditutup dengan tanah dalam bentuk gundukan. Di atas gundukan diberi uang kertas perak yang ditindih dengan batu kecil. Masing-masing dari mereka harus mengambil sekepal /segenggam tanah kuburan dan menyimpannya di ujung kekojong.
  8. Setibanya di rumah, mereka harus membasuh muka dengan air kembang. Sekedar untuk melupakan wajah almarhum.
D. Upacara sesudah pemakaman
  1. Semenjak ada yang meninggal sampai saat tertentu, semua keluarga harus memakai pakaian dan tanda berkabung terbuat dari sepotong blacu yang dilikatkan di lengan atas kiri. Tidak boleh memakai pakaian berwarna ceria, seperti : merah, kuning, coklat, oranye.
  2. Waktu perkabungan berlainan lamanya, tergantung siapa yang meninggal,
  3. Untuk kedua orangtua, terutama ayah dilakukan selama 2 tahun.
  4. Untuk nenek dan kakek dilakukan selama 1 tahun.
  5. Untuk saudara dilakukan selama 3 atau 6 bulan.
  6. Di rumah disediakan meja pemujaan, rumah-rumahan dan tempat tidur almarhum. Setiap hari harus dilayani makannya seperti semasa almarhum masih hidup.
Upacara sesudah pemakaman biasanya terdiri dari :
• Meniga hari (3 hari sesudah meninggal)
Sesudah 3 hari meninggal seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (pergi ke kuburan almarhum). Mereka membawa makanan, buah-buahan, dupa, lilin, uang akhirat. Dengan memakai pakaian berkabung/blacu mereka melakukan upacara penghormatan (soja dan kui). Tak lupa mereka juga menangis dan meratap sambil membakar uang akhirat. Pulang ke rumah, kembali mencuci muka dengan air kembang.
• Menujuh hari (7 hari sesudah meninggal)
Seperti halnya upacara meniga hari, seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (kembali ke kuburan ). Mereka membawa rumah-rumahan, makanan dan buah-buahan serta uang akhirat. Lilin dan dupa ( hio ) dinyalakan. Seluruh rumah-rumahan dan sisa harta yang perlu dibakar; dibakar sambil melakukan upacara mengelilingi api pembakaran. Sesudah selesai, tanah sekepal / segenggam diambil, diserakkan ke atasnya.
• 40 hari sesudah meninggal
Pada hari ke 40 ini kembali anak – cucu dan keluarga melakukan upacara penghormatan di tempat jenasah berada ( kuburan). Semua baju duka dari blacu dan karung goni dibuka dan diganti baju biasa. Mereka masih dalam keadaan berkabung, namun telah rela melepaskan arwah si almarhum ke alam akhirat. Sebagai tanda tetap berkabung, semua anak cucu memakai tanda di lengan kiri atas; berupa sepotong kain blacu dan goni.
• Tiap-tiap tahun memperingati hari kematian
Satu tahun dan tahun-tahun berikutnya, akan selalu diperingati oleh anak cucunya dengan melakukan ” soja dan kui” sebagai tanda berbakti dan menghormati. Peringatan tahunan ini berupa upacara persembahan. Bagi keluarga yang berada, di atas meja persembahan diletakkan berbagai macam makanan, buah-buahan, minuman, antara lain teh dan kopi, manisan minimum 3 macam, rokok, sirih sekapur, sedangkan makanan yang paling utama adalah “samseng” 2 pasang, lilin merah sepasang dan hio. Senja hari sebelum upacara, harus dinyalakan lilin merah
berpasang-pasang tergantung pada jumlah orang / leluhur yang akan diundang. Maksud dari upacara ini adalah meminta kepada dewa bumi (toapekong tanah) untuk membukakan jalan bagi para arwah yaitu dengan cara membakar uang akhirat (kertas perak dan kertas emas ).

