Archive for Februari 2014
PERAN DESIDERIUS ERASMUS DALAM REFORMASI GEREJA DI EROPA
PERAN DESIDERIUS ERASMUS DALAM REFORMASI GEREJA DI EROPA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Eropa
Yang dibina oleh Aditya N. Widiadi, M.Pd
Oleh
Imam Machbub (130731615692)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
Februari 2014
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3
Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Reformasi Gereja.............................................................................. 3
2.2
Desiderius Erasmus dan Peranannya dalam Reformasi Gereja......... 5
2.3
Dampak Reformasi Gereja................................................................ 9
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan....................................................................................... 10
Daftar
Rujukan....................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Reformasi gereja
tercetus pertama kali pada abad ke-16 yang terjadi di Eropa Barat. Reformasi Gereja 1483-1546 terjadi karena banyaknya
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada agama khususnya umat kristiani.
Antara lain yaitu adanya penjualan surat pengampunan dosa yang disebut surat
aflat. Surat pengampunan itu dijual kepada mereka
yang tidak dapat ikut dalam perang salib antara abad 11-13, Kebiasaan
penjualan Surat pengampunan dosa
kemudian dilakukan untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan gereja. Penjualan
surat-surat pengampunan dosa paling banyak dijual di Jerman melebihi negara-negara
lainnya di Eropa. rakyat Jerman pada saat itu sebagian besar adalah masyarakat
petani yang merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat adanya
kekuasaan gereja katolisisme. Pajak-pajak yang memberatkan, urusan kepemilikan
tanah yang dipersulit oleh pihak gereja, harta kekayaan yang sering diambil
oleh pihak geraja tanpa alasan yang jelas.
Terjadinya penyogokkan
oleh pemuka agama kepada petinggi gereja agar mereka memperoleh kedudukan
sosial keagamaan yang tinggi.
Reformasi
ini terjadi akibat banyaknya ketidakpuasan terhadap Gereja Katolik Roma pada
saat itu. Ketidakpuasan ini terjadi di Bohemia, Inggris dan di tempat-tempat
yang lain. Para pemimpin gereja pada masa itu hidup secara munafik dan
bertentangan dengan Kitab Suci. Rakyat menyaksikan kerusakan moral gereja yang
bahkan melebihi kerusakan moral dalam kalangan orang biasa. Tetapi rakyat tidak
berhak mengkritik karena adanya anggapan bahwa para pemimpin adalah wakil Tuhan
dan rakyat harus mentaati mereka. Keadaan ini membuat orang-orang mulai
meninggalkan gereja, namun mereka tetap terikat oleh gereja sebab adanya
pandangan yang mengatakan bahwa keselamatan hanya terdapat di dalam gereja dan
di luar gereja pasti binasa.
Reformasi
gereja tersebut tidak terlepas dari peranan para tokoh filsafat, di
antaranya adalah Erasmus Desidarius. Dalam
makalah ini akan membahas tentang peranan Erasmus
dalam reformasi gereja.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
proses dan penyebab terjadinya reformasi gereja?
2.
Bagaimana
peranan Desiderius Erasmus dalam reformasi gereja?
3.
Bagaimana
dampak reformasi gereja bagi Eropa ?
1.3
Tujuan
2.
Mendiskripsikan
proses dan penyebab terjadinya refornasi gereja.
3.
Mendiskripsikan
peran Desiderius Erasmus dalam reformasi gereja.
4.
Mendiskripsikan
dampak dari reformasi gereja.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Reformasi Gereja
Abad pertengahan dimulai sekitar abad ke-5 sampai abad ke-17
M. Abad pertengahan berati zaman tengah atau zaman yang menengahi dua zaman
penting, yaitu zaman kuno (Yunani-Romawi) dan zaman modern. Semangat berpikir
para filsuf di abad pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara
filsafat dan agama, yang sebelumnya tidak terjadi seperti ini. Karena para
filsuf yang hidup di abad pertengahan hampir semuanya adalah penganut agama
kristen, dan bahkan banyak yang tergolong sebagai orang-orang penting dalam
agama kristen lantaran mereka tergolong dalam golongan rohaniawan atau
biarawan, seperti uskup, rahib, imam, dan pimpinan biara.
Abad pertengahan disebut juga sebagai abad kegelapan. Karena
pada tahun 529 M, kaisar Justinianus mengeluarkan undang-undang ajaran filsafat
apapun di Athena. Hal ini menyebabkan ditutupnya sekolah-sekolah filsafat,
termasuk Academy Plato. Tujuan dari dikeluarkanya undang-undang ini adalah
untuk melindungi ajaran kristen dari serangan orang-orang yang percaya bahwa
filsafat Yunani lebih bagus dari ajaran kristen. Namun, dibalik doktrin dari
gereja, kebebasan berpikir walaupun masih dalam konstek kristen juga sangat
nampak. Hal ini terlihat dari perbedaan pemikiran para filsuf kristen yang menyebabkan
munculnya berbagai aliran dalam ajaran kristen. Bahkan ada beberapa filsuf
dimasa itu yang berani mengkonfrontasi dengan mereka yang memiliki otoritas
menjaga kemurnian agama kristen.
Oleh karena itu, telah
terjadi perbedaan proyek berpikir dan karakter berpikir. Pada abad pertengahan ( 13M – 16M ) merupakan abad yang
khas, karena di abad ini perkembangan gereja (seiring dengan bangkitnya budaya
Yunani dan Romawi) semakin nyata, Karel Agung sebagai Raja Eropa mengadopsi
gereja sebagai agama negara, kemudian ia mempersatukan Eropa Barat, sehingga
menjadi suatu badan yang sangat kuat, yang berjiwa Katolik. Namun dimasa ini
juga terjadi perpecahan gereja, hal ini terjadi berkaitan dengan gejala
kebobrokan yang sedang menggerogoti Gereja Katolik akibat ulah pejabat tinggi
Gereja (abas, prelat uskup, kardinal dan paus) yang bertanggungjawab atas
keluhuran dan keagungan Gereja Kristus. Catatan sejarah mengingatkan kita bahwa
mereka hanya mengejar kepentingan duniawi, memajukan kesenian serta sastra dan
memikirkan sanak-saudara (nepotisme). Peristiwa seperti Skisma Barat
(1378-1417) waktu tiga paus menyalahgunakan wewenang rohani mereka, pemilihan
paus yang tidak pantas seperi Alexander VI (1492-1503) dan Leo IX (1513-1521),
lalu korupsi serta komersialisasi jabatan gerejani yang begitu hebat sehingga
membuat orang baik dan saleh pun hampir putus asa. Banyak pejabat Gereja
menjadi pangeran duniawi namun melalaikan tugas rohani mereka, imam-imam paroki
tidak terdidik, hidup dengan isteri gelap, seringkali bodoh dan tidak mampu
berkotbah dan mengajar umat. Teologi skolastik menjadi mandul dan malah
dogmatis dianggap sebagai perdebatan tentang hal sepele antara aneka aliran
teologis. Humanisme antiklerikal dan konsiliarisme mengaburkan wewenang Roma,
karena sering disalahgunakan demi kepentingan dan kekuasaan duniawi.
