- Home »
- PERAN DESIDERIUS ERASMUS DALAM REFORMASI GEREJA DI EROPA
Windows 8 UI > Desgined By. Renadel Dapize
pendidikansejarahofferingdum
On Jumat, 28 Februari 2014
PERAN DESIDERIUS ERASMUS DALAM REFORMASI GEREJA DI EROPA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Eropa
Yang dibina oleh Aditya N. Widiadi, M.Pd
Oleh
Imam Machbub (130731615692)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
Februari 2014
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3
Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Reformasi Gereja.............................................................................. 3
2.2
Desiderius Erasmus dan Peranannya dalam Reformasi Gereja......... 5
2.3
Dampak Reformasi Gereja................................................................ 9
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan....................................................................................... 10
Daftar
Rujukan....................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Reformasi gereja
tercetus pertama kali pada abad ke-16 yang terjadi di Eropa Barat. Reformasi Gereja 1483-1546 terjadi karena banyaknya
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada agama khususnya umat kristiani.
Antara lain yaitu adanya penjualan surat pengampunan dosa yang disebut surat
aflat. Surat pengampunan itu dijual kepada mereka
yang tidak dapat ikut dalam perang salib antara abad 11-13, Kebiasaan
penjualan Surat pengampunan dosa
kemudian dilakukan untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan gereja. Penjualan
surat-surat pengampunan dosa paling banyak dijual di Jerman melebihi negara-negara
lainnya di Eropa. rakyat Jerman pada saat itu sebagian besar adalah masyarakat
petani yang merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat adanya
kekuasaan gereja katolisisme. Pajak-pajak yang memberatkan, urusan kepemilikan
tanah yang dipersulit oleh pihak gereja, harta kekayaan yang sering diambil
oleh pihak geraja tanpa alasan yang jelas.
Terjadinya penyogokkan
oleh pemuka agama kepada petinggi gereja agar mereka memperoleh kedudukan
sosial keagamaan yang tinggi.
Reformasi
ini terjadi akibat banyaknya ketidakpuasan terhadap Gereja Katolik Roma pada
saat itu. Ketidakpuasan ini terjadi di Bohemia, Inggris dan di tempat-tempat
yang lain. Para pemimpin gereja pada masa itu hidup secara munafik dan
bertentangan dengan Kitab Suci. Rakyat menyaksikan kerusakan moral gereja yang
bahkan melebihi kerusakan moral dalam kalangan orang biasa. Tetapi rakyat tidak
berhak mengkritik karena adanya anggapan bahwa para pemimpin adalah wakil Tuhan
dan rakyat harus mentaati mereka. Keadaan ini membuat orang-orang mulai
meninggalkan gereja, namun mereka tetap terikat oleh gereja sebab adanya
pandangan yang mengatakan bahwa keselamatan hanya terdapat di dalam gereja dan
di luar gereja pasti binasa.
Reformasi
gereja tersebut tidak terlepas dari peranan para tokoh filsafat, di
antaranya adalah Erasmus Desidarius. Dalam
makalah ini akan membahas tentang peranan Erasmus
dalam reformasi gereja.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
proses dan penyebab terjadinya reformasi gereja?
2.
Bagaimana
peranan Desiderius Erasmus dalam reformasi gereja?
3.
Bagaimana
dampak reformasi gereja bagi Eropa ?
1.3
Tujuan
2.
Mendiskripsikan
proses dan penyebab terjadinya refornasi gereja.
3.
Mendiskripsikan
peran Desiderius Erasmus dalam reformasi gereja.
4.
Mendiskripsikan
dampak dari reformasi gereja.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Reformasi Gereja
Abad pertengahan dimulai sekitar abad ke-5 sampai abad ke-17
M. Abad pertengahan berati zaman tengah atau zaman yang menengahi dua zaman
penting, yaitu zaman kuno (Yunani-Romawi) dan zaman modern. Semangat berpikir
para filsuf di abad pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara
filsafat dan agama, yang sebelumnya tidak terjadi seperti ini. Karena para
filsuf yang hidup di abad pertengahan hampir semuanya adalah penganut agama
kristen, dan bahkan banyak yang tergolong sebagai orang-orang penting dalam
agama kristen lantaran mereka tergolong dalam golongan rohaniawan atau
biarawan, seperti uskup, rahib, imam, dan pimpinan biara.