                                                            BAB 3
                                               Penutup
3.1 Kesimpulan
          Perbedaan merupakan sesuatu yang indah jika kita mampu mengerti bagaimana cara menyatukan perbedaan tersebut,seperti halnya keluarga Bapak Soewanto yang sejak dulu menjalani masa-masa sulit dari yang jatuh karena inflasi maupun bencana alam hingga bisa di bilang sukses.Karena pada dasarnya Usaha berbanding lurus dengan hasil.Dan itulah yang coba dicontohkan oleh Bapak Soewanto dan keluarga.Kebudayaan memang bermacam-macam tapi alangkah baiknya orang mampu menyatukan keberagaman ataupun menyadari bahwa masih banyak kebudayaan di dunia ini.
3.2 Saran
          Sebaiknya perbedaan yang biasa di temukan dalam masyarakat dapat dihindari karen perbedaan sebenarnya adalah hal yang indah bila kita mamupu mengerti,dan pula jangan pernah meremehkan Sejarah dari beberapa anggota keluarga karena mungkin tak ada yang tahu bahwa beliau adalah pahlawan yang sebenarnya.







DAFTAR PUSTAKA
·     Bapak Sege Santoso,54 tahun,Perumahan Chandra Kartika blok o-1 Suwayuwo,Sukorejo,Pasuruan,Jawa Timur

·     http://iccsg.wordpress.com/2006/02/01/tradisi-adat-kematian/

ILMU-ILMU BANTU SEJARAH


MAKALAH REVISI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah Wahyu Puji Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd



oleh


Ana Nur Rohmatus Saudah               (130731615736)
Farisi Widodo                                  (130731607261)
Ihdina Aulia Putri                              (130731615740)
   Ika Fajarwati                                  (130731615694)
M. Syaeful Anam                               (130731616724)


















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Nopember 2013






DAFTAR ISI

                                                               Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.     Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ilmu Bantu Sejarah.............................................................. 3
B.     Bidang-bidang Ilmu Bantu Sejarah....................................................... 3
1.      Arkeologi............................................................................................... 3
2.      Epigrafi.................................................................................................. 4
3.      Filologi.................................................................................................. 5
4.      Genealogi.............................................................................................. 6
5.      Kronologi.............................................................................................. 7
6.      Numismatik........................................................................................... 8
7.      Ilmu-Ilmu Sosial.................................................................................... 9

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.......................................................................................... 11

DAFTAR RUJUKAN.............................................................................. 12


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sejarah merupakan salah satu rumpun ilmu sosial. Sebagai sebuah ilmu, sejarah bersifat objektif, logis, dan emperis. Sejarah bersifat objektif dilihat dari sudut pandang peristiwanya. Logis memiliki pemahaman peristiwa-peristiwa dalam sejarah tidak dikaitkan pada hal-hal yang ada kaitannya dengan mitos tapi lebih mengutamakan akal (rasionalitas) dalam menganalisanya. Sedangkan sejarah bersifat empiris, sejarah memiliki data-data atau sumber yang bisa digunakan oleh para ahli sejarawan untuk menambah kevalidan isi dari penelitian.
Indonesia sendiri merupakan negara yang kaya akan sejarah. Periodesasi itu dimulai pada zaman prasejarah (pra aksara) hingga masa sejarah kontemporer (masa kini). Sehingga, sejarawan baik dari Indonesia maupun luar negeri banyak melakukan penelitian terhadap sejarah yang ada di Indonesia. Hal ini muncul permasalahan bagi para peneliti sejarah dalam kaitannya interpretasi terhadap sejarah itu sendiri. Dalam pelaksanaannya bidang ilmu sejarah belum bisa memberikan sebuah pemahaman terhadap sumber-sumber sejarah yang diperoleh. Sejarawan memerlukan ilmu-ilmu bantu lain agar dalam menginterpretasikan sejarah dapat mendapatkan informasi maupun data yang akurat untuk penelitiannya. Sarono Kartodirdjo, pelopor sejarawan sosial Indonesia menyarankan agar sejarawan dalam berusaha memperoleh pemahaman sejarah secara utuh menerapkan pendekatan yang dinamakannya pendekatan multi dimensional (multi dimention approach), atau social scientific approach. Yang dimaksud ini adalah untuk mencapai kebenaran sejarah yang obyektif, serta menyeluruh sejarawan harus menganalisanya dengan berbagai pendekatan ilmu sosial atau dimensi ilmu sosial secara terkait.  Salah satu ilmu bantu sejarah adalah arkeologi. Sejarawan tidak akan memperoleh data jika tidak menguasai (dibantu) ilmu arkeologi, karena sumber-sumber sejarah yang didapat kebanyakan merupakan benda-benda peninggalan (purbakala), sedangkan benda-benda purbakala dipelajari didalam ilmu arkeologi.
Melihat fenomena diatas, penulis tertarik untuk membuat sebuah karangan ilmiah yang berjudul “Ilmu-ilmu Bantu Sejarah”. Dengan adanya tulisan ini membuat sejarawan dan para pengamat sejarah baik dari kalangan akademik ataupun non akademik untuk berhati-hati dalam mengintepretasikan sejarah. Karena diperlukan pemahaman keilmuwan yang lain agar sejarah yang diteliti itu menghasilkan sebuah informasi atau data yang akurat. Dengan demikian, sejarah tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan ilmu-ilmu yang lain tapi sejarah dengan ilmu-ilmu yang lain memiliki sebuah ikatan yang saling berhubungan dan saling membutuhkan.
                 