Gerakan reformasi tidak berhasil
memperbaharui keadaan yang begitu bobrok di dalam Gereja. Akibatnya timbul
konflik di antara banyak Gereja, yang saling menuduh meninggalkan iman yang
benar. Faktor pemicu yang lain adalah banyak masalah teologis pada permulaan
abad ke- 16 belum terputuskan, banyak kebiasaan dalam umat yang tidak seragam.
Penghayatan iman dicampuradukan dengan takhayul, urusan agama berbaur dengan
kepentingan duniawi. Praktek agama sering hanya sekedar rutinitas sehari-hari.
Dalam situasi Gereja seperti itu
tampil Martin Luther seorang biarawan dari Ordo St. Agustinus (OSA) mengeritik
ajaran dan kebiasaan yang tidak sejalan dengan Kitab Suci. Luther didukung oleh
para pengikutnya, dan para humanism dimasa itu.
Salah satunya adalah Desiderus Erasmus. Seorang
humanism dari Belanda. Sampai tahun 1530 Luther dan para
pengikutnya belum menganggap dirinya sudah berada di luar Gereja Katolik,
karena semua kritik dianggap tidak diarahkan kepada Gereja Katolik, tetapi
kepada kelompok tertentu di dalam Gereja. Pada saat itu terdapat beberapa pokok
ajaran Gereja yang belum dirumuskan secara pasti. Dalam keadaan yang kurang
pasti itu, Luther mencanangkan semboyan yang sudah dikemukakan orang lain
sebelumnya: “Dalam kebingunan teologi, hanya Kitab Sucilah sumber dan norma
ajaran Gereja!” Pandangan itu tersebar luas, juga di antara Reformator Katolik
di Italia yang merasa putus asa terhadap pimpinan Gereja. Maka, mau tak mau
orang memandang Kitab Suci sebagai sarana pembaharuan Gereja, karena para
gembala sudah menjadi “orang upahan” yang tidak peduli (Yoh 10:12).
2.2 Desiderus Erasmus Dan Perananya Dalam Reformasi Gereja.
Erasmus adalah seorang sarjana kenamaan pada permulaan abad
keenam belas. Ia seorang jenius, ahli dalam bahasa-bahasa klasik dan Kitab
Suci. Erasmus berperawakan kecil, bermata biru, berambut pirang, dan dahinya
berkerut. Suaranya lembut dan enak didengar. Ia menulis dan berbicara dalam
bahasa Latin, yaitu bahasa kesarjanaan pada masa itu. Nasihat-nasihatnya selalu
diminta oleh pemimpin-pemimpin Eropa dan ia selalu berkunjung ke mana-mana.
Erasmus adalah seorang sarjana humanis yang terkemuka dan
dapat dikatakan bahwa ialah perintis reformasi. Setidaknya, edisi Perjanjian
Barunya yang diterbitkan pada tahun 1516 dalam bahasa Yunani mendorong gerakan
reformasi Luther.
Erasmus dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1466. Ia adalah
anak di luar ikatan pernikahan antara Gerard dengan Margaret. Ayahnya
ditahbiskan menjadi imam setelah Erasmus dilahirkan. Pendidikan rendahnya
dimulai pada sebuah sekolah latin di Utrecht dan kemudian di Deventer yang
diasuh oleh "The Brethrehn Common of Life" (Saudara-Saudara Hidup
Rukun). Di sini, Erasmus memperlihatkan kecakapannya yang luar biasa.
Pada tahun 1486, Erasmus dimasukkan ke dalam biara Augustinus
oleh walinya tanpa kehendak Erasmus sendiri, berhubung ibunya telah meninggal.
Ia tinggal dalam biara ini selama 5 tahun (1486 -- 1491). Selama masa itu, ia
menulis sejumlah puisi dan karangan prosa lainnya. Dalam tulisan-tulisannya
ini, sudah nampak kritik-kritiknya terhadap keburukan-keburukan gereja dan
keburukan hidup para biarawan. Mungkin keburukan-keburukan tersebut dilihatnya
sendiri dalam kehidupan biaranya.
Kemudian Erasmus keluar dari biara, dan tahun 1492
ditahbiskan menjadi imam -- jabatan yang kurang disukainya -- oleh Uskup
Cambray. Memang seumur hidupnya Erasmus tetap dalam jabatan imam tersebut,
namun ia tidak pernah menjadi imam jemaat dan ia juga tidak pernah menikah. Ia
memberi diri sepenuhnya kepada model kehidupan humanisme. Atas bantuan Uskup
Cambray, Erasmus meneruskan studinya di Universitas Paris pada tahun 1495.
Seterusnya, ia hidup sebagai seorang humanis sejati.
Erasmus banyak mengadakan perjalanan ke mana-mana. Tahun
1499, ia berkunjung ke Inggris untuk pertama kalinya dan di sana ia disambut
dengan hangat terutama oleh Johanis Colet. Kemudian ia kembali ke Eropa dan
mengunjungi Inggris pada tahun 1505. Kunjungannya yang terakhir ke Inggris
adalah pada tahun 1509 dan ia tinggal di rumah Moore selama 7 tahun. Dalam
perjalanannya menuju Inggris yang terakhir ini, ia menulis sebuah buku yang
berjudul "The Praise of Folly" (Pujian bagi Folly), yang diselesaikannya
di rumah sahabatnya, Thomas Moore. Setelah kembali dari Inggris, ia mengembara
dari satu kota ke kota lain dan kemudian menetap di Basel pada tahun 1521 --
1529. Di Basel, ia berhubungan dengan Zwingli. Zwingli sering mengunjunginya
dan keduanya sering surat-menyurat. Di sinilah juga Erasmus menemukan
tulisan-tulisan Luther yang barangkali lewat perantaraan Zwingli.
Tahun 1529, Erasmus meninggalkan Basel dan berpindah ke
Freiburg di mana ia tinggal 6 tahun lamanya. Ia ingin kembali ke negerinya
sendiri, dan dalam perjalanan kembali ke Belanda, ia masih singgah di Basel
untuk mengawasi pencetakan bukunya mengenai Origenes pada sebuah percetakan
milik Johanis Froben. Di sini, Erasmus jatuh sakit dan meninggal dunia di rumah
Froben. Kata-katanya yang terakhir adalah: "O Jesu, misericordia; Domine,
liberame; Domine fac mie; Domine miserere mei" (O Yesus, kasihanilah aku;
Tuhan selamatkanlah aku; Tuhan, semuanya telah berakhir; Tuhan kasihanilah
aku).
