Archive for 2013
PERJALANAN BAPAK SOEWATO SEBAGAI
SUBYEK PERBEDAAN BUDAYA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang di bina oleh Drs. Hariyono, M.
Pd., dan Indah W.P. Utami, M.Pd.
Oleh :
Ardi Neo Sandi
130731615698
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember 2013
BAB
1
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Pada hakikatnya sejarah merupakan sesuatu yang
benar-benar terjadi pada masa lampau dan keluarga yang menjadi tempat kita
bernaung merupakan suatu bagian kecil dalam masyarakat yang dipimpin oleh
kepala keluarga yang menjadi suatu wadah awal manusia menghadapi dunia.Bagi
penulis sendiri arti keluarga lebih daripada itu,karena arti keluarga bagi
penulis merupakan suatu tempat untuk mengadu kesulitan sehari-hari,dan melalui
semua kesulitan dan kesenangan dalam hidup secara bersama-sama.Dari arti-arti
berikut dapat disimpulkan bahwa sejarah dari keluarga sendiri merupakan suatu
hal penting dalam perjalanan hidup,dimana dalam kehidupan berkeluarga dapat
dihadapi suatu kisah dan tahap penting dalam kehidupan.
Fungsi dari keluarga sendiri adalah untuk membentuk
peranan,sifat , dan kegiatan yang dilakukan manusia dalam lingkupan masyarakat
yang kecil sebelum menghadapai lingkupan masyarakat yang lebih besar. Kehidupan
manusia sendiri menurut penulis dapat di bagi menjadi 3 bagian,yaitu kehidupan
di masa lalu , kehidupan di masa kini, dan kehidupan di masa lalu yang akhirnya
dapat ditarik kesimpulan kehidupan masa lalu menjadi pengalaman untuk masa
kini,dan masa kini merupakan suatu bekal untuk menuju masa depan.Bagaimana masa
lalu itu bisa menjadi suatu pengalaman yang berharga jika bahkan tidak
mengetahuinya,dengan mengetahuinya sebuah individu dapat membentuk landasan
emosional dalam pemikiran kehidupan ke masa kini dan masa depannya..Selain itu
pengaruh dalam individu seseorang yang berjalan layaknya roda dalam
kehidupan,terdapat pengalaman yang menjadi pengalaman terpuruk dan ada yang
menjadi titik puncak kejayaannya.Penulis di sini membandingkan antara kehidupan
masa lalu dari keturunan tertua yang sempat mengalami kehidupan di masa lalu
dan membandingkannya dengan kehidupan keturunan termuda agar bisa menjadi suatu
titik perbandingan keturunan masa kini untuk bisa maju kedepan,entah ketika
masa keterpurukannya maupun masa kedepannya.Karena itu penulis mengambil bagian
dari gambaran bapak Soewantu sampai dengan cucunya di kehidupan saat ini.
Pengaruh kebudayaan pun termasuk menjadi salah satu
item yang diangkat dari penulis,yaitu bagaimana unsur kebudayaan berpengaruh
pada kehidupan seseorang dan akhirnya berlanjut pula dengan merefleksi
bagaimana budaya itu berpengaruh pada kehidupan sehari-hari serta bagaimana
juga unsur-unsur kebudayaan itu melekat pada kehidupan seseorang.Di sini
penulis ingin mengungkapkan bagaimana kebudayaan dari masa lalu masih melekat
di kehidupan individu-individu di jaman sekarang.Yang antara lain tatacara
kehidupan maupun saat kematian,dan bagaimana kebudayaan itu sendiri membentuk sifat
serta peranan individu pada kehidupan masyarakat.Penulis juga mencoba
membandingkan antara pengalaman subyek dengan beberapa artikel yang ditemukan di
internet.
B.
Rumusan
Masalah
1.) Bagaimana
jalan kehidupan bapak Soewanto dari muda sampai akhir hayatnya?
2.) Bagaimana
tatacara kebudayaan di keluarga pak Soewanto?
C.
Tujuan
1.) Untuk
mengetahui perjalanan bapak Soewanto selama masa hidup dan apa saja yang dapat
menjadi pelajaran dari kehidupan bapak Soewanto
2.) Untuk
mengetahui kebudayaan yang di anut oleh keluarga bapak Soewanto
D.
Metode
Secara sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam
beberapa langkah, yaitu heuristic,
kritik, interpretasi, dan historiografi
(1.) Pemilihan Topik
Penulis memilih topik
yang diajukan berupa kehidupan dari bapak Soewanto dan keluarga,demi
mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan kejadian sejarah
keluarga yang terdapat dalam lingkungan tersebut.Dan mencoba mengungkapkan
bagaimana kebudayaan yang di anut bapak Soewanto sendiri berpengaruh pada
kehidupan keluarganya.Juga bagaimana tatacara kebudayaan yang telah ada pada
masa lalu masih bisa di temukan pada masa sekarang,dengan apakah kebudayaan itu
tumbuh dan bagaimana kebudayaan itu dapat merasuk dalam kehidupan Bapak
Soewanto bersama keluarga.
(2.) Heuristik
Penulis melakukan
wawancara dengan beberapa anggota keluarga dan mencoba membandingkan dengan
fakta-fakta yang ada di masa itu dengan menggunakan makalah-makalah di internet
dengan itu penulis mencoba mengambil fakta akurat dari hasil wawancara
tersebut.
(3.) Kritik/ Verifikasi
Penulis mencoba mendapatkan fakta-fakta di
lapangan dengan wawancara juga mencoba mendapatkan beberapa bukti-bukti yang
mungkin masih samar dan masih dipertanyakan.Di sini penulis juga memberikan
beberapa pendapat makalah di internet dengan pendapat saksi sejarah sehingga
terjadi suatu perbedaan pendapat yang mungkin menjadi suatu titik temu dari
ragam permasalahan yang telah di berikan.
(4.) Interpretasi
Menurut penulis beberapa kesaksian dai
saksi sejarah tersebut dapat menjadi suatu bukti lain tentang yang terjadi di
masa lampau yang kadang tak sama seperti yang kita baca.