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan Ilmu Bantu Sejarah?
2.       Apa saja ilmu Bantu dalam bidang Ilmu Sejarah?

C.    TUJUAN
1.      Untuk memahami tentang ilmu bantu sejarah
2.      Untuk memberi pemahaman pada bidang-bidang ilmu yang memiliki kaitan dengan ilmu sejarah.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ilmu Bantu Sejarah
                    Ilmu Bantu merupakan ilmu yang berguna untuk sejarah. Diantara ilmu bantu ialah numismatik (ilmu mata uang dan medali), arkeologi, kronologi, dan sebagainya. Ilmu bantu tersebut memiliki peranan penting bagi Ilmu Sejarah dan saling memiliki kaitan satu sama lain. Para sejarawan juga membutuhkan ilmu bantu untuk interpretasi serta merekontruksi dari peristiwa sejarah. Dengan bantuan ilmu tersebut ilmu sejarah dapat memberikan sebuah informasi yang diperoleh melalui sumber-sumber sejarah dengan lebih mendetail.

B.     Bidang-bidang Ilmu Bantu Sejarah
1.      Arkeologi
                  Arkeologi berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang berarti “kuno” dan logos “ilmu”. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Peninggalan purbakala atau peninggalan arkeologi merupakan warisan sejarah dalam bentuk visual. Benda-benda itu dikeluarkan lewat penggalian (excavasi).
Peninggalan purbakala sangat penting artinya bagi rekronstruksi sejarah kebudayaan, di samping juga untuk mengisi celah-celah yang tidak terekam oleh sumber-sumber tertulis. Sehingga sejarawan membutuhkan ilmu arkeologi untuk penelitiannya. Misalnya, dalam penelitiannya mengenai kerajaan Majapahit sejarawan memerlukan data melalui benda-benda peninggalan dari kerajaan Majapahit agar interpretasi dan rekontruksi dari peristiwa sejarah dapat menghasilkan informasi yang valid meskipun dalam interpretasi terdapat subjektivitas sejarawan. Informasi mengenai keberadaan kerajaan Majapahit pun dipelajari dalam ilmu arkeologi melalui penggalian dalam hal ini dapat diketahui melalui adanya situs trowulan yang setelah di excavasi ternyata menyimpan situs-situs Majapahit seperti patirtan (kolam pemandian) ataupun benda lain seperti celengan hasil budaya pada masa Majapahit dengan bentuk babi sudah menggambarkan adanya kemajuan dalam teknologi melalui pembuatan celengan dari tanah liat selain itu dari data tersebut sejarawan dapat menentang bahwa gambar-gambar Gajah Mada yang beredar sekarang merupakan bukan rupa dari Gajah Mada melainkan gambar celengan yang beredar pada masa Majapahit.   
2.      Epigrafi
Epigrafi berasal dari kata up (di atas), graphien (menulis,tulisan). Epigrafi adalah ilmu yang menyelidiki sejarah berdasarkan bahan-bahan tertulis, yaitu tilisan kuno. Karena itu ada yang menyamakan epigrafi dengan paleografi (ilmu tentang tulisan kuno). Tidak mengherankan bila epigrafi sering dihubungkan dengan tulisan-tulisan pada prasasti. Memang penelitian terhadap prasasti sangat penting bagi studi sejarah Indonesia kuno, sejak zamannya Krom hingga sekarang tidak kurang dari 50% sebagai hasil rekonstruksi sejarah Indonesia kuna berdasarkan penelitian prasasti. Namun juga tidak semua prasasti dapat dimanfaatkan untuk keperluan itu.