Erasmus adalah seorang tokoh yang berjasa bagi gerakan reformasi
gereja yang dipimpin oleh Marthin Luther. Marthin Luther mempergunakan edisi
Perjanjian Baru berbahasa Yunani yang keluar dari tangan Erasmus. Erasmus juga
mengkritik keburukan-keburukan yang ada dalam gereja dan menasihatkan Paus
untuk mengambil tindakan-tindakan pembaharuan gereja. Erasmus mau mengadakan
pembaharuan gereja dengan cara yang lemah lembut dan bukan dengan jalan
kekerasan. Ia mau memperbaharui gereja dengan tetap tinggal dalam gereja itu.
Hingga tahun 1524, Erasmus bersimpati kepada gerakan
reformasi Luther, namun sejak tahun itu hingga meninggalnya, ia menjadi
konservatif-reaksioner. Dalam surat pada tahun 1519 kepada Uskup Agung Mainz,
Albrecht, ia menulis antara lain sebagai berikut: "Luther adalah sama
sekali asing bagi saya dan saya tidak memunyai waktu untuk membaca buku-bukunya
kecuali membaca sepintas lalu beberapa halaman. Luther telah menulis surat
kepada saya dengan nada kekristenan yang sejati dan sebagaimana saya pikir.
Saya telah membalasnya sambil menasihatkan agar jangan menulis sesuatu melawan
kepausan atau menghidupkan sikap intoleran, tetapi mengajarkan Injil yang
keluar dari hati nurani yang murni."
Demikianlah juga Erasmus menulis kepada Paus Leo kesepuluh,
antara lain sebagai berikut: "Saya tidak memunyai ikatan persahabatan
dengan Marthin Luther, saya juga tidak pernah membaca buku-bukunya kecuali 10
atau 12 halaman, tetapi itu pun dengan sepintas lalu saja. Dari apa yang saya
lihat, dia adalah seorang yang cakap menguraikan Kitab Suci seperti bapa-bapa
gereja, suatu karya yang sangat dibutuhkan zaman ini. Menurut hemat saya, saya
senang dengan kebaikannya dan bukan dengan keburukannya. Saya telah menulis
banyak surat kepada sahabat-sahabatku sambil memohon supaya mereka menasihatkan
orang itu (Luther) untuk melaksanakan kelemahlembutan kekristenan dalam
surat-suratnya dan tidak merusak perdamaian gereja."
Pada tahun 1524, Erasmus menyatakan perlawanan terbuka
terhadap Marthin Luther dengan menerbitkan tulisannya, "Diatribe-de Libero
Arbitrio" (Uraian tentang Kehendak Bebas). Erasmus berpendapat bahwa
sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia tetap memiliki kehendak
yang bebas. Kehendak bebas ini tidak berhasil mencapai keselamatan jikalau
tidak ditolong dengan rahmat Allah. Luther membalas tulisan Erasmus dengan
tulisannya yang berjudul "De Servo Arbitrio" (Kehendak yang Terikat).
Marthin Luther berpendapat bahwa manusia, ketika jatuh ke dalam dosa, tidak
lagi memiliki kehendak yang bebas. Manusia diumpamakan sebagai seekor kuda atau
keledai. Jalannya kuda atau keledai itu ditentukan oleh penunggangnya. Setelah
manusia jatuh ke dalam dosa, penunggangnya adalah Iblis dan Iblis menguasai
manusia sehingga tidak ada lagi kehendak yang bebas. Marthin Luther memang
adalah murid yang sejati dari Augustinus.
Dengan demikian, berakhirlah
hubungan kerjasama antara Marthin Luther dengan Erasmus. Sekalipun demikian,
Luther tetap menghormati Erasmus dengan kata-katanya dalam suatu surat yang
dikirimkannya kepada Erasmus pada tahun 1524, antara lain sebagai berikut, "Seluruh
dunia menjadi saksi atas kesuksesan Anda dalam kesusastraan klasik yang luar
biasa itu yang olehnya kami dibawa kepada pengertian yang benar tentang Kitab
Suci. Inilah rahmat Allah yang terbesar yang dilimpahkan kepada Anda yang
menyebabkan kami harus mengucapkan syukur." Erasmus hanya mengantarkan
gerakan reformasi di pertengahan jalan, seperti Musa mati di Gunung Nebo tanpa
masuk ke tanah Kanaan.
2.3 Dampak Reformasi Gereja di Eropa.
Dengan adanya gerakan reformasi yang
semankin menggeliat dalam Gereja. Hal ini menimbulkan berbagai dampak positive
maupun dampak negative di eropa. Diantanya adalah :
1.
Terpecah – belahnya umat gereja
katholik di Eropa.
2.
Konflik yang terjadi antara
filsuf humanism dan para otoritas yang menjaga kemurnian agama kristen.
3.
Adanya abad kegelapan karena
doktrin dari gereja.
4.
Terjadinya pemberontakan yang
dilakukan oleh para pendukung tokoh reformator, yang didominasi oleh para kaum
petani miskin yang ingin mendapatkan kebebasan.
5.
Lahirnya Gereja Reformasi atau
Gereja Protestan.
6.
Lahirnya ratusan sekte baru dalam
Gereja.
7.
Reformasi
gereja diilhami dari terjadinya renaisan pada abad pertengahan, menghasilkan
pemikiran Barat kearah modern dan mempunyai rujukan jelas menuju liberalisme
dan kebebasan. Renaisans adalah masa kelahiran atau kebangkitan kembali manusia
Barat setelah tertidur lama pada masa yang disebut “abad kegelapan” (dark
ages).
8.
Injil yang tidak lagi hanya
berbahasa latin.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Reformasi gereja merupakan sebuah
upaya perbaikan tatanan kehidupan yang
didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Reformasi gereja adalah sebuah upaya perbaikan dan kembali pada ajaran gereja yang
lurus, gerakan reformasi berupa sikap kritis
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katoliik pada waktu itu.
Erasmus adalah salah satu tokoh reformasi dari Belanda.
Erasmus dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1466. Ia adalah anak di luar ikatan
pernikahan antara Gerard dengan Margaret. Ayahnya ditahbiskan menjadi imam
setelah Erasmus dilahirkan. Pendidikan rendahnya dimulai pada sebuah sekolah
latin di Utrecht dan kemudian di Deventer yang diasuh oleh "The Brethrehn
Common of Life" (Saudara-Saudara Hidup Rukun). Di sini, Erasmus
memperlihatkan kecakapannya yang luar biasa.
Erasmus adalah seorang sarjana humanis
yang terkemuka dan dapat dikatakan bahwa ialah perintis reformasi. Setidaknya,
edisi Perjanjian Barunya yang diterbitkan pada tahun 1516 dalam bahasa Yunani
mendorong gerakan reformasi Luther.