(5.) Historiografi
Pada
bab 1 penulis mencoba menjelaskan tentang bagaimana mendapat beberapa cara
mendapatkan sumber informasi tentang masalah yang sedang ingin di
pecahkan.Sedangkan di bab 2 penulis mencoba menjelaskan masalah menggunakan
fakta-fakta di lapangan dan perbandingan dengan beberapa sumber dari internet
BAB II
Pembahasan
2.1
Sejarah kehidupan Bapak Soewanto
Bapak
Soewanto lahir di Nguling,Pasuruan,Jawa Timur di tahun 1930 dengan tanggal yang
tidak dibubuhkan karena data yang kurang lengkap,beliau memiliki ayah bernama
Liem Tjon Teng dengan ibu bernama Karminten.Memiliki 7 saudara kandung,ayah
beliau bekerja sebagai bagian penimbangan beberapa palawija di pasar.Beliau
beragama Konghucu.Pada masa anak-anak,beliau sudah berada di penjajahan Belanda
dan berlanjut ketika beliau bersekolah di suatu sekolah Tionghoa di
Pasuruan.Menurut cerita beliau kepada anak-anaknya bahwa ketika akan datang
penjajahan Jepang menggantikan penjajahan Belanda di Indonesia ada suatu
keanehan di daerah Pasuruan,khususnya di daerah Nguling yaitu bahwa ada ratusan
kupu-kupu yang melewati daerah sebelum sehari kedatangan Jepang ke tanah Pasuruan
yang sebelumnya belum pernah terjadi seperti itu.Pada masa muda beliau untuk
transportasi menggunakan bendi yang setelahnya di gantikan oleh kereta api yang
dibangun oleh pemerintahan Jepang.Ada beberapa cerita dari pengalaman kehidupan
beliau yang menjadi pengalaman berdarah,salah satunya yaitu pengalaman beliau
ketika menaiki salah satu kereta untuk pergi ke sekolah,beliau melihat seorang
pedagang asongan yang tidak sengaja menginjak kaki dari salah seorang kaki
tentara Jepang di depan stasiun yang akhirnya nasib pedagang asongan tersebut
adalah mati terinjak oleh beberapa tentara Jepang di dalam kereta.Menurut
beberapa sumber bahwa hal semacam berikut di jaman kependudukan Jepang di
Indonesia sudah menjadi umum bahkan sudah biasa,ada 1 fakta yang janggal di
satu informasi dari keluarga beliau bahwa ketika Jepang kalah dan akhirnya
keluar dari Indonesia di Nguling terdapat 1 komando tentara Jepang yang hilang
entah kemana 1 hari setelah pengkauan kekalahan Jepang tersebut.Setelahnya
beliau menikah dengan Suciwati dan memiliki 6 anak yaitu An , Waras , Seger ,Cu
,Chen , dan Bagong.Ada cerita beliau juga saat masa penumpasan PKI di
Indonesia, rumah yang di coret merah di pintunya akan di culik dengan beberapa
alasan yang tak masuk akal,diantaranya alasan tersebut adalah diminta untuk
datang rapat kelurahan.Beliau menjadi salah satu korban penculikan
tersebut,menurut penuturan saksi bahwa hal itu terjadi di malam hari beliau
diminta untuk datang ke rapat kelurahan.Tapi keanehan terjadi yaitu beliau
tidak diperbolehkan ganti baju dahulu dan di bawa secara paksa.Ternyata selama
ini penculikan-penculikan tersebut berbuntut dari penumpasan PKI,tapi yang
menjadi korban adalah warga non-WNI di daerah tersebut, mereka di kumpulkan di
salah satu gedung di dekat balai desa.Jempol tangan mereka diikat kawat dan
tidak diberi makan maupun minum selama 2 hari bahkan lebih sebelum mereka di
bunuh secara kejam.Beliau beruntung karena 1 hari sebelum beliau giliran di
eksekusi ada berita dari Presiden Soekarno melalui radio bahwa perintah untuk
Soeharto menghentikan pembunuhan masal PKI yang dilakukannya.Akhirnya para
tawanan di lepaskan,meskipun dengan terhuyung beliau masih bisa pulang ke rumah
dengan keadaan yang sangat buruk.Selanjutnya pemerintahan di gantikan oleh Soeharto
yang anehnya mengharuskan warga membeli dan memajang foto presiden Soeharto dan
bu Tien,dan yang tidak memajang foto tersebut dianggap PKI dan akan di
bunuh.Setelah menghadapi masa-masa sulit itu beliau juga harus menghadapi tahap
di mana terjadi inflasi mata tukar uang rupiah sehingga kegilaan
dimana-mana,menurut saksi banyak orang yang gila setelah mengetahui hal
tersebut,karena barang-barang mereka telah di beli sehari sebelumnya dengan
harga yang mahal sekali,tetapi uang yang mereka dapatkan sama sekali tak
berharga setelah terjadi inflasi di hari itu.Setelah beberapa tahun berlalu
akhirnya bapak Soewanto miniti dari awal tokonya yang menjual pakan burung dan
alat-alat listrik,dan toko itu buka hingga sekarang yang terdapat di jalan raya
Nguling Pasuruan.Meskipun dalam tahap pembangunannya semapt terjadi bencana
alam di Nguling yaitu banjir lumpur yang mengakibatkan beberapa barang usahanya
menjadi rusak,tetpai bapak Soewanto tetap saja gigih dan mempertahankan tokonya
hingga sekarang.Pada tahun 2009 tepatnya di bulan Januari di tanggal 22
akhirnya bapak Soewanto menutup mata untuk terakhir kalinya dengan meninggalkan
seorang istri, 5 orang anak (dikarenakan anak pertama telah meninggal terlebih
dahulu di tahun 2004) 14 orang cucu dan 2 orang cicit.
2.2 Tatacara dan Kebudayaan yang hidup di antara
keluarga bapak Soewanto
Pada
keluarga bapak Soewanto terdapat beberapa kunikan yaitu antara lain bahwa di
dalam keluarganya sendiri memiliki beberapa keyakinan yaitu antara lain
Buddha,Islam,Katolik,Kristen,dan Konghucu.Tapi yang paling mempengaruhi dan
sebagian besar menganutnya adalah agama Buddha.Karena terbukti dalam
sehari-hari hampir seluruh keluarga dari bapak Soewanto melakukan sembahyang
menggunakan 3 batang dupa dan menaruhnya di depan rumah sebagai penolak bala
pada hari itu,juga ada dalam bebrapa tradisi tentang perayaan Imlek yaitu
perayaan hari besar Tahun Baru dalam penanggalan tahun Cina,terdapat suatu
tradisi untuk makan bersama lagu pergi ke klenteng sebagai tindak syukur atas
keberkahan di tahun lalu dan berharap keberkahan di tahun baru itu,esoknya
seperti yang diketahui beberapa anggota keluarga yang lebih tua memberikan uang
kepada keluarga yang lebih muda.Lalu,ada acara lain setelah itu yaitu sekitar
seminggu ataupun 2 minggu dari hari raya imlek terdapat suatu kebiasaan bagi
anggota keluarga untuk mendatangai kuburan nenek moyangnya.Salah satu upacara
yang dilakukan penulis adalah saat Bapak Soewanto meninggal yaitu acar
penguburan yang antar alain adalah Upacara kematian
terdiri atas empat tahap yaitu sebelum masuk peti , upacara masuk peti dan
penutupan peti , upacara pemakaman dan upacara pemakaman.