Dibalik itu juga perlu diketahui bahwa betapapun urgensinya prasasti sebagai sejarah, tidak berarti prasasti merekam semua peristiwa pada zamannya. Prasasti hanya merekam beberapa aspek tertentu seperti soal-soal politik, sosial, dan agama. Kehidupan masyarakat pada umunya seperti ekonomi, seni, budaya, dan lain-lain jarang atau sedikit sekali disinggung dalam prasasti. Karena bila ingin mengetahui gambaran sejarah secara menyeluruh masih diperlukan sumber lain seperti karya-karya sastra, peninggalan purbakala, berita-berita asing dan lain-lain.
Tujuan utama epigrafi adalah pembacaan tulisan kuna tanpa kesalahan. Hai ini sangat ditekankan karena tulisan-tulisan kuna itu memang sukar dibaca oleh nernagai sebab. Sebab-sebab itu antara lain :
a.       huruf-hurufnya rusak karena bahan prasastinya aus akibat usia ataupun karena tangan-tangan usil,
b.       tiap-tiap periode bentuk hurufnya mengalami perkembangan,
c.       huruf itu sendiri memang sudah tidak terpakai lagi.
Lain pada itu epigrafi juga bertugas menentukan usia, asal tulisan, serta menentukan kesalahan-kesalahan yang menyelinap dalam teks kemudian membersihkannya. Belum lagi bila prasasti itu sebagai prasasti turunan (tinulad) yang tidak jarang menimbulkan kesulitan karena penyalinannya tidak cermat baik dalam aksara maupun dalam bahasa. Dalam penerapannya sejarawan membutuhkan informasi melalui sumber-sumber yang didapatkan ketika penelitian dilangsungkan. Adapun salah satu sumber sejarah berupa prasasti. Untuk memahami isi dari prasasti diperlukan ilmu bantu epigrafi. Ketika sejarawan tidak dapat memahami tentang ilmu epigrafi tentu tidak akan mendapatkan informasi yang diinginkan. Misalnya, ketika sejarawan meneliti tentang kerajaan Tarumanegara akan mendapatkan sumber-sumber sejarah dari prasasti diantaranya prasasti Kebon Kopi. Dengan bantuan ilmu Epigrafi maka peneliti mendapatkan data-data bahwa prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi anustubh berarti kebudayaannya masih dipengaruhi budaya hindu dari India. Adapun isi prasasti ialah adanya dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, dua kaki gajah disini bukanlah bentuk kakinya seperti gajah tetapi raja yang berkuasa pada masa tersebut hingga disamakan dengan gajah dalam teologi hindu merupakan gajah mulia selain itu dapat diketahui bahwa raja pada masa tersebut telah memeluk agama Hindu.
3.      Filologi
Filologi berasal dari kata Yunani philologia yang berarti kegemaran berbincang-bincang. Perbincangan atau percakapan sebagai seni memperoleh perhatian khusus dari bangsa Yunani. Makna itu kemudian berubah menjadi kata “cinta kepada kata” sebagai pengejahwatanan pikiran. Ternyata makna itu terus bergeser ke pengertian “perhatian terhadap sastra”. Terakhir menurut Wagenvoost makna kata itu berubah lagi menjadi “studi terhadap sastra”.
Adapun batasan lain tentang makna filologi sebagai berikut :
1.      Menurut kamus, istilah filologi adalah ilmu yang menyelidiki kerokhanian suatu bangsa dengan kekhususannya atau menyelidiki kebudayaan berdasar bahasa dan kesustraannya.
2.       Menurut Woordenboek der Nederlandse Taal, filologi adalah berhubungan dengan bahasa dan sastra Yunani dan Romawi, kemudian meluas kepada bahasa dan sastra bangsa lainnya.
3.       Menurut Webster New International Dictionary, filologi selain memiliki pengertian seperti telah dikemukakan, kemudian diperluas sebagai pengertian ilmu bahasa serta studi tentang kebudayaan bangsa yang beradab seperti terungkap dalam bahasa, sastra, dan agama mereka.