DAFTAR RUJUKAN
Rahman, Masykur A. 2013. Buku Pintar
Sejarah Filsafat Barat. Jojakarta: IRCiSoD
Wells, H.G. 2013. A Short History of
The World. Jojgakarta: Indoliterasi
Lucas, Henry S. 1960. The Renaissance
And The reformation. New York: United State of America
Coates, Willson H. 1966. The
Emergence of Liberal Humanism. New York: United of America
Muhammad, Ali A.M. Filsafat Politik
Antara Barat dan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia
Perry, Marvin. 2012. Peradaban
Barat: Dari Zaman Kuno Sampai Zaman Pencerahan. Bantul: Kreasi Wacana
White, Hayden V. 1974. From The
Italian Renaissance to The French Revolution. New York: MC. Graw-Hill Book
Company
REVOLUSI RUSIA DAN DAMPAKNYA BAGI DUNIA
Achmad Dwi Susianto
(130731607263)
Intan Febri Layyinah
(130731615706)
Niki Dwi Ayuningtyas
(130731615704)
Trias Ulul Himmah
(130731616743)
REVOLUSI
RUSIA DAN DAMPAKNYA BAGI DUNIA
ABSTRAK
Revolusi yang terjadi di Rusia
memiliki banyak sekali seluk beluk latar belakang dan akibat terjadinya.
Dimulai dari kepemerintahan monarki absolut oleh Tsar Rusia hingga terpuruknya
Uni Soviet kala itu pasca Perang Dunia. Namun alasan terkuat mulai terjadinya Revolusi adalah
pemerintahan yang semena-mena oleh para penguasa yakni Raja dan kerabatnya juga
pada kaum penguasa atau kapitalis. Banyak uang negara terbuang
begitu saja hanya untuk kesejahteraan kaum-kaum penguasa dan raja saja,
sedangkan para kaum buruh petani terpuruk dalam kemiskinan dan
kelaparan. Dampak yang ditimbulkan dari terjadinya Revolusi Rusia ini pula tidak
hanya pada Rusianya sendiri saja, melainkan pada dunia termasuk
Indonesia.
Kata Kunci : Revolusi Rusia, Nasionalisme,
Kapitalisme, Marxisme, Komunisme, Monarki absolute, Tsar Rusia, Boshelviks,
Lenin, Revolusi industry di Rusia, Revolusi Hijau, Revolusi Februari &
November.
1. PENDAHULUAN
Rusia adalah Negara kerajaan, dimana pemerintahannya di beri gelar Tsar. Tsar sama halnya dengan raja atau pemimpin Negara. Pada dasarnya kita harus mengetahui juga bagaimana keadaan Revolusi Rusia, yang bisa berakibat pada tatanan dan kehidupan rakyat Rusia pada saat itu. Sehingga dapat diketahui dengan jelas dan terperinci gambaran tentang hal tersebut. Revolusi Rusia terjadi pada tahun 1917, karena tidak puasnya rakyat pada kebijakan-kebijakan pemerintahan. Apalagi pada saat itu pemerintahnya yang bernama Tsar Nicholas II menjalankan pemerintahan yang sangat reaksioner dan bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Para buruh menolak terhadap sistem dan kebijakannya yang di lakukan oleh pemerintahan Tsar, karena mereka beranggapan tindakan yang di lakukan oleh Tsar Nicholas II tersebut hanya membuat rakyat dan para pekerja menderita dengan adanya pemotongan gaji yang besar-besaran.
Rusia adalah Negara kerajaan, dimana pemerintahannya di beri gelar Tsar. Tsar sama halnya dengan raja atau pemimpin Negara. Pada dasarnya kita harus mengetahui juga bagaimana keadaan Revolusi Rusia, yang bisa berakibat pada tatanan dan kehidupan rakyat Rusia pada saat itu. Sehingga dapat diketahui dengan jelas dan terperinci gambaran tentang hal tersebut. Revolusi Rusia terjadi pada tahun 1917, karena tidak puasnya rakyat pada kebijakan-kebijakan pemerintahan. Apalagi pada saat itu pemerintahnya yang bernama Tsar Nicholas II menjalankan pemerintahan yang sangat reaksioner dan bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Para buruh menolak terhadap sistem dan kebijakannya yang di lakukan oleh pemerintahan Tsar, karena mereka beranggapan tindakan yang di lakukan oleh Tsar Nicholas II tersebut hanya membuat rakyat dan para pekerja menderita dengan adanya pemotongan gaji yang besar-besaran.
Revolusi
Rusia terjadi secara berkala dimulai dari Revolusi Rusia (1905) akibat dari kekalahan perang yang diderita Rusia
ketika melawan Jepang (Vernadsky, 1951:184). Diawali dengan pemogokan
umum di St.Petersburg
(Petrograd/Leningrad). Diikuti oleh seluruh bangsa Rusia. Kaum buruh di St.Petersburg membentuk Dewan Buruh
(Soviet), kemudian diikuti oleh buruh-buruh seluruh Rusia. Kaum buruh yang
semakin bertambah besar, mendesak Tsar Nicholas II untuk membuat Undang-Undang
Dasar (UUD) bagi Rusia. Dibentuk & diumumkan oleh Tsar pada bulan Oktober
1905 sehingga dikenal dengan sebutan Oktober Manifesto 1905.
Dalam
pemerintahannya Tsar Nicholas II lebih banyak memajukan sistem ekonomi yang
progresif. Hal ini menyebabkan sektor perindustrian di Rusia pada saat itu
berkembang dengan pesat. Kemunculan industri-industri tersebut memunculkan
banyak gerakkan sosialisme
(Vernadsky, 1951:198-199). Pemerintahan Nicholas II yang memperbolehkan
despotism dari Negara-negara lain, sampai berabad-abad, membuat para pekerja
atau buruh resah. Karena mereka menganggap Negara lain ikut campur dalam
perindustrian di Rusia pada saat itu. Perkembangan industri yang cukup pesat
menyebabkan munculnya golongan buruh (proletar), yang berakibat kemunculan
gerakan sosialisme pada masa pemerintahan Tsar Nicholas II. George Plekhanov
mendirikan Partai Sosial Demokrat (1898) programnya adalah persamaan dalam
hukum, kemerdekaan pers, berbicara,
berkumpul serta perbaikan nasib buruh dan tani. Pada tahun 1903 Partai Sosial
Demokrat pecah menjadi Partai Sosialis (Mensjewiki/Menshevik) yang dipimpin
oleh George Plikhanov kemudian dilanjutkan oleh Kerensky. Partai lainnya adalah
Partai Komunis (Bolsjewiki/Bolshevik) yang dipimpin oleh Vladimir Ulyanov (nama
samaran Lenin), kemudian beralih kepada Josef Dschugaschvili (terkenal dengan
nama Salatin).