A. Belum masuk peti
- Semenjak
terjadinya kematian, anak-cucu sudah harus membakar kertas perak (uang di
akhirat ) merupakan lambang biaya perjalanan ke akhirat yang dilakukan
sambil mendoakan yang meninggal.
- Mayat
dimandikan dan dibersihkan, lalu diberi pakaian tujuh lapis. Lapisan
pertama adalah pakaian putih sewaktu almarhum/almarhumah menikah.
Selanjutnya pakaian yang lain sebanyak enam lapis.
- Sesudah
dibaringkan; kedua mata, lubang hidung, mulut, telinga, diberi mutiara
sebagai lambang penerangan untuk berjalan ke alam lain.
- Di sisi
kiri dan kanan diisi dengan pakaian yang meninggal. Sepatu yang dipakai
harus dari kain. Apabila yang meninggal pakai kacamata maka kedua kaca
harus dipecah yang melambangkan bahwa dia telah berada di alam lain.
B. Upacara masuk peti dan penutupan peti
- Seluruh
keluarga harus menggunakan pakaian tertentu. Anak laki-laki harus memakai
pakaian dari blacu yang dibalik dan diberi karung goni. Kepala diikat
dengan sehelai kain blacu yang diberi potongan goni. Demikian pula pakaian
yang dipakai oleh anak perempuan namun ditambah dengan kekojong yang
berbentuk kerucut untuk menutupi kepala. Cucu hanya memakai blacu,
sedangkan keturunan ke empat memakai pakaian berwarna biru. Keturunan ke
lima dan seterusnya memakai pakaian merah sebagai tanda sudah boleh lepas
dari berkabung.
- Mayat
harus diangkat oleh anak-anak lelaki almarhum. Sementara itu
anakperempuan, cucu dan seterusnya harus terus menangis dan membakar
kertas perak, di bawah peti mati. Mereka harus memperlihatkan rasa duka
cita yang amat dalam sebagai tanda bakti (uhaouw). Bila kurang banyak
(tidak ada) yang meratap, maka dapat menggaji seseorang untuk meratapi
dengan bersuara, khususnya pada saat tiba waktunya untuk memanggil makan
siang dan makan malam.>
- Sesudah
masuk peti, ada upacara penutupan peti yang dipimpin oleh hweeshio atau
cayma. Bagi yang beragama Budha dipimpin oleh Biksu atauBiksuni, sedangkan
penganut Konfusius melakukan upacara Liam keng.Upacara ini cukup lama,
dilaksanakan di sekeliling peti mati dengan satusyarat bahwa air mata
peserta pada upacara penutupan peti tidak boleh mengenai mayat. Dalam
upacara ini juga dilakukan pemecahan sebuah kaca/cermin yang kemudian
dimasukkan ke dalam peti mati. Menurut kepercayaan mereka, pada hari ke
tujuh almarhum bangun dan akan melihat kaca sehingga menyadarkan dia bahwa
dirinya sudah meninggal.
- Bagi
anak cucu yang “berada” (kaya), mulai menyiapkan rumah-rumahan yang diisi
dengan segala perabotan rumah tangga yang dipakai semasa hidup almarhum.
Semuanya harus dibuat dari kertas. Bahkan diperbolehkan diisi secara
berlebih-lebihan, termasuk adanya para pembantu rumahtangga. Semua
perlengkapan ini dapat dibeli pada toko tertentu.
- Setiap
tamu-tamu yang datang harus di sungkem (di soja) oleh
- anak-anaknya,
khusus anak laki-laki.
- Di atas
meja kecil yang terletak di depan peti mati, selalu disediakan makanan
yang menjadi kesukaan semasa almarhum masih hidup.
- Upacara
ini berlangsung berhari-hari. Paling cepat 3 atau 4 hari. Makin lama
biasanya makin baik. Dilihat juga hari baik untuk pemakaman.
- Selama
peti mati masih di dalam rumah, harus ada sepasang lampion putih yang
selalu menyala di depan rumah. Hal ini menandakan bahwa ada orang yang
meninggal di rumah tersebut.
C. Upacara pemakaman
- Menjelang
peti akan diangkat, diadakan penghormatan terakhir. Dengan dipimpin oleh
hwee shio atau cayma, kembali mereka melakukan upacara penghormatan.
- Sesudah
menyembah (soja) dan berlutut (kui), mereka harus mengitari peti mati
beberapa kali dengan jalan jongkok sambil terus menangis; mengikuti hwee
shio yang mendoakan arwah almarhum..
- Untuk
orang kaya, diadakan meja persembahan yang memanjang ?2 sampai 5 meter. Di
atas meja disediakan macam-macam jenis makanan dan buah-buahan. Pada
bagian depan meja diletakkan kepala babi dan di depan meja berikutnya
kepala kambing. Makanan yang harus ada pada setiap upacara kematian adalah
“sam seng”, yang terdiri dari lapisan daging dan minyak babi (Samcan),
seekor ayam yang sudah dikuliti, darah babi, telur bebek. Semuanya direbus
dan diletakkan dalam sebuah piring lonjong besar.
- Putra
tertua memegang photo almarhum dan sebatang bambu yang diberi sepotong
kertas putih yang bertuliskan huruf Cina, biasa disebut “Hoe”. Ia harus
berjalan dekat peti mati, diikuti oleh saudara-saudaranya yang lain.
Begitu peti mati diangkat, sebuah semangka dibanting hingga pecah sebagai
tanda bahwa kehidupan almarhum di dunia ini sudah selesai.
- Dalam
perjalanan menuju tempat pemakaman, di setiap persimpangan, semua anak
harus berlutut menghadap orang-orang yang mengantar jenasah. Demikian pula
setelah selesai penguburan.
- Setibanya
di pemakaman, kembali diadakan upacara penguburan. Memohon kepada dewa
bumi (“toapekong” tanah) agar mau menerima jenasah dan arwah almarhum,
sambil membakar uang akhirat.
- Semua
anak – cucu tidak diperkenankan meninggalkan kuburan sebelum semuanya
selesai, berarti peti sudah ditutup dengan tanah dalam bentuk gundukan. Di
atas gundukan diberi uang kertas perak yang ditindih dengan batu kecil.
Masing-masing dari mereka harus mengambil sekepal /segenggam tanah kuburan
dan menyimpannya di ujung kekojong.
- Setibanya
di rumah, mereka harus membasuh muka dengan air kembang. Sekedar untuk
melupakan wajah almarhum.