Pentingnya sastra bagi sarana penelitian filologi, karena sastra bukan hanya milik bersama masyarakat, bukan hanya diturunkan lewat generasik, namun sastra juga berfungsi sebagai media ekspresi ide-ide untuk jangka waktu yang lama, pembentuk norma bagi generasi sezaman maupun penerus. Sastra menampilkan gambaran kehidupan yang mencakup hubungan antara masyarakat dengan orang-orang dan peristiwa yang terjadi dalam batin manusia.
Dengan ditemukannya teknologi cetak pada abad XV mutu perbaikan teks menjadi lebih baik, di samping kemungkinan musnahnya suatu naskah makin kecil. Dengan jalan demikian terjaminlah kelangsungan hidup teks-teks itu turun temurun. Lewat teks-teks klasik itu para ahli filologi berhasil menggali nilai-nilai hidup yang terkandung dalam kebudayaan lama.
Indonesia sebenarnya merupakan khasanah raksasa bagi studi filologi, karena naskah-naskah kunonya kebanyakan ditulis dan dibaca dengan huruf daerah. Isinya beraneka ragam mulai sastra, dalam arti terbatas sampai masalah agama, sosial dan sejarah. Yang sangat penting bagi studi sejarah ialah bahan mengenai bahasa daerah, yang secara keseluruhan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang kebudayaan Indonesia.
Dalam penerapannya sejarawan merasa terbantu dengan adanya ilmu filologi semisal ketika ditemukannya prasasti di daerah Talang Tuo, yang terdiri dari 14 baris dalam bahasa Melayu kuno, dan ditulis dengan huruf pallawa. Dengan demikian peneliti mengerti bahwa pada masa Sriwijaya telah mulai berkembang penggunaan bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia dengan demikian dapat diketahui juga perkembangan bahasa Melayu sendiri dari masa ke masa.
4.      Genealogi
                  Genealogi berasal dari kata gene, yaitu plasma pembawa sifat-sifat keturunan.Genealogi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai perihal ilmu keturunan. Dahulu kaisar-kaisar, raja-raja, atau orang-orang termuka membuat pohon silsilah (family tree) untuk menunjukkan asal-usul leluhurnya. Peletak dasar ilmu genealogi ialah J. Ch. Gatter (1727-1799), kemudian Q. Lorerirensa menerapkan dalam penulisan ilmiah (1898). Pada kenyataannya, ilmu genealogi memiliki peranan yang penting dalam sejarah semenjak manusia memasuki zaman sejarah, khususnya menyangkut masalah tahta. Perhatikan misalnya pada prasasti Yupa dari Muarakaman di Kutai. Prasasti itu dengan jelas memberitahukan silsilah Mulawarman dengan leluhurnya. Dari prasasti itu dapat diketahui bahwa sedikitnya ada tiga angkatan dalam keluarga, dimulai dengan raja Kudungga yang mempunyai anak bernama Aswawarman, dan Aswawarman mempunyai tiga orang anak, seorang di antaranya bernama Mulawarman. Yang menarik ialah bahwa pendiri keluarga kerajaan (wangsakarta) ialah Aswawarman, dan bukan Kudungga yang dianggap raja yang pertama. Dimungkinkan sebelumnya Kudungga belum memeluk agama Hindu maka tidak disebut sebagai pendiri kerajaan selain itu Kudungga belum sebagai raja karena munculnya sistem kerajaan setelah munculnya Hindu di Indonesia dimungkinkan Kudungga hanyalah seorang kepala suku yang menguasai beberapa suku. Sekarang timbullah pertanyaan, mengapa genealogi menjadi begitu penting dalam studi sejarah kuna (baik di Indonesia), khususnya bagi kelangsungan suatu dinasti atau tahta kerajaan? Berbagai peristiwa sejarah yang besar seperti huru-hara, perang saudara, pemberontakan suatu dinasti, salah satu penyebabnya merupakan faktor keturunan.   