Abad pertengahan disebut juga sebagai abad kegelapan. Karena
pada tahun 529 M, kaisar Justinianus mengeluarkan undang-undang ajaran filsafat
apapun di Athena. Hal ini menyebabkan ditutupnya sekolah-sekolah filsafat,
termasuk Academy Plato. Tujuan dari dikeluarkanya undang-undang ini adalah
untuk melindungi ajaran kristen dari serangan orang-orang yang percaya bahwa
filsafat Yunani lebih bagus dari ajaran kristen. Namun, dibalik doktrin dari
gereja, kebebasan berpikir walaupun masih dalam konstek kristen juga sangat
nampak. Hal ini terlihat dari perbedaan pemikiran para filsuf kristen yang menyebabkan
munculnya berbagai aliran dalam ajaran kristen. Bahkan ada beberapa filsuf
dimasa itu yang berani mengkonfrontasi dengan mereka yang memiliki otoritas
menjaga kemurnian agama kristen.
Oleh karena itu, telah
terjadi perbedaan proyek berpikir dan karakter berpikir. Pada abad pertengahan ( 13M – 16M ) merupakan abad yang
khas, karena di abad ini perkembangan gereja (seiring dengan bangkitnya budaya
Yunani dan Romawi) semakin nyata, Karel Agung sebagai Raja Eropa mengadopsi
gereja sebagai agama negara, kemudian ia mempersatukan Eropa Barat, sehingga
menjadi suatu badan yang sangat kuat, yang berjiwa Katolik. Namun dimasa ini
juga terjadi perpecahan gereja, hal ini terjadi berkaitan dengan gejala
kebobrokan yang sedang menggerogoti Gereja Katolik akibat ulah pejabat tinggi
Gereja (abas, prelat uskup, kardinal dan paus) yang bertanggungjawab atas
keluhuran dan keagungan Gereja Kristus. Catatan sejarah mengingatkan kita bahwa
mereka hanya mengejar kepentingan duniawi, memajukan kesenian serta sastra dan
memikirkan sanak-saudara (nepotisme). Peristiwa seperti Skisma Barat
(1378-1417) waktu tiga paus menyalahgunakan wewenang rohani mereka, pemilihan
paus yang tidak pantas seperi Alexander VI (1492-1503) dan Leo IX (1513-1521),
lalu korupsi serta komersialisasi jabatan gerejani yang begitu hebat sehingga
membuat orang baik dan saleh pun hampir putus asa. Banyak pejabat Gereja
menjadi pangeran duniawi namun melalaikan tugas rohani mereka, imam-imam paroki
tidak terdidik, hidup dengan isteri gelap, seringkali bodoh dan tidak mampu
berkotbah dan mengajar umat. Teologi skolastik menjadi mandul dan malah
dogmatis dianggap sebagai perdebatan tentang hal sepele antara aneka aliran
teologis. Humanisme antiklerikal dan konsiliarisme mengaburkan wewenang Roma,
karena sering disalahgunakan demi kepentingan dan kekuasaan duniawi.
Gerakan reformasi tidak berhasil
memperbaharui keadaan yang begitu bobrok di dalam Gereja. Akibatnya timbul
konflik di antara banyak Gereja, yang saling menuduh meninggalkan iman yang
benar. Faktor pemicu yang lain adalah banyak masalah teologis pada permulaan
abad ke- 16 belum terputuskan, banyak kebiasaan dalam umat yang tidak seragam.
Penghayatan iman dicampuradukan dengan takhayul, urusan agama berbaur dengan
kepentingan duniawi. Praktek agama sering hanya sekedar rutinitas sehari-hari.
Dalam situasi Gereja seperti itu
tampil Martin Luther seorang biarawan dari Ordo St. Agustinus (OSA) mengeritik
ajaran dan kebiasaan yang tidak sejalan dengan Kitab Suci. Luther didukung oleh
para pengikutnya, dan para humanism dimasa itu.
Salah satunya adalah Desiderus Erasmus. Seorang
humanism dari Belanda. Sampai tahun 1530 Luther dan para
pengikutnya belum menganggap dirinya sudah berada di luar Gereja Katolik,
karena semua kritik dianggap tidak diarahkan kepada Gereja Katolik, tetapi
kepada kelompok tertentu di dalam Gereja. Pada saat itu terdapat beberapa pokok
ajaran Gereja yang belum dirumuskan secara pasti. Dalam keadaan yang kurang
pasti itu, Luther mencanangkan semboyan yang sudah dikemukakan orang lain
sebelumnya: “Dalam kebingunan teologi, hanya Kitab Sucilah sumber dan norma
ajaran Gereja!” Pandangan itu tersebar luas, juga di antara Reformator Katolik
di Italia yang merasa putus asa terhadap pimpinan Gereja. Maka, mau tak mau
orang memandang Kitab Suci sebagai sarana pembaharuan Gereja, karena para
gembala sudah menjadi “orang upahan” yang tidak peduli (Yoh 10:12).