D. Upacara sesudah pemakaman
- Semenjak
ada yang meninggal sampai saat tertentu, semua keluarga harus memakai
pakaian dan tanda berkabung terbuat dari sepotong blacu yang dilikatkan di
lengan atas kiri. Tidak boleh memakai pakaian berwarna ceria, seperti :
merah, kuning, coklat, oranye.
- Waktu
perkabungan berlainan lamanya, tergantung siapa yang meninggal,
- Untuk
kedua orangtua, terutama ayah dilakukan selama 2 tahun.
- Untuk
nenek dan kakek dilakukan selama 1 tahun.
- Untuk
saudara dilakukan selama 3 atau 6 bulan.
- Di
rumah disediakan meja pemujaan, rumah-rumahan dan tempat tidur almarhum.
Setiap hari harus dilayani makannya seperti semasa almarhum masih hidup.
Upacara sesudah pemakaman biasanya
terdiri dari :
• Meniga hari (3 hari sesudah meninggal)
Sesudah 3 hari meninggal seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (pergi ke kuburan almarhum). Mereka membawa makanan, buah-buahan, dupa, lilin, uang akhirat. Dengan memakai pakaian berkabung/blacu mereka melakukan upacara penghormatan (soja dan kui). Tak lupa mereka juga menangis dan meratap sambil membakar uang akhirat. Pulang ke rumah, kembali mencuci muka dengan air kembang.
• Meniga hari (3 hari sesudah meninggal)
Sesudah 3 hari meninggal seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (pergi ke kuburan almarhum). Mereka membawa makanan, buah-buahan, dupa, lilin, uang akhirat. Dengan memakai pakaian berkabung/blacu mereka melakukan upacara penghormatan (soja dan kui). Tak lupa mereka juga menangis dan meratap sambil membakar uang akhirat. Pulang ke rumah, kembali mencuci muka dengan air kembang.
• Menujuh hari (7 hari sesudah
meninggal)
Seperti halnya upacara meniga hari, seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (kembali ke kuburan ). Mereka membawa rumah-rumahan, makanan dan buah-buahan serta uang akhirat. Lilin dan dupa ( hio ) dinyalakan. Seluruh rumah-rumahan dan sisa harta yang perlu dibakar; dibakar sambil melakukan upacara mengelilingi api pembakaran. Sesudah selesai, tanah sekepal / segenggam diambil, diserakkan ke atasnya.
Seperti halnya upacara meniga hari, seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (kembali ke kuburan ). Mereka membawa rumah-rumahan, makanan dan buah-buahan serta uang akhirat. Lilin dan dupa ( hio ) dinyalakan. Seluruh rumah-rumahan dan sisa harta yang perlu dibakar; dibakar sambil melakukan upacara mengelilingi api pembakaran. Sesudah selesai, tanah sekepal / segenggam diambil, diserakkan ke atasnya.
• 40 hari sesudah meninggal
Pada hari ke 40 ini kembali anak – cucu dan keluarga melakukan upacara penghormatan di tempat jenasah berada ( kuburan). Semua baju duka dari blacu dan karung goni dibuka dan diganti baju biasa. Mereka masih dalam keadaan berkabung, namun telah rela melepaskan arwah si almarhum ke alam akhirat. Sebagai tanda tetap berkabung, semua anak cucu memakai tanda di lengan kiri atas; berupa sepotong kain blacu dan goni.
Pada hari ke 40 ini kembali anak – cucu dan keluarga melakukan upacara penghormatan di tempat jenasah berada ( kuburan). Semua baju duka dari blacu dan karung goni dibuka dan diganti baju biasa. Mereka masih dalam keadaan berkabung, namun telah rela melepaskan arwah si almarhum ke alam akhirat. Sebagai tanda tetap berkabung, semua anak cucu memakai tanda di lengan kiri atas; berupa sepotong kain blacu dan goni.
• Tiap-tiap tahun memperingati hari
kematian
Satu tahun dan tahun-tahun berikutnya, akan selalu diperingati oleh anak cucunya dengan melakukan ” soja dan kui” sebagai tanda berbakti dan menghormati. Peringatan tahunan ini berupa upacara persembahan. Bagi keluarga yang berada, di atas meja persembahan diletakkan berbagai macam makanan, buah-buahan, minuman, antara lain teh dan kopi, manisan minimum 3 macam, rokok, sirih sekapur, sedangkan makanan yang paling utama adalah “samseng” 2 pasang, lilin merah sepasang dan hio. Senja hari sebelum upacara, harus dinyalakan lilin merah
berpasang-pasang tergantung pada jumlah orang / leluhur yang akan diundang. Maksud dari upacara ini adalah meminta kepada dewa bumi (toapekong tanah) untuk membukakan jalan bagi para arwah yaitu dengan cara membakar uang akhirat (kertas perak dan kertas emas ).
Satu tahun dan tahun-tahun berikutnya, akan selalu diperingati oleh anak cucunya dengan melakukan ” soja dan kui” sebagai tanda berbakti dan menghormati. Peringatan tahunan ini berupa upacara persembahan. Bagi keluarga yang berada, di atas meja persembahan diletakkan berbagai macam makanan, buah-buahan, minuman, antara lain teh dan kopi, manisan minimum 3 macam, rokok, sirih sekapur, sedangkan makanan yang paling utama adalah “samseng” 2 pasang, lilin merah sepasang dan hio. Senja hari sebelum upacara, harus dinyalakan lilin merah
berpasang-pasang tergantung pada jumlah orang / leluhur yang akan diundang. Maksud dari upacara ini adalah meminta kepada dewa bumi (toapekong tanah) untuk membukakan jalan bagi para arwah yaitu dengan cara membakar uang akhirat (kertas perak dan kertas emas ).
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Perbedaan merupakan
sesuatu yang indah jika kita mampu mengerti bagaimana cara menyatukan perbedaan
tersebut,seperti halnya keluarga Bapak Soewanto yang sejak dulu menjalani
masa-masa sulit dari yang jatuh karena inflasi maupun bencana alam hingga bisa
di bilang sukses.Karena pada dasarnya Usaha berbanding lurus dengan hasil.Dan
itulah yang coba dicontohkan oleh Bapak Soewanto dan keluarga.Kebudayaan memang
bermacam-macam tapi alangkah baiknya orang mampu menyatukan keberagaman ataupun
menyadari bahwa masih banyak kebudayaan di dunia ini.