Akhirnya para pekerja dan buruh membentuk suatu partai politik yaitu Bolshevik. Bolshevik adalah sebuah wadah untuk para pekerja, buruh dan kaum-kaum yang tertindas untuk menggulingkan pemerintah Tsar Nicholas II. Bolshevik yang diketuai oleh Lenin membuat siasat untuk secepatnya menggulingkan pemerintahan Tsar Nicholas II, mereka terus berjuang untuk revolusi para buruh dan pekerja. Mereka bekerja keras dan bekerjasama satu sama lain untuk menggulingkan Tsar Nicholas II.
Akhirnya para pekerja dan buruh membentuk suatu partai politik yaitu Bolshevik. Bolshevik adalah sebuah wadah untuk para pekerja, buruh dan kaum-kaum yang tertindas untuk menggulingkan pemerintah Tsar Nicholas II. Bolshevik yang diketuai oleh Lenin membuat siasat untuk secepatnya menggulingkan pemerintahan Tsar Nicholas II, mereka terus berjuang untuk revolusi para buruh dan pekerja. Mereka bekerja keras dan bekerjasama satu sama lain untuk menggulingkan Tsar Nicholas II.
... the Bolsheviks solution was direct and simple;
they urged an immediate peace and thus promised an end to the crisis : Solusi Bolsheviks sangat jelas dan
sederhana; mereka menginginkan perdamaian dengan segera dan janjinya adalah
mengakiri krisi yang terjadi (Vernadsky, A History Of Russia 253).
Pada
akhirnya Bolshevik berhasil mengkudeta dan menggulingkan pemerintahan Tsar
Nicholas II. Tsar Nicholas II akhirnya
di tangkap dan di buang ke Serbia. Pada tahun 1918 Tsar dan keluarganya di
bunuh.
... Nicholas II and his wife and children were
brutally muredered by the Bolsheviks in Ekaterinburg (now called Sverdlovsk) on
July 16, 1918, and other members of the Imperial family were either killed or
escapes to exile : ... Nicholas II dan
istrinya dan anaknya dibunuh secara brutal oleh Bolsheviks di Ekaterinburg
(sekarang Sverdlovsk) pada 16 Juli 1918, dan anggota keluarga kerajaan lainnya
juga dibunuh atau melarikan diri kepengasingan ( Vernadsky, A History Of
Russia 269).
2.
PEMBAHASAN
2.1. Latar Belakang terjadinya Revolusi Rusia
Lahirnya
Revolusi Rusia di mulai dari kekalahan tentara Rusia (Soviet) pada Perang Dunia
II. Hal tersebut membawa Rusia ke dalam masa yang suram. Masa dimana Rusia
banyak melakukan pembenahan di sektor apapun. Sedangkan Tsar (Raja) memilih
untuk bersenang-senang tanpa menghiraukan rakyat. Setelah tahun 1918,
masyarakat Rusia mengalami kekurangan makanan dan konflik tanah yang di
sengketakan merupakan hal yang sulit untuk diatasi. Serta kesenjangan yang
mencolok antara pemerintah dan rakyat bawah. Pemerintahan bisa hidup
enak-enakan, sedangkan rakyat banyak yang sakit, kelaparan dan kemiskinan. Pada
saat itu Tsar Nicholas II lebih mementingkan keluarga-keluarganya dari pada
mementingkan rakyat. Keluarganyalah yang banyak menghambur-hamburkan harta atau
pajak yang di tarik dari rakyat. Di sinilah rakyat menganggap ada sebuah
kesenjangan sosial.
Pemerintahan
juga dinilai terlalu lemah oleh kaum Bolsheviks. Rakyat Rusia juga menilai
bahwasannya Tsar terlalu pilih kasih terhadap suatu kebijakan dan mementigkan
kepentingan keluarganya dan kerabat-kerabat dekat. Karena pada saat pemerintahan Tsar Nicholas
II, banyak pekerja yang jam kerjanya di tambah dari ketentuan dan gajinya di
potong, bahkan ada juga yang gajinya tidak terbayarkan, Memang perbuatan yang
dilakukan oleh Tsar tersebut sangat tidak pantas, karena pada saat itu Rusia
mengalami kekalahan dalam Perang Dunia ke II, yang mengakibatkan kas Negara
berkurang dan buruknya ekonomi Rusia pada masa itu. Tetapi hal tersebut di
tanggapi oleh para buruh dan pekerja dengan sebaliknya, karena mereka tidak
ingin pemerintahan Tsar Nicholas II tersebut yang reaksioner dan
sewenang-wenang semakin memperkeruh derita rakyat Rusia pada masa itu. Para
pekerja dan buruh menginginkan haknya dapat terpenuhi, karena mereka mengalami
kemiskinan dan kelaparan. Akhirnya para buruh bereaksi melawan pemerintah.
Dalam
kaitannya dengan Revolusi Rusia, pada saat itu Rusia terbagi menjadi dua
golongan. Yaitu golongan merah dan golongan putih. Golongan merah adalah
golongan yang menginginkan kebebasan hak-haknya secara mutlak seperti halnya
gaji mereka yang tidak lagi di potong secara besar-besaran, mereka juga tidak
menginginkan penambahan jam kerja yang bukan semestinya, walaupun penambahan
jam kerja itu baik buat perindustrian di Rusia. Golongan merah tersebut di
antaranya rakyat, pekerja dan rakyat yang tertertindas. Sedangkan golongan
putih adalah golongan yang menginginkan atau mendukung Tsar Nicholas II agar
tetap menjadi Tsar (Raja). Kedua golongan tersebut saling bertentangan, bahkan
ada diantara mereka terjadi pertentangan. Hal tersebut membuat pertengkaran
antar saudara. Maka dari itu para rakyat dan pekerja yang menginginkan Tsar
Nicholas II turun tahta juga mendapat tentangan dari golongan putih, yang tidak
menginginkan perubahan.
Dalam
gerakan sosialis Rusia yang di bentuk oleh para pekerja dan kaum buruh
(golongan merah), mereka mengalami kesulitan dalam melakukan kudeta terhadap
pemerintah ataupun penggulingan Tsar Nicholas II secara langsung. Karena para
pekerja tidak memikirkan statrategi apa yang harus di lakukan. Mereka hanya
menggunakan fisik dalam melakukan penggulingan Tsar Nicholas II (Vernadsky,
1951:252).
Lagi-lagi para pekerja dan buruh gagal dalam menggulingkan pemerintahan Tsar.
Banyak para pekerja yang meninggal akibat dari tuntutan terhadap pemerintah
tersebut.
Setelah
para rakyat dan buruh bertindak dengan pikiran, terbentuklah sebuah partai.