2.2 Desiderus Erasmus Dan Perananya Dalam Reformasi Gereja.
Erasmus adalah seorang sarjana kenamaan pada permulaan abad
keenam belas. Ia seorang jenius, ahli dalam bahasa-bahasa klasik dan Kitab
Suci. Erasmus berperawakan kecil, bermata biru, berambut pirang, dan dahinya
berkerut. Suaranya lembut dan enak didengar. Ia menulis dan berbicara dalam
bahasa Latin, yaitu bahasa kesarjanaan pada masa itu. Nasihat-nasihatnya selalu
diminta oleh pemimpin-pemimpin Eropa dan ia selalu berkunjung ke mana-mana.
Erasmus adalah seorang sarjana humanis yang terkemuka dan
dapat dikatakan bahwa ialah perintis reformasi. Setidaknya, edisi Perjanjian
Barunya yang diterbitkan pada tahun 1516 dalam bahasa Yunani mendorong gerakan
reformasi Luther.
Erasmus dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1466. Ia adalah
anak di luar ikatan pernikahan antara Gerard dengan Margaret. Ayahnya
ditahbiskan menjadi imam setelah Erasmus dilahirkan. Pendidikan rendahnya
dimulai pada sebuah sekolah latin di Utrecht dan kemudian di Deventer yang
diasuh oleh "The Brethrehn Common of Life" (Saudara-Saudara Hidup
Rukun). Di sini, Erasmus memperlihatkan kecakapannya yang luar biasa.
Pada tahun 1486, Erasmus dimasukkan ke dalam biara Augustinus
oleh walinya tanpa kehendak Erasmus sendiri, berhubung ibunya telah meninggal.
Ia tinggal dalam biara ini selama 5 tahun (1486 -- 1491). Selama masa itu, ia
menulis sejumlah puisi dan karangan prosa lainnya. Dalam tulisan-tulisannya
ini, sudah nampak kritik-kritiknya terhadap keburukan-keburukan gereja dan
keburukan hidup para biarawan. Mungkin keburukan-keburukan tersebut dilihatnya
sendiri dalam kehidupan biaranya.
Kemudian Erasmus keluar dari biara, dan tahun 1492
ditahbiskan menjadi imam -- jabatan yang kurang disukainya -- oleh Uskup
Cambray. Memang seumur hidupnya Erasmus tetap dalam jabatan imam tersebut,
namun ia tidak pernah menjadi imam jemaat dan ia juga tidak pernah menikah. Ia
memberi diri sepenuhnya kepada model kehidupan humanisme. Atas bantuan Uskup
Cambray, Erasmus meneruskan studinya di Universitas Paris pada tahun 1495.
Seterusnya, ia hidup sebagai seorang humanis sejati.
Erasmus banyak mengadakan perjalanan ke mana-mana. Tahun
1499, ia berkunjung ke Inggris untuk pertama kalinya dan di sana ia disambut
dengan hangat terutama oleh Johanis Colet. Kemudian ia kembali ke Eropa dan
mengunjungi Inggris pada tahun 1505. Kunjungannya yang terakhir ke Inggris
adalah pada tahun 1509 dan ia tinggal di rumah Moore selama 7 tahun. Dalam
perjalanannya menuju Inggris yang terakhir ini, ia menulis sebuah buku yang
berjudul "The Praise of Folly" (Pujian bagi Folly), yang diselesaikannya
di rumah sahabatnya, Thomas Moore. Setelah kembali dari Inggris, ia mengembara
dari satu kota ke kota lain dan kemudian menetap di Basel pada tahun 1521 --
1529. Di Basel, ia berhubungan dengan Zwingli. Zwingli sering mengunjunginya
dan keduanya sering surat-menyurat. Di sinilah juga Erasmus menemukan
tulisan-tulisan Luther yang barangkali lewat perantaraan Zwingli.