5.      Kronologi
Kronologi atau ilmu hitung waktu terbagi menjadi tiga, yaitu kronologi historis, kronologi teknis, dan kronologi matematik. Kronologi disebut juga sebagai almanak atau tentang penanggalan, atau kalender. Apabila kronoligi historis menunjukkan hitungan waktu (penanggalan) dalam konteks terjadinya sejarah. Misalnya hari jadi Surabaya 31 Januari 1293, pecahnya pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945, dan lain-lain. Maka kronologis teknis ialah hitungan yang berkaitan dengan sistem almanak atau kalender. Kronologis historis dinamakan pula sebagai kronografi. Dalam studi sejarah kronologis historis merupakan tulang punggungnya. Tiap peristiwa tidak terpisahkan dari berbagai waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dapat diruntut hubungannya dalam waktu. Sebagai contoh, pada tahun 1275 Kertanegara mengirim ekspedisi Pamalayu ke Sumatra. Akibanya Singasari kosong. Karena itu Wiraraja memberitahu Jayakatwang bahwa saatnya telah tiba untuk bertindak, dan pada tahun 1292 Jayakatwang dari Kediri melancarkan serangan terhadap Singasari, dan seterusnya. Di sini dapat diruntut hubungan sebab akibat tentang ekspedisi Pamalayu dan serangan Jayakatwang dalam bingkai waktu. Untuk menetapkan atau mencari angka-angka tahun dalam kronologi historis berkaitan erat dengan kronologi teknis. 
Kronologi teknis atau sistem kalender (penanggalan) membahas sistem almanak atau penanggalan  suatu bangsa. Pertama sistem kalender berdasarkan perederan bulan. Pemakaian kalender ini sebagai akibat sangat luasnya pengaruh perdaban Eropa di dunia Internasional.
6.      Numismatik
Numismatik atau ilmu mata uang, mengkaji sejarah perkembangan mata uang dari zaman purba sampai sekarang. Ditinjau dari nilai yang dikandungnya, mata uang memiliki dua nilai : intrinsik dan nominal. Nilai intrinsik ialah nilai berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat mata uang. Nilai nominal ialah nilai tukar dari suatu satuan mata uang sebagaimana tertera padanya. Sebagai contoh pada mata uang rupiah ada yang bernila nominal Rp.25,- Rp.100,- Rp.500,- Rp.1000,- Rp.5000,- dan Rp.10.000,-
Bagi kepentingan studi sejarah mata uang diantaranya memberikan data-data tentang tokoh-tokoh pahlawan dari negara yang bersangkutan, nilai tukar, nama pejabat yang berwenang, program tertentu dari suatu pemerintahan, seperti : Keluarga Berencana (KB), pelestarian lingkungan, peringatan peristiwa-peristiwa tertentu, pengaruh kebudayaan, dan lain-lain. 
Dari konteks sejarah ekonomi manfaat numismatik sangat jelas, karena nilai suatu mata uang, dalam periode tertentu memberikan petunjuk bagaimana keadaan perekonomian negara yang bersangkutan. Dari segi sejarah kebudayaan, persebaran suatu mata uang juga memberikan gambaran sampai seberapa jauh pengaruh suatu negara atau bangsa terhadap perekonomian bangsa lain. Sebagai contoh pengaruh dalam alat pembayaran atau alat pertukaran internasional.