Partai yang di bentuk oleh para buruh adalah Partai Demokratik Sosialis Rusia
yang di dirikan oleh George Plekhanov (1898). Program rencananya adalah
persamaan dalam hukum, kemerdekaan pers, berbicara, berkumpul, dan perbaikan
nasib buruh dan tani. Dari partai itulah rakyat dan parah buruh yang tertindas
meluapkan aspirainya dalam wadah partai tersebut. Pada tahun 1903 Partai Sosial
Demokrat pecah menjadi Partai Sosialis (Menshevik) yang dipimpin oleh George
Plikhanov kemudian dilanjutkan oleh Kerensky. Partai lainnya adalah Partai
Komunis (Bolshevik) yang dipimpin oleh Vladimir Ulyanov (Lenin), kemudian
beralih kepada Josef Dschugaschvili. Dalam perkembangannya Lenin lah yang
berhasil menggulingkan pemerintahan Tsar Nicholas II. Lenin menggunakan
strategi kudeta terhadap Tsar. Mereka terus berjuang untuk revolusi para buruh
dan pekerja. Mereka bekerja keras dan bekerjasama satu sama lain untuk
menggulingkan Tsar Nicholas II. Pada akhirnya Bolshevik (Golongan Merah)
berhasil mengkudeta dan menggulingkan pemerintahan Tsar Nicholas II dengan
kebanggaan dan kerja keras (Heyman,
1993:269).
2.2. Dampak Revolusi Rusia bagi Rusia dan Dunia
2.2.1.
Dampak
Revolusi Rusia bagi Rusia
Revolusi
Rusia 1917 adalah sebuah gerakan politik di Rusia yang memuncak pada 1917
dengan penggulingan pemerintahan provinsi yang telah mengganti sistem Tsar
Rusia, dan menuju ke pendirian Uni Soviet, yang berakhir sampai keruntuhannya
pada 1991. Revolusi Februari tahun 1917 di Rusia adalah tahap pertama Revolusi
Rusia tahun 1917. Akibat dari revolusi ini adalah abdikasi Tsar Nicholas II,
runtuhnya kekaisaran Rusia, dan berakhirnya dinasti Romanov. Pemerintahan
provisional, non-Komunis dibawah Pangeran Georgy Lvov menggantikan Tsar, Pangeran Lvov lalu diteruskan oleh Alexander Kerensky setelah
huru-hara saat hari Juli.
Pemerintahan
provisional merupakan aliansi antara kaum liberal dan kaum sosialis yang ingin
melaksanakan reformasi politik, membuat eksekutif yang dipilih secara
demokratis, dan dewan konstituante.
... the Provisional Goverment without protest
after the Tsar’s abdication. The commanding generals of the Russian army were
royal to the revolution and the Provosional Government following the tsar’s
abdication : Pemerintahan Provisional
tanpa protes setelah adanya abdikasi Tsar Rusia. Perintah utama dari tentara
Rusia sangat mewah terhadap revolusi dan Pemerintah Provisional mengikuti
segala abdikasi Tsar Rusia (Vernadsky, A History Of Russia 242). Sedangkan
revolusi tahap kedua, yaitu Revolusi Oktober terjadi pada tanggal 7 November
1917 menurut penanggalan Gregorian di Rusia.
Sedangkan
menurut penanggalan Julian, peristiwa ini terjadi pada tanggal 25 Oktober 1917,
oleh sebab itu revolusi ini disebut Revolusi Oktober karena Rusia menggunakan
kalender Julian.
... in 1917 Russia was still using the
Julian Calender adopted reign of Peter the Great... thus the first revolution
of 1917 is referred to as February Revolution (under the Julian Calender) or
the March Revolution (under the Gregorian). Two names are also used..: The
October Revolution and The November Revolution : pada 1917 Rusia masih menggunakan penanggalan Kalender Julian yang
mengadopsi dari Peter the Great.. revolusi 1917 pertama yaitu revolusi Februari
(menurut Kalender Julian) atau Revolusi Maret (berdasar Gregorian). Dua nama
yang sering dipakai..Revolusi Oktober dan revolusi November (Heyman,
Russian History 1993 : 266).
Pada
saat itu kaum komunis Rusia, di bawah pimpinan Lenin, merebut kekuasaan dengan
sukses di Petrograd, ibukota Rusia kala itu. Mereka menggulingkan pemerintahan
nasionalis di bawah pimpinan Alexander Kerensky yang mulai memerintah sejak bulan
Februari. Pemerintahan ini diangkat setelah Tsar Nicholas II dari Rusia turun takhta karena
dianggap tidak kompeten.
Bila
revolusi Februari merupakan “kemenangan” kaum borjuis, maka revolusi Oktober
1917 adalah kemenangan kaum Bolshevik, yang kemudian dikenal dengan nama
“Revolusi Proletar”. Lenin menyebutnya sebagai ‘kemenangan kekuasaan Soviet”.
Setelah meraih kemenangan di Petrograd, dengan merebutnya dari pemerintahan
sementara yang diisi oleh kelompok Menshevik, kaum Bolshevik memperluas revolusi
ke seluruh pelosok negeri. Proses revolusi di daerah-daerah berlansung dengan 2
cara, yakni cara damai dan dengan kekerasan. Tercatat dari 97 kota besar, 79
direbut dengan damai, sementaranya sisanya diraih dengan kekerasan dan
pertumpahan darah. Salah satu kota yang melakukan perlawanan sengit terhadap
kekuatan Bolshevik adalah Moskow.
Dalam
sidang III Dewan Pekerja, Militer, dan Petani di Petrograd pertengahan Januari
1918, Kaum Bolshevik meresmikan berdirinya Republik Soviet Rusia yang telah diproklamirkan
pada siding sebelumnya ( Sidang II ) pada tanggal 7 November 1917 dan mengubah
namanya menjadi RSFSR ( Republik
Soviet Sosialis Federasi Rusia ). Bolshevik kemudian menyusun berbagai
kebijakan baik politik maupun ekonomi untuk memperbaiki keadaan akibat revolusi
dan perang. Adapun program-program Pembangunan Ekonomi Bolshevik adalah sebagai
berikut:
1.
Nasionalisasi perbankan, penggabungan ke dalam bank
tunggal pemerintah.
2.
Nasionalisme trust, sindikat yang menguasai
industi-industri besar.
3.
Pembentukan kontrol pekerja atas produksi dan pembagian
kerja sebagai langkah persiapan nasionalisasi industry dan perdagangan.
4.
Pembantukan monopoli pemerintah atas perdagangan luar
negeri/
5.
Penyitaan tanah-tanah milik tuan tanah, nasionalisasi
seluruh tanah, serta pembentukan Sovkhos ( perekonomian soviet dari
perkebunan-perkebunan sitaan milik tuan-tuan tanah yang berskala besar.
6.
Mengejar ketertinggalan ekonomi negara dengan cara
memacu perkembangan kekuatan produksi.