Tahun 1529, Erasmus meninggalkan Basel dan berpindah ke
Freiburg di mana ia tinggal 6 tahun lamanya. Ia ingin kembali ke negerinya
sendiri, dan dalam perjalanan kembali ke Belanda, ia masih singgah di Basel
untuk mengawasi pencetakan bukunya mengenai Origenes pada sebuah percetakan
milik Johanis Froben. Di sini, Erasmus jatuh sakit dan meninggal dunia di rumah
Froben. Kata-katanya yang terakhir adalah: "O Jesu, misericordia; Domine,
liberame; Domine fac mie; Domine miserere mei" (O Yesus, kasihanilah aku;
Tuhan selamatkanlah aku; Tuhan, semuanya telah berakhir; Tuhan kasihanilah
aku).
Erasmus adalah seorang tokoh yang berjasa bagi gerakan reformasi
gereja yang dipimpin oleh Marthin Luther. Marthin Luther mempergunakan edisi
Perjanjian Baru berbahasa Yunani yang keluar dari tangan Erasmus. Erasmus juga
mengkritik keburukan-keburukan yang ada dalam gereja dan menasihatkan Paus
untuk mengambil tindakan-tindakan pembaharuan gereja. Erasmus mau mengadakan
pembaharuan gereja dengan cara yang lemah lembut dan bukan dengan jalan
kekerasan. Ia mau memperbaharui gereja dengan tetap tinggal dalam gereja itu.
Hingga tahun 1524, Erasmus bersimpati kepada gerakan
reformasi Luther, namun sejak tahun itu hingga meninggalnya, ia menjadi
konservatif-reaksioner. Dalam surat pada tahun 1519 kepada Uskup Agung Mainz,
Albrecht, ia menulis antara lain sebagai berikut: "Luther adalah sama
sekali asing bagi saya dan saya tidak memunyai waktu untuk membaca buku-bukunya
kecuali membaca sepintas lalu beberapa halaman. Luther telah menulis surat
kepada saya dengan nada kekristenan yang sejati dan sebagaimana saya pikir.
Saya telah membalasnya sambil menasihatkan agar jangan menulis sesuatu melawan
kepausan atau menghidupkan sikap intoleran, tetapi mengajarkan Injil yang
keluar dari hati nurani yang murni."
Demikianlah juga Erasmus menulis kepada Paus Leo kesepuluh,
antara lain sebagai berikut: "Saya tidak memunyai ikatan persahabatan
dengan Marthin Luther, saya juga tidak pernah membaca buku-bukunya kecuali 10
atau 12 halaman, tetapi itu pun dengan sepintas lalu saja. Dari apa yang saya
lihat, dia adalah seorang yang cakap menguraikan Kitab Suci seperti bapa-bapa
gereja, suatu karya yang sangat dibutuhkan zaman ini. Menurut hemat saya, saya
senang dengan kebaikannya dan bukan dengan keburukannya. Saya telah menulis
banyak surat kepada sahabat-sahabatku sambil memohon supaya mereka menasihatkan
orang itu (Luther) untuk melaksanakan kelemahlembutan kekristenan dalam
surat-suratnya dan tidak merusak perdamaian gereja."
Pada tahun 1524, Erasmus menyatakan perlawanan terbuka
terhadap Marthin Luther dengan menerbitkan tulisannya, "Diatribe-de Libero
Arbitrio" (Uraian tentang Kehendak Bebas). Erasmus berpendapat bahwa
sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia tetap memiliki kehendak
yang bebas. Kehendak bebas ini tidak berhasil mencapai keselamatan jikalau
tidak ditolong dengan rahmat Allah. Luther membalas tulisan Erasmus dengan
tulisannya yang berjudul "De Servo Arbitrio" (Kehendak yang Terikat).
Marthin Luther berpendapat bahwa manusia, ketika jatuh ke dalam dosa, tidak
lagi memiliki kehendak yang bebas. Manusia diumpamakan sebagai seekor kuda atau
keledai. Jalannya kuda atau keledai itu ditentukan oleh penunggangnya. Setelah
manusia jatuh ke dalam dosa, penunggangnya adalah Iblis dan Iblis menguasai
manusia sehingga tidak ada lagi kehendak yang bebas. Marthin Luther memang
adalah murid yang sejati dari Augustinus.