3.2 Saran
Sebaiknya perbedaan
yang biasa di temukan dalam masyarakat dapat dihindari karen perbedaan
sebenarnya adalah hal yang indah bila kita mamupu mengerti,dan pula jangan
pernah meremehkan Sejarah dari beberapa anggota keluarga karena mungkin tak ada
yang tahu bahwa beliau adalah pahlawan yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Bapak Sege Santoso,54 tahun,Perumahan Chandra Kartika blok o-1
Suwayuwo,Sukorejo,Pasuruan,Jawa Timur
·
http://iccsg.wordpress.com/2006/02/01/tradisi-adat-kematian/
ILMU-ILMU BANTU SEJARAH
MAKALAH REVISI
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar
Ilmu Sejarah
yang
dibina oleh Ibu Indah Wahyu Puji Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd
oleh
Ana Nur Rohmatus
Saudah (130731615736)
Farisi Widodo (130731607261)
Ihdina Aulia
Putri (130731615740)
Ika Fajarwati (130731615694)
M. Syaeful Anam (130731616724)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Nopember 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Bantu Sejarah.............................................................. 3
B. Bidang-bidang Ilmu Bantu Sejarah....................................................... 3
1. Arkeologi............................................................................................... 3
2. Epigrafi.................................................................................................. 4
3. Filologi.................................................................................................. 5
4. Genealogi.............................................................................................. 6
5. Kronologi.............................................................................................. 7
6. Numismatik........................................................................................... 8
7. Ilmu-Ilmu Sosial.................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 11
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sejarah
merupakan salah satu rumpun ilmu sosial. Sebagai sebuah ilmu, sejarah bersifat
objektif, logis, dan emperis. Sejarah bersifat objektif dilihat dari sudut
pandang peristiwanya. Logis memiliki pemahaman peristiwa-peristiwa dalam
sejarah tidak dikaitkan pada hal-hal yang ada kaitannya dengan mitos tapi lebih
mengutamakan akal (rasionalitas) dalam menganalisanya. Sedangkan sejarah
bersifat empiris, sejarah memiliki data-data atau sumber yang bisa digunakan
oleh para ahli sejarawan untuk menambah kevalidan isi dari penelitian.
Indonesia
sendiri merupakan negara yang kaya akan sejarah. Periodesasi itu dimulai pada
zaman prasejarah (pra aksara) hingga masa sejarah kontemporer (masa kini).
Sehingga, sejarawan baik dari Indonesia maupun luar negeri banyak melakukan
penelitian terhadap sejarah yang ada di Indonesia. Hal ini muncul permasalahan
bagi para peneliti sejarah dalam kaitannya interpretasi terhadap sejarah itu
sendiri. Dalam pelaksanaannya bidang ilmu sejarah belum bisa memberikan sebuah
pemahaman terhadap sumber-sumber sejarah yang diperoleh. Sejarawan memerlukan
ilmu-ilmu bantu lain agar dalam menginterpretasikan sejarah dapat mendapatkan
informasi maupun data yang akurat untuk penelitiannya. Sarono
Kartodirdjo, pelopor sejarawan sosial Indonesia menyarankan agar sejarawan
dalam berusaha memperoleh pemahaman sejarah secara utuh menerapkan pendekatan
yang dinamakannya pendekatan multi dimensional (multi dimention approach), atau
social scientific approach. Yang dimaksud ini adalah untuk mencapai kebenaran
sejarah yang obyektif, serta menyeluruh sejarawan harus menganalisanya dengan
berbagai pendekatan ilmu sosial atau dimensi ilmu sosial secara terkait.
Salah satu ilmu bantu sejarah adalah
arkeologi. Sejarawan tidak akan memperoleh data jika tidak menguasai (dibantu)
ilmu arkeologi, karena sumber-sumber sejarah yang didapat kebanyakan merupakan
benda-benda peninggalan (purbakala), sedangkan benda-benda purbakala dipelajari
didalam ilmu arkeologi.
Melihat
fenomena diatas, penulis tertarik untuk membuat sebuah karangan ilmiah yang
berjudul “Ilmu-ilmu Bantu Sejarah”. Dengan adanya tulisan ini membuat sejarawan
dan para pengamat sejarah baik dari kalangan akademik ataupun non akademik
untuk berhati-hati dalam mengintepretasikan sejarah. Karena diperlukan
pemahaman keilmuwan yang lain agar sejarah yang diteliti itu menghasilkan
sebuah informasi atau data yang akurat. Dengan demikian, sejarah tidak dapat
berdiri sendiri tanpa bantuan ilmu-ilmu yang lain tapi sejarah dengan ilmu-ilmu
yang lain memiliki sebuah ikatan yang saling berhubungan dan saling membutuhkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud
dengan Ilmu Bantu Sejarah?
2. Apa saja ilmu Bantu dalam bidang Ilmu Sejarah?
C. TUJUAN
1.
Untuk memahami tentang
ilmu bantu sejarah
2. Untuk
memberi pemahaman pada bidang-bidang ilmu yang memiliki kaitan dengan ilmu
sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Bantu
Sejarah
Ilmu
Bantu merupakan ilmu yang berguna untuk sejarah. Diantara ilmu bantu ialah
numismatik (ilmu mata uang dan medali), arkeologi, kronologi, dan sebagainya.
Ilmu bantu tersebut memiliki peranan penting bagi Ilmu Sejarah dan saling
memiliki kaitan satu sama lain. Para sejarawan juga membutuhkan ilmu bantu
untuk interpretasi serta merekontruksi dari peristiwa sejarah. Dengan bantuan
ilmu tersebut ilmu sejarah dapat memberikan sebuah informasi yang diperoleh
melalui sumber-sumber sejarah dengan lebih mendetail.
B. Bidang-bidang Ilmu
Bantu Sejarah
1. Arkeologi
Arkeologi
berasal dari bahasa Yunani, archaeo
yang berarti “kuno” dan logos “ilmu”.
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui
kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Peninggalan
purbakala atau peninggalan arkeologi merupakan warisan sejarah dalam bentuk
visual. Benda-benda itu dikeluarkan lewat penggalian (excavasi).
Peninggalan purbakala sangat
penting artinya bagi rekronstruksi sejarah kebudayaan, di samping juga untuk
mengisi celah-celah yang tidak terekam oleh sumber-sumber tertulis. Sehingga
sejarawan membutuhkan ilmu arkeologi untuk penelitiannya. Misalnya, dalam
penelitiannya mengenai kerajaan Majapahit sejarawan memerlukan data melalui
benda-benda peninggalan dari kerajaan Majapahit agar interpretasi dan
rekontruksi dari peristiwa sejarah dapat menghasilkan informasi yang valid
meskipun dalam interpretasi terdapat subjektivitas sejarawan. Informasi
mengenai keberadaan kerajaan Majapahit pun dipelajari dalam ilmu arkeologi
melalui penggalian dalam hal ini dapat diketahui melalui adanya situs trowulan
yang setelah di excavasi ternyata menyimpan situs-situs Majapahit seperti patirtan
(kolam pemandian) ataupun benda lain seperti celengan hasil budaya pada masa
Majapahit dengan bentuk babi sudah menggambarkan adanya kemajuan dalam teknologi
melalui pembuatan celengan dari tanah liat selain itu dari data tersebut
sejarawan dapat menentang bahwa gambar-gambar Gajah Mada yang beredar sekarang
merupakan bukan rupa dari Gajah Mada melainkan gambar celengan yang beredar
pada masa Majapahit.