Sebagai sebuah negara yang telah mengalami perubahan revolutif, perangkat hukum otokratis tidak lagi sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlangsung. Karenanya dalam sidangnya yang ke-5 Soviet seluruh-rusia mensahkan konstitusi RSFSR 1918 pada tanggal 10 Juli 1918. Konstitusi ini senafas dengan kaum proletar,, menempatkan “ deklarasi kaum pekerja dan kaum tertindas” pada bagian awal konstitusi tersebut. Ditegaskan pula dalam UUD bahwa bentuk negara adalah diktatur Proletariat dalam bentuk “Kekuasaan Soviet Seluruh-Rusia yang kuat”.
Sebagai sebuah negara yang telah mengalami perubahan revolutif, perangkat hukum otokratis tidak lagi sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlangsung. Karenanya dalam sidangnya yang ke-5 Soviet seluruh-rusia mensahkan konstitusi RSFSR 1918 pada tanggal 10 Juli 1918. Konstitusi ini senafas dengan kaum proletar,, menempatkan “ deklarasi kaum pekerja dan kaum tertindas” pada bagian awal konstitusi tersebut. Ditegaskan pula dalam UUD bahwa bentuk negara adalah diktatur Proletariat dalam bentuk “Kekuasaan Soviet Seluruh-Rusia yang kuat”.
Tujuan
utama pemerintahan diktator proletariat adalah penghancuran
Borjuasi dan penghentian peninidasan manusia oleh manusia dan perwujudan
sosialisme, dimana tidak ada lagi perbedaan kelas dan tidak ada lagi kekuasaan
negara. Selain perubahan dalam
struktur pemerintahan, Uni Soviet juga telah berubah menjadi negara komunis,
yang diilhami dari ajaran Marx dan Engels (Rauch, 1957:___).
Kriteria
paling dalam, paling objektif, dan paling tak dapat dibantah mengungkapkan:
kemajuan dapat diukur dengan pertumbuhan produktivitas buruh sosial. Dari sudut
ini, estimasi mengenai Revolusi Oktober telah dibuktikan dengan pengalaman.
Prinsip organisasi sosialistik untuk pertama kalinya dalam sejarah telah
menunjukkan kemampuannya untuk mencatatkan rekor baru dalam bidang produksi,
yang belum pernah terdengar bisa dicapai dalam rentang waktu yang singkat.
Namun
kebijakan Glasnost dan perestroika yang dikeluarkan oleh presiden Mikhael
Gorbachev pada era 80-an telah membawa dampak negatif bagi eksistensi Uni
Soviet. Uni Soviet mulai kehilangan berbagai daerahnya yang memerdekakan diri,
hingga akhirnya Uni Soviet runtuh sebagai kekuatan komunis terbesar di dunia.
Namun setidak-tidaknya revolusi 1917 bisa menimbulkan efek bahwa kekuasaan
sebenarnya adalah di tangan rakyat. Saat ini bisa dibilang sistem politik dan
pemerintahan Rusia berbeda jauh dengan masa Tsar. Tidak ada absolutisme,
kediktatoran, atau otokrasi. Melainkan sudah menuju ke arah demokrasi, meskipun
ideologi komunisme masih tetap dipertahankan. Selain itu dampak yang ditimbulkan adalah munculnya
pemerintahan satu Partai (Partai Komunis), timbulnya Soviet-Demokrasi sebagai lawan dari Liberal-Demokrasi, meluasnya Komunisme ke
seluruh penjuru dunia, hingga
saat ini Komunisme merupakan faktor
yang tidak dapat dilupakan dalam dunia politik dunia (Rauch, 1957:___).
Selain
dampak politik akibat terjadinya Revolusi Rusia, dampak fisik pun juga ada.
Dampak fisik ini antara lain seperti terjadinya Revolusi industri dan Revolusi
Hijau atau yang biasa kita sebut Revolusi Agraria. Awal mula terjadinya kedua
revolusi ini tentu akibat dari luas dan banyaknya keadaan Rusia pada saat itu
pasca perang dunia pertama dan kedua. Revolusi industri yang terjadi di Rusia
tidak jauh bebeda pada daerah Eropa, karena kala itu Rusia memang dilanda banyak
krisis. Sehingga ini mendorong adanya Revolusi industri.
...working hours were substantially increased and
many recently established health and safety measures were discarded. Factory
wages did not keep up with prices. The price of meat tripled between 1914 and
1916 : bekerja berjam-jam pada hakekatnya
meningkat dan mendirikan pusat kesehatan dan keamanan namun kemudian dibuang.
Pabrik tidak menggaji dengan sesuai harga. Harga daging ditiga kali lipatkan
antara tahun 1914-1916 (Heyman, Russian History : 260)
Sedangkan
revolusi selanjutnya adalah revolusi hijau, latar belakang terjadinya dalah
juga karena perang dunia satu dan dua. Karena banyak lahan di Russia yang
hancur dan mati. Ditambah jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah terjadi
penambahan yang terus-menerus. Maka dibuatlah beberapa rancangan untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu Revolusi Hijau atau Revolusi Agraria.
2.2.2. Dampak Revolusi Rusia bagi Dunia
Dampak
Revolusi Rusia bagi dunia yang paling besar adalah terhadap berkembangnya
ideologi komunisme dan sosialisme yang berkembang hampir di seluruh dunia. Tidak
hanya itu pokok pemikiran yang diungkap oleh tokoh berpengaruh di Rusia yaitu
Lenin dan Stalin adalah mengenai Marxisme yang tentunya berujung pada paham
yang diterapkan pada negara yaitu komunisme. Akar pokok pemikiran Lenin dan
Stalin ini adalah tokoh bernama Karl Marx yang menulis beberapa buku,
diantaranya buku pertama yang diulis adalah berjudul “Economic and Philosophical Manuscript”. Latar belakang ditulisnya
buku ini antara lain yaitu pemikiran Lenin yang mengungkap mengenai pekerjaan.
Ditulisnya buku oleh Marx itu memang telah sebelumnya pernah ditulis oleh tokoh
bernama Hegels dengan bukunya berjudul “Phenomology
Of Mind”, yang pada buku ini membahas mengenai keterasingan.
Dalam
buku Sejarah Pemikiran Klasik, Dari yang
Klasik Sampai yang Modern karangan Sutarjo Adisusilo menjelaskan isi dari
buku Marx yang mengenai keterasingan. Bahwa dalam buku tersebut dijelaskan jika
ada empat lapis keterasingan pada manusia, yaitu : keterasingan dari hasil
kerjanya, dari tindakan prosduksi, dari sesama manusianya dan dari spesiesnya.
Dari
keempat hal itu dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap point saling berkaitan
dan menjadikan penjelasan pada kondisi masyarakat yang tidak beres dan ujung
masalah adalah adanya kapialisme pada masyarakat.