Dengan demikian, berakhirlah
hubungan kerjasama antara Marthin Luther dengan Erasmus. Sekalipun demikian,
Luther tetap menghormati Erasmus dengan kata-katanya dalam suatu surat yang
dikirimkannya kepada Erasmus pada tahun 1524, antara lain sebagai berikut, "Seluruh
dunia menjadi saksi atas kesuksesan Anda dalam kesusastraan klasik yang luar
biasa itu yang olehnya kami dibawa kepada pengertian yang benar tentang Kitab
Suci. Inilah rahmat Allah yang terbesar yang dilimpahkan kepada Anda yang
menyebabkan kami harus mengucapkan syukur." Erasmus hanya mengantarkan
gerakan reformasi di pertengahan jalan, seperti Musa mati di Gunung Nebo tanpa
masuk ke tanah Kanaan.
2.3 Dampak Reformasi Gereja di Eropa.
Dengan adanya gerakan reformasi yang
semankin menggeliat dalam Gereja. Hal ini menimbulkan berbagai dampak positive
maupun dampak negative di eropa. Diantanya adalah :
1.
Terpecah – belahnya umat gereja
katholik di Eropa.
2.
Konflik yang terjadi antara
filsuf humanism dan para otoritas yang menjaga kemurnian agama kristen.
3.
Adanya abad kegelapan karena
doktrin dari gereja.
4.
Terjadinya pemberontakan yang
dilakukan oleh para pendukung tokoh reformator, yang didominasi oleh para kaum
petani miskin yang ingin mendapatkan kebebasan.
5.
Lahirnya Gereja Reformasi atau
Gereja Protestan.
6.
Lahirnya ratusan sekte baru dalam
Gereja.
7.
Reformasi
gereja diilhami dari terjadinya renaisan pada abad pertengahan, menghasilkan
pemikiran Barat kearah modern dan mempunyai rujukan jelas menuju liberalisme
dan kebebasan. Renaisans adalah masa kelahiran atau kebangkitan kembali manusia
Barat setelah tertidur lama pada masa yang disebut “abad kegelapan” (dark
ages).
8.
Injil yang tidak lagi hanya
berbahasa latin.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Reformasi gereja merupakan sebuah
upaya perbaikan tatanan kehidupan yang
didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Reformasi gereja adalah sebuah upaya perbaikan dan kembali pada ajaran gereja yang
lurus, gerakan reformasi berupa sikap kritis
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katoliik pada waktu itu.
Erasmus adalah salah satu tokoh reformasi dari Belanda.
Erasmus dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1466. Ia adalah anak di luar ikatan
pernikahan antara Gerard dengan Margaret. Ayahnya ditahbiskan menjadi imam
setelah Erasmus dilahirkan. Pendidikan rendahnya dimulai pada sebuah sekolah
latin di Utrecht dan kemudian di Deventer yang diasuh oleh "The Brethrehn
Common of Life" (Saudara-Saudara Hidup Rukun). Di sini, Erasmus
memperlihatkan kecakapannya yang luar biasa.
Erasmus adalah seorang sarjana humanis
yang terkemuka dan dapat dikatakan bahwa ialah perintis reformasi. Setidaknya,
edisi Perjanjian Barunya yang diterbitkan pada tahun 1516 dalam bahasa Yunani
mendorong gerakan reformasi Luther.
DAFTAR RUJUKAN
Rahman, Masykur A. 2013. Buku Pintar
Sejarah Filsafat Barat. Jojakarta: IRCiSoD
Wells, H.G. 2013. A Short History of
The World. Jojgakarta: Indoliterasi
Lucas, Henry S. 1960. The Renaissance
And The reformation. New York: United State of America
Coates, Willson H. 1966. The
Emergence of Liberal Humanism. New York: United of America
Muhammad, Ali A.M. Filsafat Politik
Antara Barat dan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia
Perry, Marvin. 2012. Peradaban
Barat: Dari Zaman Kuno Sampai Zaman Pencerahan. Bantul: Kreasi Wacana
White, Hayden V. 1974. From The
Italian Renaissance to The French Revolution. New York: MC. Graw-Hill Book
Company
About Me
- pendidikansejarahofferingdum
Diberdayakan oleh Blogger.
free music at divine-music.info
mengapa marthin luther membawa adanya perbedaan antara kristen katholik dan kristen protestan..dan apa juga tujuannya??
bagi jawaban ya geng....
luar biasa juga gerakan reformasi yang terjadi pada zaman dahulu sehingga di manapun berbicara tentang sejarah gereja pasti berbicara tentang gerakan reformasi ini...
Gadanta lo goblok