2. Epigrafi
Epigrafi
berasal dari kata up (di atas), graphien (menulis,tulisan). Epigrafi adalah
ilmu yang menyelidiki sejarah berdasarkan bahan-bahan tertulis, yaitu tilisan
kuno. Karena itu ada yang menyamakan epigrafi dengan paleografi (ilmu tentang
tulisan kuno). Tidak mengherankan bila epigrafi sering dihubungkan dengan
tulisan-tulisan pada prasasti. Memang penelitian terhadap prasasti sangat
penting bagi studi sejarah Indonesia kuno, sejak zamannya Krom hingga sekarang
tidak kurang dari 50% sebagai hasil rekonstruksi sejarah Indonesia kuna
berdasarkan penelitian prasasti. Namun juga tidak semua prasasti dapat
dimanfaatkan untuk keperluan itu.
Dibalik
itu juga perlu diketahui bahwa betapapun urgensinya prasasti sebagai sejarah,
tidak berarti prasasti merekam semua peristiwa pada zamannya. Prasasti hanya
merekam beberapa aspek tertentu seperti soal-soal politik, sosial, dan agama.
Kehidupan masyarakat pada umunya seperti ekonomi, seni, budaya, dan lain-lain
jarang atau sedikit sekali disinggung dalam prasasti. Karena bila ingin
mengetahui gambaran sejarah secara menyeluruh masih diperlukan sumber lain
seperti karya-karya sastra, peninggalan purbakala, berita-berita asing dan
lain-lain.
Tujuan
utama epigrafi adalah pembacaan tulisan kuna tanpa kesalahan. Hai ini sangat
ditekankan karena tulisan-tulisan kuna itu memang sukar dibaca oleh nernagai
sebab. Sebab-sebab itu antara lain :
a.
huruf-hurufnya rusak karena
bahan prasastinya aus akibat usia ataupun karena tangan-tangan usil,
b.
tiap-tiap periode bentuk hurufnya mengalami
perkembangan,
c.
huruf itu sendiri memang sudah
tidak terpakai lagi.
Lain
pada itu epigrafi juga bertugas menentukan usia, asal tulisan, serta menentukan
kesalahan-kesalahan yang menyelinap dalam teks kemudian membersihkannya. Belum
lagi bila prasasti itu sebagai prasasti turunan (tinulad) yang tidak jarang
menimbulkan kesulitan karena penyalinannya tidak cermat baik dalam aksara
maupun dalam bahasa. Dalam penerapannya sejarawan membutuhkan informasi melalui
sumber-sumber yang didapatkan ketika penelitian dilangsungkan. Adapun salah
satu sumber sejarah berupa prasasti. Untuk memahami isi dari prasasti
diperlukan ilmu bantu epigrafi. Ketika sejarawan tidak dapat memahami tentang
ilmu epigrafi tentu tidak akan mendapatkan informasi yang diinginkan. Misalnya,
ketika sejarawan meneliti tentang kerajaan Tarumanegara akan mendapatkan
sumber-sumber sejarah dari prasasti diantaranya prasasti Kebon Kopi. Dengan
bantuan ilmu Epigrafi maka peneliti mendapatkan data-data bahwa prasasti ini
ditulis dalam bentuk puisi anustubh
berarti kebudayaannya masih dipengaruhi budaya hindu dari India. Adapun isi
prasasti ialah adanya dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki
gajah Airawata, dua kaki gajah disini bukanlah bentuk kakinya seperti gajah
tetapi raja yang berkuasa pada masa tersebut hingga disamakan dengan gajah
dalam teologi hindu merupakan gajah mulia selain itu dapat diketahui bahwa raja
pada masa tersebut telah memeluk agama Hindu.
3. Filologi
Filologi
berasal dari kata Yunani philologia yang berarti kegemaran berbincang-bincang.
Perbincangan atau percakapan sebagai seni memperoleh perhatian khusus dari
bangsa Yunani. Makna itu kemudian berubah menjadi kata “cinta kepada kata”
sebagai pengejahwatanan pikiran. Ternyata makna itu terus bergeser ke
pengertian “perhatian terhadap sastra”. Terakhir menurut Wagenvoost makna kata
itu berubah lagi menjadi “studi terhadap sastra”.
Adapun
batasan lain tentang makna filologi sebagai berikut :
1.
Menurut kamus, istilah filologi
adalah ilmu yang menyelidiki kerokhanian suatu bangsa dengan kekhususannya atau
menyelidiki kebudayaan berdasar bahasa dan kesustraannya.
2.
Menurut Woordenboek der
Nederlandse Taal, filologi adalah berhubungan dengan bahasa dan sastra Yunani
dan Romawi, kemudian meluas kepada bahasa dan sastra bangsa lainnya.
3.
Menurut Webster New
International Dictionary, filologi selain memiliki pengertian seperti telah
dikemukakan, kemudian diperluas sebagai pengertian ilmu bahasa serta studi
tentang kebudayaan bangsa yang beradab seperti terungkap dalam bahasa, sastra,
dan agama mereka.
Pentingnya
sastra bagi sarana penelitian filologi, karena sastra bukan hanya milik bersama
masyarakat, bukan hanya diturunkan lewat generasik, namun sastra juga berfungsi
sebagai media ekspresi ide-ide untuk jangka waktu yang lama, pembentuk norma
bagi generasi sezaman maupun penerus. Sastra menampilkan gambaran kehidupan
yang mencakup hubungan antara masyarakat dengan orang-orang dan peristiwa yang
terjadi dalam batin manusia.
Dengan
ditemukannya teknologi cetak pada abad XV mutu perbaikan teks menjadi lebih
baik, di samping kemungkinan musnahnya suatu naskah makin kecil. Dengan jalan
demikian terjaminlah kelangsungan hidup teks-teks itu turun temurun. Lewat
teks-teks klasik itu para ahli filologi berhasil menggali nilai-nilai hidup
yang terkandung dalam kebudayaan lama.