Dari
penjabaran mengenai keterasingan manusia, Marx juga menjelaskan tentang
masyarakat berkelas dan pembagian kerja sehingga muncul pemikiran Marx berupa
Materialistis Dialektis dan Historis. Dari hal tersebut itulah yang menjadikan
cermin pemikiran Lenin dan Stalin. Meski dari keduanya mengalami pengurangan
maupun pengurangan, itu karena pemikiran dari Marx tidak serta mentahan
diserap.
Awal
terjadinya paham komunispun erat hubungannya dari latar belakang Revolusi Rusia
yang dominan dilakukan kaum Bolsheviks. Awal perkaranya adalah adanya ketidakadilan
dalam hal pembagian hasil kerja sehingga menjadikan suatu ketegangan dalam
masyarakat industri dan terjadilah sebuah permusuhan. Marx menerangkan bahwa
Komunisme dalam negara yang tinggi akan menjadi peningkatan ekonomi.
Singkat
kata marxisme yang awal perkembangan dari Karl Marx memiliki dampak tentunya
pada masyarakat Eropa. Menurut buku karangan Michael Kart “Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah (1995)” meski
dalam pengklasian mengalami kendali dalm tolok ukur, namun diatasi dari
penghitungan banyak dan luasnya pengarut Marxisme. Di Eropa memang tidak secara
langsung mendapat dampak karena kala itu Eropa masih bergejolak masalah mengenai
Nasionalisme dan Sosialismeyaitu pada pertengahan abad 18 atau 19 hingga awal
abad 20. Sehingga Marxisme maupun komunisme tidak menjadikan ancaman bagi
Eropa. Barulah pada awal abad 20 yakni setelah adanya perang Dunia pertama,
dunia digemparkan tentang keberhasilan Lenin memimpin Revolusi Oktober Rusia
1917 dan mendirikan negara komunis di Uni Soviet.
Itulah
awal mula dampak karena Marxisme, karena akibat hal tersebut Gerakan Buruh di
Eropa menjadi terpecah menjadi dua : bersikap moderat(Partai Sosialis) dan
revolusioner (Partai Komunis). Tidak hanya berdampak pada perpecahan dasar
pastai, tapi juga terjadi pertentangan paham yang disebut Perang dinging (cold
war) dan Perang Dingin (hot war).
Terjadinya kejadian ini yaitu seusai perang dunia kedua dimana semua
negara memperdebatkan paham yang ada, pihak pendukung Marxisme dan
anti-Marxisme.
2.3. Dampak
Revolusi Rusia bagi Indonesia
Di Indonesia sendiri, Pengaruh Revolusi Rusia juga berdampak terhadap perkembangan pergerakan
nasional di Indonesia yang tampak jelas dengan berkembangan paham Marxis yang
kemudian melahirkan Partai Komunis Indonesia. Kronologi
terbentuknya Partai Komunis Indonesia dimulai dengan atas dasar Marxisme inilah pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet
bersama-sama dengan J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bersgma berhasil
mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Sneevliet
kemudian melakukan infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam tubuh SI
dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai anggota SI, dan sebaliknya
anggota-anggota SI menjadi anggota ISDV. Akibatnya,
SI Cabang Semarang yang sudah berada dibawah pengaruh ISDV semakin jelas warna
Marxismenya sehingga menyebabkan perpecahan dalam tubuh SI. Pada tahun 1919 ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia
dan selanjutnya pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia.
Revolusi
Rusia mengilhami para pemimpin dan kader Partai Komunis Indonesia untuk melawan
terhadap pemerintahan resmi: melakukan kudeta ala Lenin dan Bolsheviks-nya.
Partai revolusioner ini sejak tahun 1926 telah mengadakan perlawanan terhadap
pemerintah Hindia Belanda meski gagal. Dalam hal berpartai politik, PKI
merupakan salah satu partai yang enggan bekerja sama dengan pemerintah; mereka
bukanlah organisasi yang mudah diajak kooperasi. Sebaliknya, mereka bersikap
keras dan tak segan-segan berdemonstrasi dan melalukan teror terhadap rakyat
yang dinilai tak sejalan ideologinya.
Kudeta
ala Bolsheviks terus berlanjut di Indonesia pasca kemerdekaan, yakni pada 18
September 1948 yang dilancarkan PKI dan Front Demokrasi Rakyat di Madiun.
Kudeta pun terjadi kembali pada 30 September-1 Oktober 1965 (namun masih
dinilai pro-kontra karena cukup banyak versi yang berbeda tentang siapa pelaku
sebenarnya kudeta yang melibatkan Angkatan Darat ABRI ini).
KESIMPULAN
Bentuk negara yang berupa
kemonarkian absolut yang terjadi pada Rusia yang berlangsungnya secara
semena-mena menjadikan faktor utama terjadinya Revolusi Rusia mencuat. Para
kaum buruh, petani atau rakyat biasa lainnya hanya bisa bekerja keras saja
tanpa pernah merasakan kesejahteraan. Sedangkan para kaum penguasa dan raja
hanya bisa berfoya-foya dan menghamburkan kas negara. Akibat hal itu mulai
munculnya persatuan kaum buruh, petani yang non-kapitalis untuk membela hak
mereka yang disebut Bolsheviks. Dalam praktiknya Bolsheviks menginginkan
keadilan pada kaum buruh dan petani dan mendapat kesejateraan yang sama.
Proses
perevolusian ini juga banyak penunjangnya seperti tokoh Rusia yang
memproklamirkan paham komunisnya yang paham ersebut diadopsinya dari pemikiran
seorang tokoh bernama Karl Marx. Hingga akhirnya tokoh bernama Lenin ini mampu
menggemparkan dunia dengan bentuk revolusi dengan paham komunisnya yang
mempengaruhi masyarakat Eropa kala itu.
Tidak
hanya dampak bagi Eropa, Revolusi Rusia yang menjadikan beberapa partai maupun
pihak yang bersilih mengenai paham Komunisme, di Indonesia pula mendapat
pengaruhnya. Ini ditandai dari banyak munculnya Partai atau aliran-aliran yang
menyerap akal pikiran dari ajaran Komunisme itu sendiri.
DAFTAR
RUJUKAN
Adisusilo,
Sutarjo. 2013. Sejarah Pemikiran Barat
(Dari Yang Kalsik Sampai Yang
Modern). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Heyman,
Neil. 1993. Russian History. New
York: A Schaum Production
Perry, Marvin. 2013. Peradaban Barat Dari Revolusi
Prancis Hingga Zaman Global. Bantul: Kreasi
Wacana.
Rauch, George
Von. 1957. A History Of Soviet Russia.
United State Of America: Frederick A. Praeger.
Vernadsky,
George.1951. A History Of Russia.
United State Of America: Yale University
Press Printed in the United State America.
About Me
- pendidikansejarahofferingdum
Diberdayakan oleh Blogger.
free music at divine-music.info