Persebaran itu juga memberikan petunjuk bagaimana dan sampai sejauh mana luas pengaruh politik suatu negara terhadap perekonomian dunia atau internasional. Berdasarkan mata uang yang dikoleksi secara kronologis dapat dipakai sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah suatu negara atau suatu dinasti. Seperti dikemukakan, di atas mata uang memiliki bahan atau data-data sejarah yang diperlukan.
Sebagai contoh, derham adalah mata uang kerajaan Samudra Pasai, Aceh yang mana merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia serta mengeluarkan mata uang emas. Derham sendiri berasal dari Sultan Muhammad Malik Az-Zahir (1297-1326). Melihat hal tersebut dimungkinkan telah terjadi hubungan bilateral antara Aceh dengan Negeri Luar dalam bentuk perdagangan antara penduduk Aceh dengan gujarat dari Arab. Hubungan tersebut tidak hanya berlangsung pada perdagangan, tetapi juga kebudayaan. Hal ini dapat ditunjukkan melalui mata uang Samudra Pasai. Selain itu dimungkinkan para gujarat juga mengajarkan cara pembuatan mata uang emas.
7.      Ilmu-ilmu Sosial
Semua cabang ilmu sosial seperti politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, psikologi dan lainnya juga merupakan ilmu bantu sejarah. Hal itu disebabkan karena manusia sebagai mahkluk sosial dalam berbagai aspek kehidupannya tidak terlepas dari aspek-aspek lainnya. Bahkan di kalangan para ahli berbeda pendapat dalam menempatkan sejarah, apakah termasuk ilmu sastra atau ilmu sosial. Oleh karena itu studi sejarah yang komprehensip dan meltidimensional memerlukan bantuan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial untuk menjelaskan suatu gejala sejarah (social scientific approach). Berdasarkan kenyataan ini, sebagian sejarawan menempatkan sejarah dalam kelompok ilmu sosial. Salah satu contoh penggunaan ilmu sosial sebagai ilmu bantu ialah peggunaan ilmu geografi. Seperti yang diketahui banyak prasasti pada masa kerajaan Tarumanegara ditemukan disekitar sungai salah satunya prasasti Citarum. Dimungkinkan masyarakat memiliki kaitan yang erat dengan lingkungannya salah satunya pemanfaatan sungai karena air merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia. Selain itu dengan ditemukannya saluran irigasi dimungkinkan telah dimanfaatkan sungai untuk mengairi lahan pertanian. Pada prasasti Tugu juga disebutkan usaha pembuatan saluran pada bulan-bulan Januari dan Februari karena pada bulan tersebut Jawa Barat paling lebat turun hujannya. Dengan demikian usaha tersebut untuk mengatasi banjir.   


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Ilmu Bantu Sejarah Merupakan ilmu yang berguna untuk sejarah kaitannya untuk memberikan sebuah informasi dalam sumber-sumber sejarah.
2.      Bidang-bidang Ilmu Bantu Sejarah, diantaranya:
a.       Arkeologi
b.      Epigrafi
c.       Filologi
d.      Genealogi
e.        Kronologi
f.       Numismatik
g.      Ilmu-ilmu Sosial

















DAFTAR RUJUKAN


Kuntowijoyo .2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana
Luky, Dwi. 2011. Ilmu-ilmu Bantu Sejarah. (Online), dalam ProQuest http://dwiluky.wordpress.com/2011/07/02/ilmu-ilmu-bantu-sejarah/ di akses
7 September 2013
Yusuf, Dede. 2012. Ilmu-ilmu Bantu Sejarah. (Online), dalam ProQuest http://dedeyusuf-29.blogspot.com/2012/01/ilmu-ilmu-bantu-sejarah.html
di akses 7 September 2013



About Me

pendidikansejarahofferingdum
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Blog Archive