Indonesia
sebenarnya merupakan khasanah raksasa bagi studi filologi, karena naskah-naskah
kunonya kebanyakan ditulis dan dibaca dengan huruf daerah. Isinya beraneka
ragam mulai sastra, dalam arti terbatas sampai masalah agama, sosial dan
sejarah. Yang sangat penting bagi studi sejarah ialah bahan mengenai bahasa
daerah, yang secara keseluruhan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang
kebudayaan Indonesia.
Dalam
penerapannya sejarawan merasa terbantu dengan adanya ilmu filologi semisal
ketika ditemukannya prasasti di daerah Talang Tuo, yang terdiri dari 14 baris
dalam bahasa Melayu kuno, dan ditulis dengan huruf pallawa. Dengan demikian
peneliti mengerti bahwa pada masa Sriwijaya telah mulai berkembang penggunaan
bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia dengan demikian dapat
diketahui juga perkembangan bahasa Melayu sendiri dari masa ke masa.
4. Genealogi
Genealogi
berasal dari kata gene, yaitu plasma pembawa sifat-sifat keturunan.Genealogi
merupakan ilmu yang mempelajari mengenai perihal ilmu keturunan. Dahulu
kaisar-kaisar, raja-raja, atau orang-orang termuka membuat pohon silsilah
(family tree) untuk menunjukkan asal-usul leluhurnya. Peletak dasar ilmu
genealogi ialah J. Ch. Gatter (1727-1799), kemudian Q. Lorerirensa menerapkan
dalam penulisan ilmiah (1898). Pada kenyataannya, ilmu genealogi memiliki
peranan yang penting dalam sejarah semenjak manusia memasuki zaman sejarah,
khususnya menyangkut masalah tahta. Perhatikan misalnya pada prasasti Yupa dari
Muarakaman di Kutai. Prasasti itu dengan jelas memberitahukan silsilah Mulawarman
dengan leluhurnya. Dari prasasti itu dapat diketahui bahwa sedikitnya ada tiga
angkatan dalam keluarga, dimulai dengan raja Kudungga yang mempunyai anak
bernama Aswawarman, dan Aswawarman mempunyai tiga orang anak, seorang di
antaranya bernama Mulawarman. Yang menarik ialah bahwa pendiri keluarga
kerajaan (wangsakarta) ialah
Aswawarman, dan bukan Kudungga yang dianggap raja yang pertama. Dimungkinkan
sebelumnya Kudungga belum memeluk agama Hindu maka tidak disebut sebagai
pendiri kerajaan selain itu Kudungga belum sebagai raja karena munculnya sistem
kerajaan setelah munculnya Hindu di Indonesia dimungkinkan Kudungga hanyalah
seorang kepala suku yang menguasai beberapa suku. Sekarang timbullah
pertanyaan, mengapa genealogi menjadi begitu penting dalam studi sejarah kuna
(baik di Indonesia), khususnya bagi kelangsungan suatu dinasti atau tahta
kerajaan? Berbagai peristiwa sejarah yang besar seperti huru-hara, perang
saudara, pemberontakan suatu dinasti, salah satu penyebabnya merupakan faktor
keturunan.
5. Kronologi
Kronologi
atau ilmu hitung waktu terbagi menjadi tiga, yaitu kronologi historis,
kronologi teknis, dan kronologi matematik. Kronologi disebut juga sebagai
almanak atau tentang penanggalan, atau kalender. Apabila kronoligi historis
menunjukkan hitungan waktu (penanggalan) dalam konteks terjadinya sejarah.
Misalnya hari jadi Surabaya 31 Januari 1293, pecahnya pertempuran Surabaya pada
tanggal 10 November 1945, dan lain-lain. Maka kronologis teknis ialah hitungan
yang berkaitan dengan sistem almanak atau kalender. Kronologis historis
dinamakan pula sebagai kronografi. Dalam studi sejarah kronologis historis
merupakan tulang punggungnya. Tiap peristiwa tidak terpisahkan dari berbagai
waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dapat diruntut hubungannya dalam waktu.
Sebagai contoh, pada tahun 1275 Kertanegara mengirim ekspedisi Pamalayu ke
Sumatra. Akibanya Singasari kosong. Karena itu Wiraraja memberitahu Jayakatwang
bahwa saatnya telah tiba untuk bertindak, dan pada tahun 1292 Jayakatwang dari
Kediri melancarkan serangan terhadap Singasari, dan seterusnya. Di sini dapat diruntut
hubungan sebab akibat tentang ekspedisi Pamalayu dan serangan Jayakatwang dalam
bingkai waktu. Untuk menetapkan atau mencari angka-angka tahun dalam kronologi
historis berkaitan erat dengan kronologi teknis.
Kronologi
teknis atau sistem kalender (penanggalan) membahas sistem almanak atau
penanggalan suatu bangsa. Pertama sistem kalender berdasarkan perederan
bulan. Pemakaian kalender ini sebagai akibat sangat luasnya pengaruh perdaban
Eropa di dunia Internasional.
6. Numismatik
Numismatik
atau ilmu mata uang, mengkaji sejarah perkembangan mata uang dari zaman purba
sampai sekarang. Ditinjau dari nilai yang
dikandungnya, mata uang memiliki dua nilai : intrinsik dan nominal. Nilai
intrinsik ialah nilai berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat mata uang.
Nilai nominal ialah nilai tukar dari suatu satuan mata uang sebagaimana tertera
padanya. Sebagai contoh pada mata uang rupiah ada yang bernila nominal Rp.25,-
Rp.100,- Rp.500,- Rp.1000,- Rp.5000,- dan Rp.10.000,-
Bagi
kepentingan studi sejarah mata uang diantaranya memberikan data-data tentang
tokoh-tokoh pahlawan dari negara yang bersangkutan, nilai tukar, nama pejabat
yang berwenang, program tertentu dari suatu pemerintahan, seperti : Keluarga
Berencana (KB), pelestarian lingkungan, peringatan peristiwa-peristiwa
tertentu, pengaruh kebudayaan, dan lain-lain.
Dari
konteks sejarah ekonomi manfaat numismatik sangat jelas, karena nilai suatu
mata uang, dalam periode tertentu memberikan petunjuk bagaimana keadaan
perekonomian negara yang bersangkutan. Dari segi sejarah kebudayaan, persebaran
suatu mata uang juga memberikan gambaran sampai seberapa jauh pengaruh suatu
negara atau bangsa terhadap perekonomian bangsa lain. Sebagai contoh pengaruh
dalam alat pembayaran atau alat pertukaran internasional.
Persebaran
itu juga memberikan petunjuk bagaimana dan sampai sejauh mana luas pengaruh
politik suatu negara terhadap perekonomian dunia atau internasional.
Berdasarkan mata uang yang dikoleksi secara kronologis dapat dipakai sebagai
bahan untuk merekonstruksi sejarah suatu negara atau suatu dinasti. Seperti dikemukakan,
di atas mata uang memiliki bahan atau data-data sejarah yang diperlukan.
Sebagai
contoh, derham adalah mata uang kerajaan Samudra Pasai, Aceh yang mana
merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia serta mengeluarkan mata uang
emas. Derham sendiri berasal dari Sultan Muhammad Malik Az-Zahir (1297-1326).
Melihat hal tersebut dimungkinkan telah terjadi hubungan bilateral antara Aceh
dengan Negeri Luar dalam bentuk perdagangan antara penduduk Aceh dengan gujarat
dari Arab. Hubungan tersebut tidak hanya berlangsung pada perdagangan, tetapi
juga kebudayaan. Hal ini dapat ditunjukkan melalui mata uang Samudra Pasai.
Selain itu dimungkinkan para gujarat juga mengajarkan cara pembuatan mata uang
emas.
7. Ilmu-ilmu Sosial
Semua
cabang ilmu sosial seperti politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi,
psikologi dan lainnya juga merupakan ilmu bantu sejarah. Hal itu disebabkan
karena manusia sebagai mahkluk sosial dalam berbagai aspek kehidupannya tidak
terlepas dari aspek-aspek lainnya. Bahkan di kalangan para ahli berbeda
pendapat dalam menempatkan sejarah, apakah termasuk ilmu sastra atau ilmu
sosial. Oleh karena itu studi sejarah yang komprehensip dan meltidimensional
memerlukan bantuan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial untuk menjelaskan suatu
gejala sejarah (social scientific approach). Berdasarkan kenyataan ini,
sebagian sejarawan menempatkan sejarah dalam kelompok ilmu sosial. Salah satu
contoh penggunaan ilmu sosial sebagai ilmu bantu ialah peggunaan ilmu geografi.
Seperti yang diketahui banyak prasasti pada masa kerajaan Tarumanegara
ditemukan disekitar sungai salah satunya prasasti Citarum. Dimungkinkan
masyarakat memiliki kaitan yang erat dengan lingkungannya salah satunya
pemanfaatan sungai karena air merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia.
Selain itu dengan ditemukannya saluran irigasi dimungkinkan telah dimanfaatkan
sungai untuk mengairi lahan pertanian. Pada prasasti Tugu juga disebutkan usaha
pembuatan saluran pada bulan-bulan Januari dan Februari karena pada bulan
tersebut Jawa Barat paling lebat turun hujannya. Dengan demikian usaha tersebut
untuk mengatasi banjir.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ilmu Bantu Sejarah
Merupakan ilmu yang berguna untuk sejarah kaitannya untuk memberikan sebuah
informasi dalam sumber-sumber sejarah.
2.
Bidang-bidang Ilmu
Bantu Sejarah, diantaranya:
a.
Arkeologi
b.
Epigrafi
c.
Filologi
d.
Genealogi
e.
Kronologi
f.
Numismatik
g.
Ilmu-ilmu Sosial
DAFTAR RUJUKAN
Kuntowijoyo
.2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta
: Tiara Wacana
Luky,
Dwi. 2011. Ilmu-ilmu Bantu Sejarah. (Online), dalam ProQuest http://dwiluky.wordpress.com/2011/07/02/ilmu-ilmu-bantu-sejarah/
di akses
7
September 2013
Yusuf,
Dede. 2012. Ilmu-ilmu Bantu Sejarah. (Online), dalam ProQuest http://dedeyusuf-29.blogspot.com/2012/01/ilmu-ilmu-bantu-sejarah.html
di
akses 7 September 2013
About Me
- pendidikansejarahofferingdum
Diberdayakan oleh Blogger.
free music at divine-music.info
Blog Archive
-
▼
2013
(46)
-
▼
Desember
(38)
- PERJALANAN BA...
- ILMU-ILMU BANTU SEJARAH MAKALAH REVISI U...
- <!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}...
- PERJUANGAN MUALIFAH MENCAPAI CITA MENJADI GURU AKI...
- Sejarah keluarga
- PERJALANAN BA...
- SEJARAH BP. HADI SUJONO DAN IBU RIWANTI SEBA...
- SEJARAH KELAM DAN PROSES MELAWAN KETERBATASAN DI ...
- SEPAK TERJANG BUYUT SEDO BULANGAN DALAM MEMBELA P...
- SEJARAH MEMOTIVASI KEHIDUPAN TANPA MEMANDANG KEKU...
- SEJARAH KELUARGA H.HASAN RAMLI, S.E DAN HJ.SRI MU...
- pengantar ilmu sejarah oleh nunik lailatul masruroh
- pengantar ilmu sejarah oleh nunik lailatul masruroh
- SEJARAH MULYADI DALAM KEIKUTSERTAANNYA DALAM MENUM...
- kisah cinta dan perjalanan hidup ibu riada
- sejarah dan proses kesetiaan ayah dan ibu
- makalah ilmu sejarah Muhamad Tarmizi
- makalah ilmu sejarah Muhamad Tarmizi
- makalah pengantar ilmu sejarah muhamad tarmizi
- Revisi Kelompok 6 (Otentisitas Kredibilitas)
- Sejarah Kehidupan Ayahku
- SEJARAH HIDUP IBU MUDJARROH UNTUK MENDAPAT GANTI R...
- SEJARAH KELUARGA DAN KEHIDUPAN EKONOMI BAPAK MASKUN
- SEJARAH SURONO SISWOPRAWIRO (1938-2011)
- SEJARAH KEHIDUPAN SOSIAL DAN PERMASALAHAN KELUA...
- SEJARAH KISAH CINTA”NGATU” DIMASA LALU MAKAL...
- revisi makalah kelompok 8
- SEJARAH IBU SUPINI SEBAGAI GURU TK DAN ORGANISATOR...
- KEHIDUPAN SULIT ‘SATIR’ AKIBAT SIFAT SERAKAH KELU...
- SEJARAH PERJALANAN HIDUP DAN TRADISI YANG ADA DI ...
- sejarah keluarga by achmad al fattah noer off D
- sejaarah usaha pak Djari
- SEJARAH KELUARGA PERANTAUAN
- SEJARAH KELUARGA DAN KEHIDUPAN EKONOMI BAPAK MASKUN
- SILSILAH DAN SEJARAH PERJALANAN KEHIDUPAN SOSIAL ...
- Sejarah Guwe
- PENGARUH PAKSAAN ORANG TUA TERHADAP KEHIDUPAN DAN ...
- Historiografi Keluarga : Sejarah Keluarga Ponidi W...
-
▼
Desember
(38)